Kepadamu Dafin,
sebelumnya aku tidak pernah membayangkan hari-hariku dengan hujan akan semenyenangkan ini, hujan ku tidak lagi membuatku menangis karena ingatan menyakitkan dimana orangtuaku meninggalkanku, hujanku saat ini hanyalah kamu yang membawaku ke tirai hujan, menemaniku melepas tangisan dengan senyum indahmu, membiarkanya turun menutupi air di pelupuk mataku. Aku harus bersyukur kepada tuhan untukmu.
(Kaira, Januari 2016)
Mungkin sudah keseratus kalinya aku membaca ulang kertas kecil tulisan tanganku yang selama ini kusimpan rapih di dalam kotak kayu berinisial D. Sungguh aku tidak mau seperti ini, tetapi pertemuanku dengan Dafan, seseorang yang mirip dengan sahabat lamaku Dafin, sungguh membuatku gelisah sejak dua hari silam.
Entah bagaimana kehadirannya seolah memaksaku untuk mempercayai teori reinkarnasi yang bahkan tidak masuk akal bagiku.
"Perkenalkan, Namaku Dafan" ucap lelaki bertubuh tinggi didepanku.
Kala itu ada sesi interview perekrutan tenaga kerja di perusahaanku. Semenjak itu tidurku tidak pernah lagi senyenyak biasanya. Otakku rupanya senang bergurau meributkan apakah sebenarnya Dafan adalah reinkarnasi Dafin, atau memang sebenarnya Dafin tidak pernah pergi dari dunia ini.
Kepadamu Dafin,
kali ini hujan tidak lagi membuatku tersenyum, entah kemana perginya senyum itu, kurasa ia pergi bersamamu.
(Kaira, Desember 2017)
Tanganku bergemetar memegang kertas terakhir yang kutulis setelah kematian Dafin di hadapan Dafan. Ya, aku dan Dafan memang membuat janji temu seminggu setelah interview.
"aku saudara kembar Dafin, kau pasti kaget saat melihatku bisa bicara. tapi aku bukan Dafin yang tuna wicara. Aku mengenalimu lewat foto dan kertas tulisan saudaraku yang kutemukan setelah kepulanganku dari Jerman" ucapnya seraya menyodorkan foto dan kertas. Sungguh aku seperti melihat Dafin versi yang bisa berbicara.
Senyumku merekah sesaat setelah membacanya lantas mengucapkan terimakasih setulus mungkin kepada Dafan karena berbaik hati menunjukan kenangan yang selama ini belum kuketahui.
"mari berteman, bersahabat, dan membuat kenangan baru di bawah hujan bersamaku" ucap Dafan yang tadinya terfokus pada hujan diluar tempat kami bertemu, ia menyambut senyumanku lalu mengarahkan tangan kanannya ke hadapanku, mengajakku bersalaman.
Tepat setelah tangan kami bertautan, Dafan menyeretku keluar untuk masuk kedalam hujan seraya merekahkan senyum indahnya.
Begitulah aku dipertemukan kembali dengan kenangan menyenangkan dikala hujan, kali ini dengan orang yang berbeda namun dengan senyum indah yang sama.
Semoga kau baik disana, semoga ini awal yang baik bagiku dan Dafan. Kuharap kenangan yang tercipta bersamanya adalah kenangan indah seperti hujanku bersamamu.
Kuletakkan pena lantas kulipat kertas berisi cerita panjang tentang pertemuanku dan Dafan, lalu kusimpan kedalam kotak kayu. kuharap kau tidak akan pernah bosan membacanya, Dafin....
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepadamu, Dafin
Teen FictionKepadamu Dafin, sebelumnya aku tidak pernah membayangkan hari-hariku dengan hujan akan semenyenangkan ini, hujan ku tidak lagi membuatku menangis .... dan itu semua karena kau....