7. Kepergian

22 1 1
                                    

Kamu hanya kuizinkan kembali namun tidak untukknya.

7.

"Apa maksudnya kamu bertemu dia, sudah aku katakan. Jangan pernah menemuinya!" Aku mencoba melepaskan pergelangan tangan yang ditarik oleh Kak Arka, dia terlihat marah saat aku bertemu dengan teman masa kecilku.

Padahal tadi, dia bahkan tidak mengenaliku.

"Kak, aku bahkan tidak sempat berbicara banyak dengannya. Aku hanya bertemu di bandara. Kakak tahu, dia tidak mengenaliku."

"Kenapa kamu di bandara?"

"Memangnya kakak tidak tahu, aku mengantar tamuku. Dia juga dari Korea." Aku berusaha melepaskan pegangan tangan yang sangat kuat ini.

"Sebentar... Sebentar." Aku teringat sesuatu, Kai bilang jika aku adalah staf dari brand yang menjadikannya Ambasador. Membuka ponselku dan menunjukan fotonya.

"Dia tamuku kak, kakak lupa, semalam aku bertemu satu klient dari Korea nah dia orangnya." Maafkan aku Ya Allah, telah berbohong mengatakan mereka tamuku. Kak Arka melonggarkan pegangannya setelah aku menunjukan foto laki-laki itu.

"Baru kali ini Kakak liat wajahnya.'

"Dia model?"

"Memangnya apalagi, wajah tampan seperti ini."

"Kakak juga tampan kok nggak jadi model?" Akhirnya aku bisa terbebas dari cekalan Kak Arka.

"Yee, kakaknya sendiri itu mah yang nggak mau."

"Tapi kamu nggak bertemu dengannya kan?"

"Kakak sendiri tahu waktu lalu ketika Tom mengusirku dulu, lagipula dia tidak mengenalku karena sekarang aku mengenakan kerudung."

Kak Arka menganggukan kepala lantas meraih kepalaku dan mencium kerudungku, "Maafkan kakak. Aku hanya takut terjadi apa-apa terhadap adikku."

"Iya. Iya dimaafin, uluh-uluh kenapa kakakku jadi hangat begini sih. Padahal tadinya cuek banget."

"Maaf kamu siapa?" Dan akhirnya kita tergelak Kak Arka menjauhiku lantas pergi begitu saja.

Kita berjalan masuk ke dalam hotel setelah adegan tarik-menarik dari bendara sampai kemari, namun sepertinya hari ini selalu ada kejutan tiba-tiba, bagaimana mungkin seseorang yang sangat kuhindari dan tak ingin bertemu lagi sedang duduk di kursi depan receptionis.

Kak Arka menghentikan langkah, tangannya mengepal. Sementara aku ingin kabur dari tempat ini sekarang.

***

"Bagaimana kabar kalian?"

Aku mematung ketika suara bariton menyahut di depanku, seseorang yang kuanggap mustahil akan kehadirannya kini berada di depan mata.

"Kita baik-baik saja Appa, tidak usah khawatir," jawab Kak Arka dingin. Sementara aku masih membeku di tempat. Tidak tahu apa yang harus aku lakukan saat ini. Jikankalian bertanya, apakah aku tidak merindui laki-laki yang berstatus Ayah kandungku. Maka jawabannya adalah iya hanya saja rasa takut dan trauma menutupi seluruh buncah kerinduan.

"Syukurlah, jika kalian baik-baik saja. Kabar saya juga baik. Hanya saja saya kemari untuk menagih janji ibumu."

Deg.

Rasanya seluruh beban kembali menahan tubuhku. Aku masih ingat tentang janji itu, janji tujuh tahun yang lalu yang pernah diikrarkannya.

"Aku tidak mau kembali." Buru-buru aku bangkit hingga kedua tatapan dari orang yang kucintai itu terarah padaku.

Hello OppaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang