Di sudut jalan depan rumahku, seorang lelaki berambut soft blue tengah berdiri sambil meminum milk shake vanilla kesukaannya. Santai dan datar. Itulah ekspresi yang selalu terpampang di wajah cutenya. Kadang orang-orang sulit mengetahui apa yang ada di dalam pikirannya, bagaimana perasaannya karena ia tak bisa menunjukkan ekspresi berarti di wajahnya.
Tidak bagiku. Aku sangat tahu kapan ia tengah marah, kesal atau bosan meskipun ekspresinya sama sekali tak berubah. Kebersamaan kami selama satu tahun ini membuatku bisa mengerti semua hal tentang dirinya.
Kini manik biru lautnya menatap kearahku. Datar. Seakan memandang sesuatu yang tak menarik dan tak berharga. Aku sudah terbiasa menerima tatapan seperti itu. Jadi tak terasa menyakitkan di hati. Jika gadis lain yang mengalaminya, mungkin mereka sudah frustasi dan tak kuat menjalani hubungan dengannya. Seorang lelaki yang tak memiliki emosi serta ekspresi.
Satu tambahan lagi.
Ia sangatlah polos. Bagaikan bayi yang baru saja terlahir di dunia ini. Pikirannya masih putih, belum terkontaminasi oleh hal-hal kotor seperti yang sudah mendarah daging pada diri salah seorang temannya yang mesum dan super narsis.
Kadang aku takut jika temannya itu akan memberitahukan sesuatu yang aneh-aneh pada kekasihku. Maklumlah, kekasihku itu kan polos. Jadi alangkah akan sangat mudah pikirannya dipengaruhi oleh orang lain.
Kalau hal yang positif sih tak masalah. Namun jika hal itu negatif, aku harus berusaha mencegah dan menjauhkannya.
"Hinata-san ..." Panggil Kuroko ketika melihatku tak bergerak-mematung di tempat sembari memperhatikannya.
"A-ah, Kuroko-kun ... Gomen. Ada apa kau kemari? Tumben sekali." Ujarku seraya berjalan mendekat kearahnya.
"Memangnya aku tak boleh mengunjungi kekasihku sendiri?" Tanya Kuroko dengan wajah datarnya.
"Bu-bukan begitu maksudku. Tentu saja boleh. Hanya saja kau tak biasanya datang seorang diri. Memangnya kau tak ada jadwal latihan hari ini?"
Kuroko menggelengkan kepalanya kemudian berkata: "Tak ada, makanya aku pergi kemari. Hinata-san, tak ingin mempersilahkanku masuk ke dalam?"
"Go-gomen. Mari masuk, Kuroko-kun!" Ujarku mempersilahkan Kuroko untuk masuk ke dalam rumah.
Di rumah itu aku hanya tinggal seorang diri. Kedua orangtuaku sibuk bekerja sehingga mereka jarang pulang ke rumah. Kebanyakan mereka menghabiskan waktu diluar kota dengan segudang pekerjaan yang harus diselesaikan. Karena sudah terbiasa tinggal seorang diri, aku menjadi seorang gadis yang mandiri dan dewasa meski umurku masih 16 tahun.
Kadang aku merasa kesepian. Namun semenjak aku menjalani hubungan khusus dengan Kuroko alias berpacaran, kehidupanku pun mulai berubah menjadi lebih berwarna. Meski ia memiliki kepribadian yang berbeda dengan lelaki kebanyakan, namun aku sangat bahagia bisa menjadi kekasihnya.
"Duduklah dulu, Kuroko-kun. Aku akan mengambilkanmu minuman dan cemilan." Ujarku menyuruhnya duduk di sofa ruang tengah kemudian berjalan menuju ke dapur.
Kuroko menekan remote televisi yang ada diatas meja. Menekannya berulang-ulang untuk mencari saluran yang menarik baginya. Tak lama akupun telah kembali dengan membawa segelas milk shake vanilla dan segelas milk shake coklat dingin, serta beberapa makanan ringan untuk cemilan.
"Kemana anggota club basketmu yang lain? Biasanya mereka selalu bergerombol datang bersamamu." Ujarku memulai percakapan-menyimpan semua barang bawaan di tanganku diatas meja kemudian duduk di sebelahnya.
"Mereka sibuk dengan urusan masing-masing belakangan ini."
"Hm, souka."
Tak ada lagi percakapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST KISS
FanfictionBagaimana rasanya ciuman pertama? Dan bagaimana peristiwa itu bisa terjadi? Ini adalah kumpulan cerita mengenai Hinata dan para cowok kece dan tampan dari GOM (Generation of Miracles) yang mengalami ciuman pertamanya dengan situasi dan latar belakan...