Part 3 - Incident

15 0 0
                                    




Reva sudah hampir menyerah. Ia sudah berkali-kali menghubungi bagian Lost and Found bandara Melbourne, namun hingga saat ini belum ada yang melaporkan kehilangan koper dengan ciri-ciri yang Reva sebutkan. Di koper yang tertukar itu pun tidak ada ciri-ciri identitas pemilik koper tersebut, hanya terdapat luggage tag maskapai penerbangan dari Narita ke Melbourne saja. Reva pun sudah menghubungi pihak maskapai penerbangan tersebut namun ia belum menemukan jawaban siapa pemilik dari koper tersebut. Reva sudah kehabisan cara untuk bisa menemukan koper Thalia. Ini sudah hari kedua sejak insiden koper tertukarnya koper tersebut, dan lusa adalah hari dimana Thalia harus menyerahkan dokumen ke kampusnya untuk pendaftaran.

"Kak, Kak Arga katanya mau kesini minggu ini," ujar Thalia, duduk di ruang sofa ruang tengah di samping Reva. Ia baru selesai berbicara di telepon yang rupanya telepon dari Arga.

Alis Reva berkerut mendengarnya. "Hah? Ngapain?" Ia berharap ucapan Thalia tadi tidak akan benar-benar terjadi. Ia sama sekali tidak mengharapkan kehadiran Arga saat ini. Ia dan Arga adalah sahabat sejak kecil, mereka tidak pernah berpisah satu sama lain karena hampir selalu bersama-sama dari masa kecil hingga masa-masa remaja mereka. Namun kejadian 3 tahun lalu membuat jaraknya dengan Arga menjauh. Itulah alasannya mengapa ia kabur ke Melbourne, untuk menghindar dari Arga. Sudah 3 tahun ini ia berhasil bersembunyi dari Arga, sampai beberapa bulan lalu si kembar Thalia-Thania menghubunginya dan mengatakan ingin melanjutkan kuliah di UniMelb. Ia tidak mungkin mengabaikan permintaan mereka berdua, karena bagaimanapun mereka berdua sudah ia anggap seperti adik kandung sendiri. Sejak mereka baru saja lahir, ia selalu menghabiskan waktu bersama Arga dan adik kembarnya. Sebagai anak tunggal yang tidak mempunyai saudara kandung, membuat ia sangat menyayangi Thalia dan Thania. Sejak telepon Thania beberapa bulan lalu itu, ia sudah yakin bahwa ia tidak mungkin selamanya bisa menghindar dari Arga. Suatu saat ia pasti akan bertemu dengan Arga lagi. Namun ia tidak menyangka akan secepat ini bisa bertemu dengan orang yang mati-matian dia hindari selama beberapa tahun belakangan ini.

"Lili kan cerita sama kak Arga kalo kopernya hilang, kak." Thania yang baru selesai dari dapur membawa cemilan ikut bergabung dan duduk di samping Reva. "Jadi kak Arga mau kesini buat ngurusin itu katanya."

"Lho, kan ada kak Reva," ujar Reva. Dalam pikiran Reva, Arga pasti sengaja memanfaatkan momen ini untuk bisa bertemu dengannya. Sudah beberapa bulan belakangan ini pula, mendadak Arga begitu intens mencoba menghubunginya dan berkeras ingin menemuinya tapi Reva selalu menghindar. "Kamu bilangin sama kak Arga, nggak usah repot-repot kesini, biar kakak yang urus sendiri semuanya."

"Kenapa nggak kakak aja yang bilang sendiri?" tanya Thalia.

"Kak Reva nggak mau kak Arga kesini, ya?" Thania ikut bertanya.

"Bukan gitu. Kak Arga kan pasti sibuk di SG, ngapain jauh-jauh ke Melbourne buat ngurusin ini doang." kilah Reva. "Kakak yakin 1-2 hari lagi koper kamu bakal balik, kok."

Thalia dan Thania saling bertukar pandang. Jelas sekali bagi mereka kalau Reva memang mencoba untuk menghindar dari Arga.

"Kak Arga bilang mau sekalian ada concert tour di Aussie katanya sih kak." ujar Thalia.

Reva membulatkan mulutnya. Belakangan ia memang mengetahui bahwa Arga dan teman-temannya saat ini menjadi promotor konser-konser internasional dan bermarkas di Singapura.

"Kakak masih marahan ya sama kak Aga?" tanya Thalia lagi.

Reva agak terkejut atas pertanyaan itu. "Hah? Enggak kok." Reva menjawab cepat.

"Pasti iya deh, soalnya kak Reva atau kak Arga selalu menghindar tiap kita nanyain soal kalian berdua." Thania menimpali.

"Baikan dong, kak. Kita berdua sedih banget ngeliat kalian berdua jadi jauhan kayak gini." Thalia menambahkan.

ReunifyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang