Part 9 - Between Two Hearts

5 0 0
                                    

"Kalau lagi gak fokus, mending stop dulu aja workoutnya." Kai menemukan Reva di atas alat lat pulldown machine  dalam kondisi melamun. "Nanti kamu malah cedera kalau dilanjutin." Kai membantu Reva mengembalikan beban di alat tersebut ke tempat semula. 

"Duh, iya sorry ya aku malah jadi gak fokus gini." Reva turun dari alat tersebut dan berdiri menghadap Kai. Ia tertawa saat melihat Kai yang sudah bermandi keringat, malah justru Kai yang lebih fokus berolahraga daripada dirinya sendiri. "Kayaknya malah kamu yang lebih serius olahraganya daripada aku yang ngajak kesini,"

"Udah lama aku gak ngegym bareng temen. Biasanya di gym apartemen aja, itupun gak pernah lama. Ngegym bareng kamu gini jadi bikin aku makin semangat." Kai ikut tertawa. "Jadi gimana? Mau udahan aja gymnya?"

"Hmm.. aku treadmill 30 menitan aja deh, nanggung udah kesini masa gak serius olahraganya," jawab Reva.

"Oke. Aku lanjut bench press dulu 3 set abis itu baru nyusul kamu di treadmill, ya."

Reva mengangguk kemudian memperhatikan Kai yang mulai merebahkan diri di atas bench press dan mulai mengangkat beban di atas tubuhnya. Pergerakan Kai itu menyita perhatian Reva dan tanpa sadar ia sudah berdiri memandang Kai selama semenit? Dua menit? Reva tidak bisa menghitungnya. Tubuh Kai begitu fit, gerakannya mantap, powernya juga besar dan cukup kuat untuk mengangkat beban masing-masing 15 kilogram dengan repetisi 10-15 kali, hasil dari latihan gymnya selama beberapa tahun ke belakang. Reva segera mengibaskan kepalanya saat menyadari kalau ia sudah terlalu lama menatap Kai dan langsung menuju ke treadmill untuk mulai jalan santai dan jogging ringan.

Kai telah menyelesaikan 3 set bench pressnya saat dilihatnya Reva masih berjalan di atas treadmill dengan kecepatan 4.0. Dihampirinya treadmill kosong di samping Reva dan ikut berjogging ringan. "Belum selesai, Rev?" Kai menoleh ke arah Reva saat disadarinya Reva tidak menyahut. Ternyata Reva sedang treadmill sambil mendengarkan musik menggunakan airpods di kanan kiri telinganya. "Rev?" tanya Kai lagi. Kali ini sambil menepuk ringan bahu kiri Reva.

Reva agak terkejut dengan tepukan di bahunya dan buru-buru melepas airpodsnya. "Eh, sori, sori. Aku nggak denger tadi. Kamu manggil aku, ya? Udah selesai?" Reva baru menyadari ternyata Kai sudah ikut berjalan di treadmill di sampingnya.

"Kamu nih, masih aja sambil bengang-bengong olahraganya. Mikirin apa sih, Rev?" tanya Kai. "Arga?"

Reva menolehkan kepalanya ke arah Kai. "Hah? Enggak kok, enggak!" tukas Reva cepat.

Kai tertawa ringan melihat reaksi Reva. "Dari yang aku liat tadi pagi, aku tahu pasti ada sesuatu antara kalian berdua. Kalau kamu mau ceritain ke aku, aku akan dengan senang hati mendengarkan. Tapi kalau kamu gak mau juga gak apa-apa,"

Reva menghela nafas. "Aku mau aja sih cerita. Tapi kayaknya ini bukan tempat yang tepat deh buat curcol," Reva mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Tumben sekali pagi ini gym cukup ramai. Padahal biasanya waktu pagi adalah waktu terbaik buat Reva melakukan olahraga di gym ini karena tidak terlalu ramai. 

Kai tertawa lagi. "Kalo gitu kamu berhutang cerita sama aku, ya." 

Reva mengangguk. "Promise."

"Oh iya, I have a bad news,"

"Hm?" Reva mengerutkan dahinya.

"Tadi pagi klien aku telfon. Kayaknya aku tetep harus berangkat besok ke SG, gak bisa aku tunda jadi hari minggu. So, besok museum date-nya harus pending lagi. I'm sorry,"

"Date?" Reva mengangkat alisnya. Teralihkan oleh penggunaan pilihan kata yang digunakan oleh Kai tadi. Seingatnya ia tidak pernah menamai rencana kunjungan ke museum itu sebagai kencan. Seperti perjanjian mereka di awal, city tour besok adalah balas budi Reva kepada Kai yang telah menyelamatkannya saat insiden lift beberapa hari yang lalu. 

ReunifyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang