Berbeda.

2 0 0
                                    

"Kopi?" Ajak sang lelaki.

"Teh." Jawab sang wanita.

Dua minuman berbeda. Keduanya mengandung zat aditif. Keduanya lebih nikmat jika hangat, walaupun subjektif. Keduanya punya penggemar yang berbakti.

Lalu mengapa mereka berbeda?

Dua minuman serupa. Satu pada dasarnya pahit, satu pada dasarnya tawar. Satu dari biji, satu dari daun. Satu berasal dari Afrika, satu berasal dari Cina.

Lalu mengapa mereka serupa?

Beberapa lama mereka berkeliling di dalam mal itu, mereka tidak menemukan café yang khusus menjual teh, yang ada hanyalah kopi, kopi, dan kopi. Akhirnya mereka memutuskan keluar dari mal itu untuk mencari warung teh walaupun pada akhirnya mereka mengurungkan niatnya karena tidak pernah mereka dengar ada warung teh di daerah sana.

Menyerah, mereka membeli teh thailand dan duduk di taman yang berada di tengah mal itu.

Adzan Asar berkumandang, melintasi lorong-lorong mal yang cukup sepi hari itu. Melintasi telinga orang-orang yang hatinya sepi hari itu.

"Tidak sholat, Muhita?"

"Berhalangan."

"Oh."

Sang lelaki menyesap tehnya.

"Tidak gereja, Petrus?"

"Sudah tadi pagi."

"Hm."

Sang wanita menyesap tehnya.

Keduanya saling menyesap kebohongan. Satu merasa dirinya tidak layak untuk bertemu Tuhannya, satu merasa dirinya tidak layak untuk bertemu Allahnya.

Lalu mengapa mereka dipertemukan?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Do(s)a.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang