☆ۣۜۜ፝͜͜͡͡♚ Taks 4

429 15 6
                                    


    Murit murit berhamburan untuk pulang, atau sekedar kumpul bareng teman di cafe. Ara dan stevie menyusun barang barang mereka ke dalam tas. Setelah selesai mereka berdua pun segera keluar kelas.

  Sebelum masuk kelas, ara  sudah memberi tau delvin kalau ia tidak bisa menunggu delvin latihan basket karna ara harus ke kantor kakaknya aldrich. Sedangkan stevie sudah pulang terlebih dahulu karna ara yg memaksanya. Ara tidak mau stevie tertinggal bus, karna menunggu jemputannya.

Di sini lah sekarang ara, di depan gedung kantor aldrich. Ia jarang menginjakkan kakinya di kantor ini, bahkan bisa di hitung dengan jari. Ara masuk ke dalam ruangan aldrich dengan alex didepan nya. Alex adalah orang kepercayaan aldrich. Pintu dengan ukiran yg sangat rumit menjulang tinggi di depan ara. Yah itu adalah ruangan kakaknya aldrich.

"terima kasih paman alex, ara akan masuk sendiri" ujar ara saat sudah di depan ruangan aldrich.

"sama sama nona, permisi" alex pun pergi.

Ara membuka pintu perlahan, hal pertama saat ia lihat adalah aldrich dengan kemeja putih, senyum manis ia lemparkan untuk adik tersayangnya. Ara berjalan ke arah sofa, sebelum ara duduk,  aldrich lansung menariknya hingga duduk di pangkuannya.  Belum sempat ara menjauhkan diri, tengkuknya sudah di tarik kuat hingga aldrich mampu mencumbu bibir manisnya. Sontak mata ara melebar, kedua tangan ara berusaha menjauhkan dada bidang aldrich yg menempel dengannya.

Aldrich mengusap ujung bibirnya " bibir kamu ini milik kakak, jangan ada seorang pun yg menyentuhnya. Kau mengerti sweeti"

Ara memandang aldrich dengan tatapan benci. Lemparan kertas serta buku buku tertuju ke ara aldrich. Sementara semua serangan ara tidak mengenai aldrich sedikit pun. Aldrich tersenyum geli melihat aranya, semua kertas serta buku buku di meja telah habis ia lempar kan.

"sepertinya kesayangan kakak sudah kehabisan senjata " ujar aldrich dengan mendekati ara dan sedikit membungkukan badannya, bibir aldrich menyentuh sudut bibir ara.

   Delvin memasuki rumah, dengan bola basket di tangannya. Sesekali bersenandung kecil, grancius yg melihat adik lucnutnya yg sudah pulang.

"princess gue kemana? " tanya grancius saat delvin akan duduk di sofa.

"di kantor kak aldrich " jawabnya tak acuh.

Grancius berpikir sesaat, sedangkan delvin hanya mengangkat bahu tak acuh, lalu pergi ke arah dapur dengan bola basket di tangannya. Selang beberapa menit grancius pergi menuju klup di daerah pantai. Dengan badan tegap yg ia miliki, grancius turun dari mobil mewahnya. Tempat yg ia masuki hanya ada beberapa orang saja, di karnakan mesih di siang hari.

"selamat siang tuan jons" sapa pria yg mesih kelihatan gagah walau sudah memasuki kepala empat.

"berikan aku satu wanita mu, mungkin beberapa menit nanti kau sudah bisa menyuruhnya ke atas saja" ucap grancius dengan minuman anggur di tangannya.

  Di sini lah ia sekarang, pandangan pertama yg ia lihat adalah seorang wanita seksi dengan senyuman menggodanya menarik kemeja yg di kenaka grancius, duduk bersamanya di tepi ranjang.

"sangat sempurna "

Wanita itu menidurkan tubuhnya di ranjang, tangan kekar yg meremas payudara wanita itu dengan seksual. Sontak wanita itu membuka matanya, dan mendapatkan sosok pria tampan yg sedang tersenyum ke arahnya.  Wanita itu memejamkan matanya, meresapi kenikmatan yg di suguhkan grancius.

Tangan kekar itu bergerak turun masuk kedalam rok mini wanita itu, mengelus inti wanita itu yg sudah basah karna ulahnya. Wanita itu melumat bibir grancius ganas, lidah yg saling bertautan membuat wanita itu semakin menekan kepala grancius untuk memperdalam ciuman mereka. Wanita itu melingkarkan kedua tangannya di leher grancius, tangan grancius kembali meremas payudara wanita itu dengan kasar. 

Wanita itu mendesah saat jari grancius masuk kedalam inti wania itu" nghh"

Tangan wanita itu juga ikut bergerak turun mengusap benda yg sudah mengeras di balik celana jeans. Sesuatu yg sudah mengembung di balik celana jeans.  Dapat di rasakan lidah hangat grancius menusuk nusuk kedalaman inti wanita itu, menyesapnya dengan kuat membuat wanita itu merasakan sesuatu yg ingin keluar. 

Grancius meminum semua cairan yg keluar dengan lahap, setelah itu ia bangkit dan tersenyum menatap wanita itu " giliran kamu sayang"

Wanita itu berjongkok tepat di hadapan junior  grancius yg sudah berdiri tegak, melahpnya sampai seluruh bagiannya kandas masuk kedalam mulut wanita itu. Grancius mendesah menikmati permainan wanita itu di bawahnya, dengan memaju mundurkan junior grancius dengan cepat. Mengisapnya dengan napsu saat cairan keluar dari junio grancius.

Saat gracious akan mengangkat badan wanita, deringan telfon mengganggu aktivitas mereka berdua dan deringan itu terus saja mengeluarkan suara hingga akhirnya grancius mengangkat ponselnya dengan kasar.

" apa sih dev gua lag..... "


prang



"ARA ENGGAK MAU SAMA KAKAK hiks ara mau sama abang grancius. Ara benci sama kakak"

"ara jangan nangis, sini mas dev peluk"

"ara mau sama abang grancius, hiks "

TUT



Grancius mendorong tubuh wanita itu dengan kasar, debaran jantungnya terus berdetak lebih cepat. "aranya abang kenapa" selembar cek ia lemparkan ke arah wanita itu, memakai kembali baju dan juga celananya meninggalkan wanita itu yg mesih di lantai mengaduh kesakitan.

     Delvin mencoba membujuk ara, berbagi cara ia lakukan agar aranya berhenti menangis. Ketukan pintu terus terdengar, delvin terus mencoba membuka pintu kamar ara.

" princess, buka pintunya. Atau mas dobrak nih" delvin terus mencoba membuka pintu di depan nya " sapa sih yg buat pintunya, mintak gua hajar orangnya"

"ara enggak mau sama mas, pergi ! "

Delvin menyerah, ia duduk di depan pintu kamar ara. Mengacak rambutnya perustasi

   Di lain tempat, grancius mengendarain mobilnya sangat kencang. Seluruh lampu merah ia terobos, sumpah serapah terus ia lontarkan untuk pengendara yg lain. Pukulan pada stir terus ia lakukan. Aranya jarang menangisi seperti itu, tentu itu sangat membuat grancius panik. Bahkan ia akan menghajar orang yg sudah membuat adiknya menangis seperti itu. Saat sampai, grancius lansung melompat, pijakan sepatu grancius mengenai darah. Ini darah siapa! Ara! Dengan sekuat tenaga grancius masuk ke dalam rumah, sapaan para pelayan ia abaikan. Grancius  lansung naik ke atas, menuju kamar adik tersayangnya dan di situ sudah ada delvin yg terus mengacak acak rambutnya.

"di depan ada darah, ara mana! " ucap grancius panik.

Delvin menatap cepat abangnya " di dalam" ucap nya dengan susah payah.

Grancius menyuruh pelayanan mengambil kunci cadangan kamar ara, sedangkan delvin mulai berfikir kenapa ia tidak kepikiran soal kunci cadangan! Grancius lansung masuk ke kamar adiknya, memeluk ara yg sedang menangis di pelukannya.

" abang, ara benci mas delvin "









╰┄─➤⛨.ཻུ۪۪⸙DOVREI SMETTERE ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang