Terlalu sulit untuk bersembunyi, terlalu sulit juga untuk mencari, baik didalam dan diluar, semua sama walaupun samar. Ini akan menjadi sulit, atau akan menjadi mudah, semua terlalu rumit untuk satu cahaya yang cerah. Bukan sebuah kisah tentang dia yang selalu memakan pinggiran roti dikelas, ataupun sebuah kisah tentang aku yang selalu merobek kertas, ini hanyalah alur hidupku yang tidak menginginkan tema ataupun latar, hanya ada kepastian akan akhir dari sebuah naskah. Akhir adalah bagian dari perjalanan, walau rasanya sakit untuk mengatakan 'berakhir', awal adalah bagian dari perjalanan walau rasanya hampa jika tidak dimulai. Awal dan akhir ini akan ada untuk sebuah cerita, yang tidak berlatar ataupun bertema.
Adriansyah Pratama, seorang pemuda berumur genap 27 tahun dan tinggal di sekitar kawasan Semanggi, yang sudah lama menganggur selama lebih dari 5 tahun, kini hanya bisa mengurung diri dirumah dan menjauhkan diri dari kehidupan sosial dan masyarakat. Bermain game, bersantai, rebahan sembari menikmati kehidupan dunia maya di layar seluler, telah menjadi keseharianku yang sudah lama aku lakukan semenjak tahun 2023. Kehidupanku yang sangat suram sudah menjadi hal biasa, dan soal keuangan.., aku tak pernah khawatir karena aku selalu memakai uang pensiunan ayahku. Memang sampah masyarakat yang usang sepertiku layak dibuang, tapi..., aku sendiri menerima hal itu setelah mengalami banyak penolakan dalam hidup. Tahun 2019 aku mulai lulus kuliah S1 di IKJ, dan mulai mencari pekerjaan dengan menjadi penulis dan mengirimkan naskah novel atau buku ke sebuah perusahaan penerbit yang ada, 3 bulan berjalan dan masih belum ada kabar, dan akhirnya, naskah ku ditolak, hal yang sama ini terjadi berulang kali setiap kali aku mengirimkan naskah ke beberapa penerbit dan berjalan selama 3 tahun lebih sampai pada akhirnya..., aku menyerah dan menganggur bertahun tahun. Tidak ada pekerjaan, uang, dan lain lain, semakin memaksaku untuk menggunakan uang pensiunan ayahku agar bisa bertahan hidup, walaupun aku tahu itu tidak akan cukup.
Menjadi seorang penulis, novelis ataupun seniman dan musisi, adalah hal yang aku impikan sejak umur 14 tahun, sejak kecil aku memang dikenal memiliki bakat dibidang seni, meski dimata pelajaran lain nilaiku tidak terlalu menonjol namun dalam hal seni aku selalu mendapatkan peringkat pertama. Mengikuti lomba lomba atau kompetisi seperti menggambar, membaca puisi, membuat cerpen, adalah prestasi yang sangat aku banggakan pada waktu itu, bahkan aku pernah beberapa kali memenangkan kontes piano di beberapa mall besar sejak umur 15 tahun. Keindahan, estetika, kisah, makna, filosofi hidup dll, adalah alasan mengapa aku sangat menyukai sebuah seni sampai pada akhirnya diumurku yang 17 tahun aku pun dikenal dikeluargaku sebagai 'Maniak Seni' karna telah memenangkan lebih dari 15 penghargaan dan piala dalam bidang seni ataupun musik, namun..., semua tidak berjalan lama. Diumurku yang ke 18 tahun tepat setelah kelulusan SMK, ibuku meninggal karna sakit dan sempat meninggalkan pesan agar aku selalu menekuni bakatku. Tentu saja, bukan hal yang mudah, bahkan aku sempat mengalami stress dan mengurung diri dirumah untuk beberapa minggu, beruntung ayahku yang waktu itu masih sempat menjabat sebagai anggota dewan, memberikan nasihat padaku, agar aku terus semangat menekuni keahlianku seperti yang dikatakan ibuku, sampai suatu saat, aku bisa menjadi seniman sesungguhnya.
Mendengar hal itu, membuat hatiku semakin bergerak, dan berusaha meningkatkan bakatku dengan melanjutkan pendidikan dan mulai kuliah di IKJ pada tahun 2015. Setelah berjalan 1 tahun, aku pun mendapatkan nilai tertinggi di kampus dan semakin dikenal banyak orang satu kampus. Waktu berjalan 2 tahun lebih di kampus, namun.., lagi lagi, hal yang sama terulang kembali. Secara mendadak, ayahku terkena serangan jantung dan dilarikan kerumah sakit, aku yang waktu itu masih ada jadwal di kampus dan mengetahui kabar itu lansung meminta izin dan pergi kerumah sakit, sampai pada akhirnya ayah meninggal dan berpesan padaku hal yang sama seperti dulu. Sedih dan pahit mengetahuinya, namun.., aku segera tegar menghadapi kenyataan dan tetap melanjutkan kuliah sampai akhirnya aku lulus S1 pada tahun 2019 dengan IPK 4,0, suatu berkat yang sangat kusyukuri atas apa yang Tuhan berikan.
Namun, ekspetasi tak sesuai harapan, kadang hasil tak memuaskan. Seperti di awal, pada akhirnya aku hanyalah seorang pengangguran suram yang tak memiliki masa depan. Meski begitu.., keteguhanku pada seni tidaklah pernah berubah. Mungkin suatu saat, manis kan menghampiri, atau seseorang.... yang akan datang untuk menemani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir Yang Mengawali
Teen FictionBaginya seni adalah segalanya, walau saat ini ia hanyalah pengangguran biasa hingga suatu hari ia bertemu seorang perempuan yang tak asing di matanya. Cover : Loundraw, Pixiv