Saat itu

20 0 0
                                    

"Adakah setitik cahaya
yang muncul kali ini"

  Matahari bersapa,menyibak kedalam jendela,burung-burung berkicauan,hari ini sangatlah cerah dan indah,tetapi aku masih terbaring dibalik selimut tebal yang aku kenakan.Saat ini aku memang belum memulai daftar kesekolahku yang baru.
Bundaku berencana untuk memasukkanku kesebuah pondok pesantren,yang memanh jika dilihat cukup jauh jaraknya dari rumah ku yang sekarang.
Aku memang sudah tau rencana mereka,tapi..aku sangat tidak peduli dengan obrolannya.Aku sangat tidak ingin berbaur dengan yang namanya PESANTREN,jika harus jujur tubuhku akan lelah jika harus diisi oleh jadwal ini dan itu.Ohhh..ayolah aku tidak mau,aku rasa lebih baik aku tidak masuk kesana sekalian,iya kan?
  Adakah setitik cahaya yang muncul kali ini?itu yang telah berucap terulang dibenakku.Ayah dan bunda kali ini membujukku kedalam sebuah pesantren,dengan alasan mendalami lebih lanjut dan mempelajari banyak ilmu agama,"ayah,ayolah aku sangat tidak ingin bertengkar dengan kalian dan aku juga tidak mau,ayah" aku tetap nersikukuh dengan pendirianku."Sayang,bunda mohon sama kamu,kamu pasti nggkskan nyesel,ya mau ya?" kali ini giliran bunda membujukku
"beri aku waktu",itulah akhir kata dari perdebatanku dengan ayah dan bunda di pagi hari.

. ____ .

  Sore harinya aku berencana untuk menemui ayah dan bunda,tapi kata bi ika bunda sedang ada urusan diluar rumah dan ayah ya..dia belum pulang dari kantornya.Aku memang tidak tau keberadaan bunda,karena sejak pagi aku mengunci diri di kamar dan jika makan bi ika pasti akan membawanya untukku,ya allah..maafkan aku,aku sangat tidak ingin seperti ini,aku juga tidak ingin membantah bunda.
Oh,iya,aku lupa mengenalkan bi ika pada kalian,bi ika ini adalah ART dikeluargaku,beliau nekerja dirumahku sejak aku kecil,kaena kesibukkan bundaku yang berprofesi sebagai dokter dan ayahku yang bekerja dipekantoran membutku harus dititipkan kepada bi ika sejak kecil.Bi ika sangatlah baik,dia katanya asli warga kota Garut,ia pergi merantau karena terjebak dalam perekonomian terpaksa dia harus mencari biaya untuk kebutuhan hidupnya,karena pada saat itu suaminya meninggal karena kecelakaan beruntun mendengarnya saja aku sudah sangat sedih,apalagi bi ika yang pernah mengalaminya.Bi ika belum dikaruniai seorang anak,maka dari itu bi ika sangat sayang padaku.
  "Non,non milan harus makan dulu ya,bibi udah siapin masakan non milan dibawah" bi ika belum membuka pintu kamarku dan dia tak berani membuka pintu kamar orang lain tanpa izin dari pemiliknya."Bibi masuk aja",bukannya menjawab tetapi aku malah menyuruhnya untuk masuk " non mau makan disini?" Itulah penawaran yang bi ika ajukan "iya deh bi,bisa tolong  bawakan ?" "Non tunggu sebentar bi ika kebawah dulu mau ambilin makanannya,"bi ika langsung turun ke arah dapur yang nampak sibuk dengan persiapan mmakanan yang disiapkannya,sebenarnya sejak tadi aku belum keluar kamar,perutku terus berbunyi,aku sangat lapr tetapi aku sengaja tidak keluar kamar hanya karena tidak ingin dulu bertemu dengan ayah dan bunda.
  Aku termenung menatap kearah luar lewat jendela kamarku,waktu sekarang sudah menunjukkan pukul 5 sore,ini sudah sangat sore,tetapi mengapa bunda belum pulang,"non milan ini makanannya" bi ika menyimpan diatas meja belajarku "iya makasih bi," aku masih hanyut bergeming dengan segala pikiranku dan akhirnya sebelum bi ika keluar dari kamarku aku memutuskan untuk bertanya "bi..." Aku menghentikan panggilanku "iya non,ada lagi?" Bi ika yang tadinya akan keluar terpaksa masuk kembali,"nggk bi cuman pengen tanya,kalo bunda kapan pulangnya?,terus emangnya bunda kemana sampe nggk inget waktu pulang?" Jelasku dengan rasa khawatur yang tengah memburu,"emagnya non milan nggk punya Hp?kenapa nggk nyobain ngehubungin bunda pake hp non milan?".Saat itu juga,aku langsng tercekat dengan penjelasan yang bi ika lontarkan kepadaku dan aku pun akhirnya memilih untuk terdiam.

. ____ .

Seterang cahaya cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang