📍Prolog📍

9 1 0
                                    

_Takdir seperti apa yang kau inginkan, jika dengan memberi harapan lantas meminta untuk ditinggalkan?_

______________________________



"Bukan kau yang akan berhenti mencintaiku, tapi aku yang mulai berhenti detik ini!" Tulis Guna.

Adalah yang kesekian kalinya perkelahian tanpa sebab antara aku dan Guna.

"Jangan berbicara seperti itu, aku tak ingin pergi bukan berarti kau harus pergi Gun. Jangan selalu membandingkan dirimu dengan yang lain. Apa aku pernah mengeluh denganmu? Apa aku pernah marah dan membencimu?"

Mataku mulai basah. Kurasakan satu tetesan mulai mengalir dari sudut mata coklatku. Sungguh aku tak ingin menangis. Seperti dia yang benci melihatku menangis, aku juga benci dengen diriku yang terlalu rapuh.

"Kau pikir aku bodoh, bukan mengeluh katamu? Iya ra, aku gak kek cowok lain, aku kasar, aku suka maksa, gak pantes kamu ngarepin aku ra." Lama aku menunggu di ruang obrolan sampai Guna membalasnya lagi.

"Stop Gun, berapa kali aku bilang, aku gak peduli seperti apapun kamu. Gak peduli kamu kasarin aku atau gak. Aku nangis karena aku cengeng. Aku gak mau pergi Gun, aku gak mau, jangan katakan itu lagi." Sedikit berisak, namun aku sadar ada yang memperhatikanku. Sangat malu rasanya aku menangis dengan layar hpku di hadapan teman-teman sekamar.

Masih dengan rasa malu, ku ambil posisi berbaring dengan selimut menutupi seluruh wajahku. Tak peduli apa yang teman-temanku pikirkan saat ini. Meski mereka menatap tapi kurasakan tak ada dari mereka yang berani bertanya. Isakku terahan, tanganku mengepal menahan kuatnya amukan emosi saat ini.


_______________________________
Apa yang bisa aku lakukan? -Naura
Tidak ada. -Guna











"Aku mencintai terlalu larut, sementara kamu terlalu naif"

"Aku mencintai terlalu larut, sementara kamu terlalu naif"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Say You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang