4

2 0 0
                                    


"Eh Nan, lo inget cewek kemarin ga?" tanya Arif menyenggol lengan Nandar yang sedari tadi fokus bermain game online di handphonenya.

Nandar yang merasa terganggu menoleh menatap Arif dengan menaikkan sebelah alisnya, "Yang mana?".

"Yang jawab ucapan lo"

Nandar mencoba mengingat kembali, "Oh yang itu, kenapa? suka lo?" tanya Nandar dengan mensipitkan matanya.

Arif menggelengkan kepalanya.

"Ya terus?"

"Ga tau cuman mau nanya aja" memalingkan muka menatap Yogi yang berjalan mendekat.

"Heh Rif lo pulang jadi nebeng gue?" tanya Yogi dengan melirik Nandar sekilas dan menatap Arif.

"Jadi" sambil menggukkan kepala.

~~~

Siang ini matahari cukup terik membuat beberapa siswa maupun siswi di kelas tidak betah berada di dalamnya padahal ruangan kelas sudah terdapat kipas angin tapi udara masih cukup panas, aktivitas belajar masih dimulai senin depan maka dari itu beberapa murid masih berkeliaran bebas. Empat orang siswi tengah menatap ke arah lapangan dengan membawa minuman dingin, mereka tidak betah berada di ruangan kelas maka dari itu mereka keluar untuk menikmati angin walau tak cukup kencang tapi mampu membuat udara tak sepanas di dalam kelas.

Zenif mengeluarkan handphone miliknya, "Kalian ga bosen liatin mereka?" tanyanya setelah mengecek keadaan handphonenya.

Lia menggeleng, "Enggak, hmm ga tau kenapa aku kok seneng banget ya liat kakak yang itu" ucapnya menatap fokus seseorang yang di maksud.

"Siapa?" Ines mengikuti arah pandang Lia.

"Kalo enggak salah kakak itu anak osis, aku pernah liat" ucap Fio tahu yang dimaksud temannya.

"Aku rasa iya" ucap Ines setelah menatap ke arah lapangan.

Lia tiba-tiba tersenyum sendiri melihat kakak tingkatnya, atau yang mereka maksud sedari tadi ialah Yogi.
Zenif yang melihat tingkah Lia mengerutkan dahinya bingung. Tetapi ia memilih berdiam dan memainkan handphonenya kembali.

"Nes, entar temenin beli buku di toko deket rumah kamu ya" ajak Fio.

Ines yang tadinya melihat kearah lapangan menoleh, "Oke, gue sekalian ada yang mau di beli"

"Kalian ikut ga?" Fio menoleh ke kanan memajukan sedikit kepalanya agar kedua temannya terlihat.

Zenif menggeleng yang masih fokus ke layar yang ia pegang. Lia tak jauh berbeda, dirinya juga menggeleng menolak ajakan Fio.
"Aku males, mau tidur di rumah" ucapnya.

"Ye.. Lia mah tidur mulu" ejek Ines.

"Biarin"

~~~

Suasana kelas Ips 3 kini cukup riuh, banyak yang melakukan berbagai hal membuat beberapa kelas disampingnya terganggu. Sempat di tegur salah satu kelas yang lain tetapi masih tetap sama. Di salah satu bangku tertidur pulas seorang siswa dengan rambut yang acak-acakan dan juga kemeja sekolah yang tidak di kancing rapi. Dan disampingnya satu siswa sibuk dengan game yang ia mainkan sedari tadi, tidak peduli dengan keadaan sekitar.

"Mampus mati" kesalnya karena kalah dalam permainan. "Gue laper lagi nih bocah malah tidur mulu, Woy Rel bangun!" menyenggol keras siku Karel dengan sikunya.

Sang empu pun terbangun mengangkat kepalanya untuk melihat temannya, "Apaan? Gue masih ngantuk"

"Kantin, laper gue" ajak Ziven yang sudah berdiri di samping meja.
Karel terdiam sesaat.

"Rel, ngapain diem?"

Setelahnya Karel bangkit dari duduknya, "Balikin nyawa"

"Buset"

"Udah ayo kantin lama" Karen berjalan lebih dulu menuju pintu kelas.

Ziven melihat temannya hanya bisa menggelengkan kepala heran, "Gue yang ngajak, gue yang di tinggal laknat" ucapnya kemudian menyusul Karel yang sudah berada diluar.

~~~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Atteindre pourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang