Pelarian Hidup

10 0 0
                                    

Nusa Indah.

Romansyah julian adalah nama tokoh utama dalam cerita ini, orang yang sederhana dan selalu menolak ketika dibilang sempurna. Padahal pada realitanya dia pria yang paling dikagumi perempuan-perempuan yang masih perawan.
SMP NUSA INDAH, nama sekolahan yang ke 7 yang sekarang sedang dijajah oleh nya. Susah untuk mencari tempat belajar yang nyaman untuk orang seperti roman ini, bukan karna dia nakal atau pun terlalu bar - bar. Namun, lebih ke- 'tidak suka jika tidak ada yang sejalan dengan isi kepalanya'.

Pagi ini cerah...
Bersama Nusa Indah, bersama kelas baru, sekolah baru, semoga aku bisa tenang dan lulus di Nusa Indah~

Kini laju mobil Jeep yang dikendarai oleh om nya mulai mendekati SMP tersebut, banyak pedagang kaki lima yang sembrawut karna penindasan oleh larangan pemerintahan, yang tak diperbolehkan berjualan di trotoar jalan.
Gemuruh pasar, tlakson mobil, yang membuat ramai suasana pagi hari. Orang gila jalanan, yang kini viral karna membakar pepohonan besar, yang mampu membuat PLN ketar-ketir ketakutan. Membuat warga geram karna tingkah lakunya yang tak bermoral. Wajar, orang gila mah bebas...

Pukul 06:45.

"Kamu yang betah disini ya man, om pergi dulu"

"Semoga aja om, doain ya."

"Oke."

Rambut yang sengaja tak dirapihkan, baju yang hanya dimasukan sebagian, sepatu hitam Cat terpilar yang mengeluarkan bunyi, yang hampir mirip dengan suara sepatu kuda. Dan kini, Roman memasuki ruangan Kepala Sekolah.


"Permisi Pak,"

"Silahkan duduk."

Kini Roman memandangi ruangan disekelilingnya dimana prestasi, piagam penghargaan, beserta piala piala dan poto-poto kejuaraan terpampang dan tersusun rapih diruangan tersebut. Roman tiada henti memandangi poster - poster disekelilingnya, yang mana disetiap poster tersebut terdapat kata - kata motivasi. Dan roman pun hanya manggut-manggut padahal belum ditanya apapun oleh Bapak Kepala Sekolah nya itu.

"Kamu itu anak nya Bapak Brawijaya Kusuma? Murid baru di Sekolah saya ini?"

"Iyah pak. Sebentar pak, ini sekolahan bapak? Bukannya ini sekolahan Ayah Saya?"

"Hahaha, kamu bisa aja. Ya maksud saya di Sekolah yang Saya pimpin."

"Ohh gitu, kirain Ayah Saya udah jual Sekolah ini ke Bapak."

Nyebelin? Rese? Ya gitu lah, dia terlalu polos, untuk orang-orang baru. Makanya dia selalu berpindah-pindah Sekolah karna banyak yang sakit hati ketika ngobrol sama Dia. Dan Dia pun menyadarinya, tapi apalah daya. Dia selalu ingin kejelasan, sehingga omongan yang tidak penting pun harus jelas. Seperti tadi contoh nya.

"Gimana kabar Bapak Brawijaya? Sehat kan?"

"Alhamdulillah sehat Pak."

"Makin sukses aja Ayah kamu ya Tong."

"Jangan panggil Otong lagi pak! Saya udah besar sekarang."

"Ya udah, masuk aja ke Kelas."

"Awas ya pak. Kalo panggil Saya Otong lagi, Saya ganti Kepala Sekolahnya!"

"Iya, udah sana masuk Kelas."

"Siap Pak Haji."

Roman pun pergi keluar dari ruangan yang bertuliskan Kepala Sekolah, ruangan yang paling disegani di Sekolah Nusa Indah.
Semerbak bunga yang harum nan berwarna, ditambah gemercak air pancuran yang berposisi tepat ditengah kolam ikan. Ternyata benar bahwa ini indah. Denyut nadi yang melambat, degub jantung pun ikut melambat. Suasana tenang dan matahari yang sangat terang, kini berkilau ketika cahaya nya terpantul pada kening Pak Sugiono guru yang sedari tadi menatap sinis ke arah Roman. Roman tetap tenang, tetap santuy, tak ada raut yang mengerikan diwajah Roman. Mungkin, karna dia anak yang punya Sekolah tersebut, sehingga ia merasa paling berkuasa. Karena tadi saja, dia sudah mengancam Bapa Rilah yang menjadi Kepala Sekolah.

Pelarian HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang