Pelarian Hidup

8 0 0
                                    

Fino

Roman pun tiba di belakang Sekolah dengan nafas yang tidak karuan, wajar tadi Roman berlari dari kantin hingga ke belakang Sekolah.
Roman pun mengedarkan pandangannya, dia tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Fino. Roman hanya melihat persawahan dan perkebunan saja.

"Gua kira Fino orang yang tidak pernah main-main dengan ucapannya, ternyata dia tidak jauh dari seorang pecundang." Cela Roman.

Setelah Roman mengatakan itu, Fino pun menepuk punggung Roman dari belakang seraya membalas omongan Roman yang tadi.

"Gua kira lo, yang ga bakalan dateng."

"Gua bukan pengecut, seperti yang lo bilang di kelas!"

"Ikut gua."

"Lo ternyata penakut ya Fin,"

"Maksud lo apa?"

"Lo ga berani lawan gua, one by one?"

"Oke, gua beli bacot lo."

"Fin, gua punya syarat. Sebelum kita duel!"

"Banyak omong lo."

"Berani ga lo Fin?"

"Lo takut sama kita bertiga?" Kata Tiger.

"Iya, dia jiper bungggg..." Qino menambahkan.

"Sekarang lo mau syarat apa, hah?" Tanya Fino dengan tegas.

"Gua minta, kita duel one by one. Terus kalo gua menang, lo akui kekalahan lo! Itu juga kalo lo lelaki sejati. Terus yang terakhir, kalo ada yang bantuin lo, tandanya lo kalah. Dan lo ga jauh beda sama seorang PECUNDANG!" Ucap Roman dengan meninggikan kata 'pecundang' sambil mendekatkan wajah nya ke wajah Fino.

"Oke, sekarang ikut gua."

"Kita mau kemana?"

"Tempat bertarung, bukan disini."

"Oh iya, lo berdua jangan ikutin gua. Kalo lo masih ikutin gua, gua yang bakal hajar kalian! Paham!" Ucap Fino pada kedua rekannya.

"Tapi, Fin--" jawab mereka berdua kompak.

"Mau gua hajar?" Jawab Fino.

"Okelah, gua tunggu disini Fin."

Fino pun langsung pergi kearah kebun belakang Sekolah itu, Roman pun mengekori Fino.

Harus diakui, nyali Roman sekarang lumayan menciut. Karena Fino memang lelaki sejati, ia tidak pernah main-main dengan omongannya. Dan Fino pun tidak terlihat takut sama sekali ketika Roman menggertak nya tadi.

Pantas saja, Fino sangat ditakuti di Nusa Indah ini. Memang mental sama nyali nya ga bisa dianggap remeh, batin Roman.

Setelah melewati galang-galang persawahan, dan pepohonan kebun. Akhirnya, mereka pun sampai pada tempat pertarungan.

"Disini, tempat para jagoan. Tempat ospek anak-anak baru, tempat pertarungan para jagoan. Orang yang pernah bertarung disini, bukanlah orang yang sembarangan." Fino mendeskripsikan tempat yang sedang mereka pijak berdua, pada Roman.

"Gua ga suka ospekan, dan gua bukan jagoan."

"Semenjak gua membuat koma Qomarudin, pentolan Nusa Indah pas gua kelas 1. Semua orang jadi pada takut sama gua, sampai gua ga pernah ngerasain lagi berantem ditempat ini. Dan lo, orang pertama lagi yang berani nantangin gua!" Ucap Fino dengan penuh emosi.

"Maaf, Fin. Gua bukan nantang lo, tapi lo yang ngeremehin gua." Jawan Roman santai.

"Gua suka sama nyali lo yang besar, semoga sesuai dengan kemampuan lo."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pelarian HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang