Beberapa manusia diciptakan dengan empati yang sedikit, bahkan tidak sama sekali. Beberapa manusia bahkan tidak memiliki rasa peduli terhadap lingkungan dan keadaan sekitarnya. Bersikap acuh pada manusia lainnya. Membutakan diri akan keadaan sekitar. Menulikan pendengaran ketika ada jeritan meminta tolong.
Pertanyaannya, apakah manusia seperti itu ada di dunia nyata? Ada! Banyak sekali.
Ketika rasa kemanusiaan hilang digantikan rasa ego dalam diri akan sesuatu. Mengesampingkan perasaan manusia demi mencapai tujuan yang diinginkan. Hidup bukan candaan yang harus ditertawakan. Duka dan lara pada setiap hati itu berbeda. Karena otak manusia diciptakan dengan kapasitas yang berbeda.
Lee Haechan melihatnya saat berusia dua puluh tiga tahun ia dilahirkan. Melihat bagaimana orang-orang dilingkungan barunya menutup diri tentang jeritan tak bersuara dari sosok dingin itu. Mereka seolah mencoba untuk menyembunyikan tangannya ketika sosok itu mengemis dan mengulurkan tangan meminta pertolongan.
Haechan rasa hidupnya sudah berubah. Zona nyamannya sudah berakhir. Bukan karena ia tidak bahagia, namun melihat bagaimana kesedihan orang lain membuatnya ikut gelisah. Memikirkannya setiap malam, bertanya tentang dirinya, memberi perhatian kecil untuk menolongnya kembali.
Pertama kali melihat sosok dingin bernama Mark Jung itu ketika dirinya dan Jeno Jung melangsungkan pernikahan. Sore itu ia bertanya ketika sesudah mengucap janji suci dihadapan Tuhan, bertanya pada suaminya tentang sosok tampan yang berada di deretan bangku depan tanpa ekspresi apapun. Jawaban Jeno membuatnya semakin bingung.
"Dia adalah Hyung-ku." Singkat dan jelas.
Bahkan keluarga besar Jeno tidak memperkenalkan sosok dingin itu padanya. Saat resepsi dilangsungkan, Haechan semakin bingung ketika tidak ada satupun kerabat atau keluarga Jeno yang bertegur sapa dengannya. Dengan rasa penasaran yang besar, Haechan mendekatinya menjulurkan tangannya untuk memperkenalkan dirinya. Sekaligus untuk mengetahui identitas sosok dingin yang katanya adalah kakak dari suaminya.
"Mark Jung. Terimakasih telah bertanya tentangku, adik ipar."
Jawaban itu membuat Haechan lebih tertarik untuk mengenal lebih jauh pada sosok Mark. Dia tidak buruk, bahkan ketika Haechan menjulurkan tangannya Mark dengan senyum tampannya menyambut tangan hangatnya dengan telapak tangan besarnya yang dingin. Haechan berfikir kalau saat ini Mark sedang gugup terlihat dari tangannya yang mendingin tanpa sebab. Apa Mark tidak terbiasa bertemu dengan orang banyak? Begitu fikir Haechan, karena resepsi pernikahan dirinya dengan Jeno digelar dengan mewah dan megah yang dihadiri oleh ribuan orang.
Setelah tersenyum tulus, wajah tampan Mark kembali datar seperti semula. Membungkuk sopan padanya dan meninggalkan Haechan sendiri disamping meja penuh makanan yang tadinya tempat Mark Jung duduk selama acara berlangsung. Otak kecil Haechan benar-benar dibuat berfikir keras pada sosok yang bahkan belum genap sehari ia temui.
Haechan kembali pada Jeno yang sedang berbincang dengan teman-temannya. Memberikan senyum teduh pada sosok pria yang akan menghabiskan sisa hidup untuknya. Bahkan saat bersama Jeno, Haechan masih sangat penasaran dengan sosok kakak suaminya itu.
Tbc
Nanti kalo komen sm votenya nyampe 100 aku update nanti malem.
Ini inspirasinya dari film joker yang sampe skrg buat aku mikir keras. Kenapa aku gabisa baik ke semua orang? Hikd. :(
See u asap💞
KAMU SEDANG MEMBACA
One Side • Markhyuck
Fiksi PenggemarMarkhyuck! Nohyuck! "Terimakasih telah bertanya tentangku, adik ipar." Hidup tidak melulu dengan sesuatu yang senang. Pahitnya harus kau hadapi. Tidak melulu dengan bercanda, coba dengarkan dari sudut pandangnya. Perbedaan bukanlah hal buruk. Men...