~13 Oktober 2019~
Pukul 01.15 Tertulis
3 tahun lalu segala tentangnya adalah keangkuhan, keangkuhan yang membiarkan kepalanya tetap tegak manakala sumpah serapah terdengar menggelak, keangkuhan yang mengajarkan betapa berharganya setitik air mata untuk diteteskan dengan sia sia. Keangkuhan yang menghindarkan riuh hujan menderap jatuh dari mata sendunya. Ada sebentang tembok kokoh nan tinggi membuat orang-orang menghindar darinya. Ia terasing ditengah tengah kehidupan yang bising. Ia tak peduli, keangkuhannya mengajarkan bagaimana menjalani hari-hari sunyinya Sendiri. Tiada ia punya teman yang berarti,barang 1 atau 2 sekalipun. Ia tetap dirinya dengan segala keangkuhannya
Setiap hari hari masa hidupnya adalah warna kelabu yang monoton. Ia menghembuskan nafasnya dengan berat. Gurat gurat kelelahan tergambar dari kantung matanya yang gelap. Tentu saja,Usia 17 tahun bukanlah harapannya. Namun Sudi tak Sudi ia harus menjadi tokoh utama dalam sandiwara kehidupannya
Ia tiada berdaya, kehidupan hanyalah panggung sandiwara yang telah diatur tuhan yang maha sempurna. Ia tak percaya, Ia tak bisa. Ia hanyut dalam kediaman dan larut dalam kekosongan
Rumah baginya hanyalah Neraka ke Dua yang memberhanguskan manakala ia menapakkan kakinya disana. Bagaikan masuk ke kandang harimau,Carut marut sudah menanti untuk ditumpahkan padanya." Kau Anak Pemalas!,Tak Tahu Diri!. Entah Apa yang Ada Di Otakmu itu!?.. Dasar Dungu!!."
Rahangnya nampak mengeras matanya menyipit dan tatapan es yang beku berubah menjadi kobaran api yang siap menghanguskan apa saja yang ada dihadapannya. Ia siap untuk murka. Namun Ia memalingkan wajahnya. Ditelanya ludah sendiri dengan pahit. Sebuah kenyataan memukul Batinnya Jatuh Terluka dan Berdarah
Ia hanyalah seorang anak yang tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan apabila memberontak, melarikan diri dari kenyataan,akhir dunialah yang menghampirinya. Pandangan yang beralih miring. Konflik batin berkecamuk dalam dadanya. Ditebalkan telinganya menunggu sarkasme selanjutnya. Pintu kamar yang kasian padanya menawarkan diri untuk segera dimasuki. Maka langsunglah ia masuk kesana dengan Pikiran mengambang.
" Apakah Aku Seburuk itu?.."
Ia menatap nanar pada dinding kamarnya. Tulisan Berupa motivasi yang tertera disana adalah Ejekan yang Mengiris Dadanya.
_Aku Kuat,Aku tidak akan kalah,Aku pasti bisa,Aku tidak akan jatuh ke lubang yang sama._
Segaris senyuman tergambar diwajahnya yang tak terurus. Ia meras Hina,Begitu rendah Harga Dirinya. Ia begitu Muda Dan Naif.
Ia merutuki tubuhnya yang tak kunjung ringkih,meski selera makannya hampir tak ada. Ia bergumam pelan. Tanyakan pada malam yang menjadi impian,pada siang yang menjadi jawaban,dan pada pagi yang merubuhkan harapan pada kenyataan. Ia berdiri terpaku untuk beberapa waktu ditempat itu. Bunyi rutukan dan sumpah serapah yang bersahutan menjadi musik latar belakang dari rekaman drama kehidupan nyatanya.
Ia menggigit bibir bawahnya. Ia terperi, nuraninya terpiuh.
Bukanlah hal yang baik untuk melawan kehendak. Ia berang, Logikanya menghilang. Seakan ia datang akan meradang, menghilang jauh, menerjang setiap rintang dan penghalang. Ia menutup matanya pelan. Alam mimpi datang menyambutnya, Menghantarkannya ke dimensi waktu yang hanya sesaat persinggahannya._"Aku ingin Lulus,Aku ingin Pergi,Aku ingin Lari.."_
Riuh suara ayam berkokok sang Surya yang mengantarkan diri menjadi pengantar pagi yang sudah siap untuk dijalani. Perihnya tetesan embun membasahi luka batinnya yang belum juga mengering. Ia terbangun oleh hawa dingin yang menusuk setiap persendiannya.
Ia meringis.
Ia benci,
sangat benci dengan waktu yang dinamakan pagi.
Ia tak suka manakala ia terjaga.
Waktu waktu sunyi siap untuk dilewatkan Sendiri.
Amarah dan Keputusasaan telah menunggu meruntuhkan kepercayaan dirinya lagi. Menggores batinnya yang entah sudah berapa lama diselimuti luka lara. Pagi sudah diawalinya dengan kesenduan. Ia adalah jiwa yang sunyi ditengah hari yang sepi.Hari terus berlalu melewatkan masa yang telah lalu.
Lembaran demi lembaran sudah diisi dalam jurnal kehidupan yang entah kapan berakhirnya.
Entah itu nyanyian,entah gumaman,entah juga hal yang tak Terkatakan. Semuanya ibaratkan Asam,Asin,Manis,dan Pahit yang berpadu menjadi satu.Hidup adalah satu misteri yang tak terpecahkan, Satu bagian dari Kesatuan.
Tiada yang mampu menerka masa depan dengan sedetail-detailnya, tiada yang mampu mengelakkan takdir yang sudah terpatri dalam garis hidupnya.
Itulah hidup dengan segala misteri yang menyelubungi.03.12 Pagi Dini Hari