Alkisah di sebuah desa terpencil, hiduplah sepasang suami istri yang sangat berbahagia. Meski sudah bertahun-tahun belum dikaruniai malaikat kecil dalam rumah tangganya, mereka tak berkecil hati. Mereka menghilangkan kesedihan dengan berladang, hingga suatu hari di lahan yang mereka tanami ubi jalar terdengar suara tangisan bayi.
Setelah di cari, ditemukanlah sesosok bayi lelaki mungil sedang menangis, kondisinya amat miris. Hanya dibalut kain jarik dan kumpulan semut mulai mengerubungi.
Si istri yang merasa Iba segera mengangkat bayi malang tersebut, lalu mereka pun membawa ke rumah yang terletak tak juh dari ladang. Setelah dibersihkan, tangisan bayi itu tak kunjung berhenti juga. Mungkin karena lapar juga haus, berangkatlah suaminya ke luar rumah menuju warung yang jaraknya lumayan jauh dari rumah mereka.
Sepulang dari warung, si suami menyodorkan susu sachet ke istrinya. Dengan telaten istrinya menyuapi susu buatannya dengan sendok ke arah bayi tersebut, si bayi dengan lahap menyesap susu yang disuapi ke mulutnya.
Singkat cerita, diasuhlah bayi itu, dianggap rezeki dari Tuhan untuk mereka yang selama ini memang mengharapkan keturunan. Bayi lelaki itu di beri nama Riski Ramadhan yg artinya rezeki di bulan Ramadhan.
18 tahun kemudian
"Assalamualaikum, Mak'e, Pak'e aku pulang, " ucap Riski seraya membuka sepatu usangnya, di pelataran rumah kayu yang tampak reot termakan usia.
"Waalaikumsalam, ealah Le'k udah pulang toh kamu?" Jawab Emak dan Bapaknya, yang baru saja selesai memanen sayuran kentang dan kubis dari ladang.
Seperti biasa, penuh takzim Riski mencium punggung tangan kedua orang tuanya.
"Gimana hasilnya, Lek?"
"Alhamdulillah Riski lulus, Mak'e, Pak'e. Dan ini, ada surat pemberitahuan dari kampus yang bulan lalu didaftarkan kuliah jalur prestasi. Alhamdulillah Riski lolos seleksi dan bisa kuliah gratis."
"Alhamdulillah, Terima kasih ya Allah. Akhirnya harapan kamu untuk melanjutkan pendidikan bisa terwujud ya, Lek. Tapi ....," jawab Emak terputus seketika, diselingi raut sedih.
"Tapi kenapa, Mak?"
"Mak Bingung, uang dari mana untuk ongkos sehari-hari kamu nanti? Jarak kampus kamu jauh toh, Lek! Meskipun biaya kuliah kamu mungkin gratis dapat beasiswa, tapi opo iyo tetek bengek lainnya gratis juga?"
Tampak Riski menundukkan wajahnya, ternyata berita yang ia fikir akan membuat orangtua nya bahagia, justru menambah beban fikiran baru bagi Emak dan Bapak.
"Mak'e, kalau diijinkan Riski akan merantau ke kota tempat kuliah nanti, di sana Risky akan mencari pekerjaan. Lumayan untuk tambahan, untuk fasilitas kuliah menurut penjelasan Pak Maksum wali kelas Riski, katanya itu semua biaya kuliah sampai lulus gratis, Mak, Pak.
Bahkan katanya kalau Riski punya kendala tempat tinggal, di kampus disediakan Mess untuk mahasiswa perantau.""Ya mungkin kalau biaya, Mak sama Bapak mu ini masih bisa usahakan. Tapi rasa-rasane Mak'e mu ini berat yo ngelepas kamu pergi jauh, Lek!"
"Tapi Mak, ini semua demi cita-cita Riski ingin menjadi Dokter. Insya Allah kalau tercapai, Riski ingin sekali mengabdi untuk Desa ini. Di sini, Jangankan Rumah sakit, Dokter saja sangat jauh tempatnya. Riski ingin mengobati warga miskin yang ga mampu untuk berobat di Rumah sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
"Neng Aya Stories"
Historia CortaKumpulan cerita pendek oleh Neng Aya. Happy reading, semoga terhibur^^ Jangan lupa tinggalkan vote atau comment😍😘