4. Kolong Langit

2.2K 304 31
                                    

Lagu Time of Your Life milik Green Day tengah berputar di iPod Nano biru kesayangan Mark sementara sang pemilik tengah membaca buku pelajaran Bahasa Indonesia-nya. Dia masih tidak paham bahasa tersebut, tapi dia sudah merasa ada banyak kemajuan besar.

Kamus Inggris-Indonesia besar terbuka lebar di meja belajarnya dan beberapa bagiannya ditempeli Sticky Note. Pulpen dan colour marker Stabilo berbagai warna bertebaran di atasnya. Sebenarnya Mark bukan tipe remaja yang suka belajar atau apa.

Ini malam Jumat. Jika Mark masih berada di Canada, dia akan menghabiskan malam ini di luar rumah, menikmati udara segar bersama sekelompok remaja Canada-Korea yang ada di sana.
Tapi Jakarta berbeda dengan Canada. Asia berbeda dengan Eropa. Itu membuat Mark merasa sedikit canggung dengan semua hal yang berada di sini.

Mark beralih menatap iPhone-nya. Tak ada pesan baru yang masuk. Grup kelas X-F di Whatsapp tampak sepi, hanya ada pemberitahuan PR Matematika untuk minggu depan.

Tangan Mark tergerak untuk mengecek group chat tersebut. Tak ada yang bisa Mark mengerti. Kemudian Mark beralih untuk melihat anggota grup. Dia mengusap layarnya ke bawahㅡdan menemukan sebuah nama yang menarik perhatiannya.
+628003637278, ~Renjun H.

Sembari tersenyum tipis, Mark menekan profilnya dan memilih opsi 'Add to Contact'. Setelah tersimpan, ia melihat status Whatsapp ketua kelasnya

I may fucked up, 20 Minutes ago.

Manik biru Mark melebar, tapi dia memilih menaruh kembali iPhone-nya.
.
.
.
Renjun melempar susu kotaknya ke sembarang arah sebelum menghempaskan tubuhnya ke atas kasur dan mengerang frustasi.

Ini baru awal semester dua, tapi otaknya bahkan mulai tidak berhenti berpikir. Dan pada hari ini,.sekelebat masalah memaksa masuk ke otaknya dan Renjun tidak bisa mendiamkannya begitu saja.

Dia benci hidupnya. Andai saja dia tidak menjadi Ketua Kelas, tidak menjadi Wakil Ketua klub Jurnalistik, tidak menjadi Kapten Klub Voli untuk kelas satu, tidak menjadi kamus berjalan bagi Mark Lee, tidak menjadi sahabat terdekat Haechanㅡ
Atau lebih baik, tidak menjadi siapa-siapa di dunia ini.

"Renjun." suara pelan Kak Sicheng menginterupsinya. Ia menoleh dan menemukan sosok kakaknya, berdiri di ambang pintu kamarnya dengan senyum lemah.

"Apa?" tanya Renjun, balik menatap lurus ke arah cermin di kamarnya. Refleksi dirinya tampak begitu kacau saat ini. Rambut acak-acakan, kemeja batik sekolah yang terpasang berantakan dan tali pinggang yang terlepas. Renjun mendengus melihatnya.

"Maaf."

"Untuk apa?"

"Untuk kembali menambah beban pikiranmu. Lo masih muda, seharusnya nggak berpikir sebanyak itu," kata Kak Sicheng, melangkah masuk ke dalam kamar Renjun dan menutup pintu kamar adiknya perlahan.

"Gue minta maaf, oke?!"
Pikiran Renjun semakin kacau setelahnya. Sulit membayangkan bahwa kakaknya berubah. Bukan berarti Renjun menyalahkan kakaknya atau apa. Atau malah yang terparah, membencinya.

Tapi tindakan kakaknya itu... Itu sama saja dengan melawan arus. Kakaknyaㅡkini bersama pacarnya yang entah siapa namanyaㅡtengah menghadang dunia.

"Lo nangis." gumam Kak Sicheng lirih, berhasil membuat Renjun tersadar dan meraba pipinya.

Basah.

Ingin rasanya Renjun tertawa. Kenapa juga ia menangis? Kakaknya ini laki-laki. Kak Sicheng pasti memiliki caranya tersendiri untuk menghadapinya. Terlebih lagi, kedua orangtua mereka sayang padanya.
Renjun memejamkan matanya yang menghangat, membiarkan kedua lengan Kak Sicheng kini melingkar di badannya dan menyandarkan kepalanya pada bahu Kak Sicheng.

Class President and Our Chaoses [Remake Vers.] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang