Happy Birthday Tommy

1.6K 123 1
                                    

"Tom ...," lirih Tenia. Wajahnya tegang dengan mata tak berkedip mengarah ke depan. Tommy yang paham maksud Tenia, ikut tegang. Ia melambatkan mobilnya saat netranya menangkap mobil Rindu terparkir di depan rumah Tenia. Ingin memutar tapi dilihatnya Rindu sudah terlanjur berdiri. Beruntung kaca mobil gelap dari luar, jadi Tenia masih aman.

Tommy memundurkan mobilnya sedikit dan menghentikan di sisi jalan depan rumah Tenia.

"Aku akan mengalihkan Rindu. Kau turun diam-diam dan bersembunyilah hingga kami pergi. Paham?" bisik Tommy.

Tenia hanya mengangguk. Ketegangan yang ia rasakan membuat mulutnya terkunci.

"Aku turun duluan. Hati-hati, Sayang, semoga tidak ketahuan." Sebuah kecupan diberikan Tommy ke pipi Tenia sebelum ia turun.

"Sudah kuduga kau pasti di sini." Tommy buru-buru membuka suara sebelum Rindu menanyakan keanehan mengapa ia mampir ke rumah Tenia. Senyum Tommy mengembang saat langkahnya mendekati Rindu yang berdiri di depan kursi.

"Kau dari rumahku? Ada siapa di rumah?"

"Aku tidak masuk, saat tahu mobilmu tidak ada, aku berpikir kau pasti di sini." Tommy mengecup pipi Rindu setelah di antara mereka tak ada jarak. Sengaja ia menghalangi pandangan Rindu agar Tenia selamat turun dari mobil.

"Aih, main nyosor ya?" Rindu memegang pipinya yang menghangat.

"Aku rindu kepadamu, Sayang." Tatap Tommy mesra.

Rindu membalas menatap manik kecoklatan di depannya. "Aku pun."

"Kita bicara di kamarku saja, bagaimana?"

"Tidak tunggu Tenia bangun?"

"Kau mau threesome ...."

Kalimat Tommy terpenggal karena pinggangnya dipelintir Rindu.

"Aww, perih, Sayang." Bibir Tommy senderut.

"Salah siapa kalau bicara tidak pakai dipikir dulu." Mata Rindu membulat sempurna.

Tawa Tommy pecah. Ditariknya hidung Rindu yang bangir. "Ayo, kita pulang," ajak Tommy seraya melirik ke belakang, berharap Tenia sudah turun dari mobil dan sedang bersembunyi.

"Ayo, Yank ... loh itu Tenia! Teniaaa, hei!" pekik Rindu yang tak cuma mengejutkan Tenia yang sedang berjingkat-jingkat meninggalkan mobil, tapi wajah Tommy juga nampak tegang. Cowok itu merasa jantungnya berdegup kencang di atas normal. Keringat dingin membanjiri telapak tangannya. Dan debaran di dada bak pelari ratusan kilometer.

Tanpa menyadari perubahan air muka Tommy, Rindu berlari ke arah Tenia yang terpaku di tempatnya berdiri.

Takut terjadi hal yang tidak diinginkan antara kedua cewek itu, Tommy menyusul Rindu.

"Kau ... kau semobil dengan Tommy? Kukira kau sedang tidur." Dahi Rindu mengernyit. Mencari jawaban di mata yang terlukis ketakutan di depannya.

Bibir Tenia bergetar hebat. Suaranya tercekat di tenggorokan. Ia mencuri pandang ke Tommy yang berdiri di balik bahu Rindu. Tommy paham makna tatapan Tenia. Otaknya bekerja keras mencari alibi yang tepat.

"Aku bertemu dengan Tenia di jalan ..."

Rindu hanya memutar leher sedikit. "Lantas mengapa kau tadi tidak jujur? Dan mengapa Tenia berjingkat-jingkat?"

"Takut kau salah paham, Rin, jadi ... kupikir ... lebih baik bersembunyi saja," gagap Tenia.

Rindu memutar lehernya kembali memandang sahabatnya tapi yang dipandang justru mengalihkan tatapannya ke bunga bougenvil yang cukup rimbun. Tenia pernah membaca artikel psikologis bahwa mata tak bisa menyembunyikan dusta yang terucap. Tawa Rindu meledak, membuat Tenia dan Tommy saling berpandangan heran.

Love You Hater Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang