Anggara di mata Alley;
*possesive
*possesive
*possesive
*possesive
*tampan
*rupawan
*menawan
*jutawan
*dermawan
*mengaggumkan
Anggara adalah kejutan paling mengejutkan di usia Alley yang hampir meninggalkan angka belasan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lamis_lamise11 ❤Liked by others CUMA TEMAN. 12 minutes ago
Alley mengumpat begitu melihat akun instagramnya yang ramai oleh Direct Message dari teman-temannya.
Rata-rata dari mereka menanyakan hal yang sama 'Lo sama Anggara udahan?' disertai tautan postingan baru dari akun gosip yang Ia tahu dikelola oleh anak UKM Jurnalistik.
Begitu melihat foto dirinya dan Andi -teman yang Ia jumpai saat dirinya mengikuti Surving Contest di Bali 7 hari yang lalu- terpampang dengan jelas di Feed akun gosip paling digemari seluruh penghuni kampusnya, Ia mengumpat.
Rasa-rasanya Ia ingin mencekik siapa saja yang berani memfotonya dan mengirimkannya ke akun gosip. Ia berdoa semoga saja Anggara tidak melihat postingan ini namun harapan itu rasa-rasanya tidak mungkin mengingat Anggara aktif di Instagram dan selalu up to date akan berita terbaru apalagi jika berhubungan dengan dirinya.
Dan benar saja, tak sampai 10 menit masuk sebuah pesan ke handphone nya.
Anggara❤ Alley?
Alley dapat melihat pop-up pesan masuk dari Anggara melalui layar berandanya, namun sama sekali tak berniat membukanya dalam waktu dekat.
Anggara❤ (Sent a photo) kamu mau jelasin ini?
Tanpa membukanya pun Alley tahu kalau Anggara mengirimkan hasil screen shot postingan terbaru akun lambe-lambean paling update se antero kampus itu.
Anggara❤ Aku di apartemen, kalau-kalau kamu mau jelasin langsung.
Masih diam. Alley belum melakukan apapun pada pesan-pesan dari Anggara. Ia tetap neneruskan kegiatannya menonton Channel Youtube favoritnya sampai sebuah panggilan Video WhatsApp masuk ke ponselnya.
Alley mengumpat. Ia membanting ponselnya begitu saja ke bantal di sisinya setelah mengubah pengaturan ke silent mode.
Ia menunggu 1 menit, 2 menit, sampai 10 menit dan Anggara tak ada tanda-tanda akan menyerah sebelum Ia meladeninya.
Diacaknya rambutnya kasar.
Beginilah resiko memiliki pacar superpossesive yang ingin tahu semua kegiatanmu dan teman rese yang menganggap sepele skinship dengan wanita taken. Ia ingin menghubungi Andi dan menyalahkan cowok itu karena berkatnya Ia kini berada dalam masalah, namun Anggara pasti akan langsung murka saat tahu dirinya sedang online tapi tidak membalas satupun pesan dan panggilannya.
Argh Alley kesal! Kalau saja Ia tahu siapa yang berani mengambil fotonya diam-diam saat itu, Ia akan membuat perhitungan kepada orang itu sekarang.
Masalahnya Ia tak tahu siapa.
Anggara❤ Angkat. Aku tahu kamu sengaja ngga jawab.
Alley melirik kembali layar ponselnya, bersamaan dengan masuknya pesan baru dari Anggara, lagi.
Matanya terpejam sesaat sembari meremas ponselnya erat.
Ditariknya nafas melalui hidung dan dikeluarkannya melalui mulut. Heck. Saat ini Ia seperti akan menghadapi dosen Killer saja.
Sayangnya yang Ia hadapi lebih mengerikan dari Dosen Killer sekalipun, saat marah. Anggara beribu kali lebih mengerikan dengan matanya yang menyorot tajam dan bibirnya yang tak akan berhenti mencecarnya.
Anggara❤ Dia beneran selingkuhan kamu sampai kamu ketakutan ngga jawab pesan pesanku?
What the fun. Alley buru-buru membuka aplikasi WhatsApp nya dan mengetuk pesan dari Anggara. Diketiknya balasan dari setiap pertanyaan Anggara dengan cepat.
Alley Iyaaa Anggara Aku baru mandi, maaf ngga kedengeran. Bukaan dia bukan selingkuhan aku. Aku otw apartemen kamu sekarang.
Selesai. Alley menghembuskan nafasnya yang tanpa sadar Ia tahan saat mengetik balasan untuk Anggara.
Fix dia harus menyiapkan mentalnya yang setipis pembalut wanita.
***
Alley mendorong pintu berwarna putih itu setelah menekan tombol kombinasinya. Kakinya melangkah masuk dengan ragu dan sedikit gemetar.
Kepalanya melongok ke dalam dan didapatinya Anggara yang sedang duduk di sofa dengan sekaleng bir. Mata pria itu sama sekali tak meliriknya, hanya fokus pada layar televisi yang menampilkan tayangan politik negara tetangga.
Alley meneguk ludahnya yang mendadak terasa berlimpah. Ia ingin mundur dan kembali ke indekos nya, namun sudah kepalang basah.
Mau tak mau dilangkahkannya kakinya yang telanjang --alas kakinya Ia letakkan di rak dekat pintu-- menuju sofa dimana Anggara berada.
"Hai Gara.." oh Alley bahkan dapat mendengar getar ketakutan dalam suaranya sendiri.
Ia mendekati Anggara, memberikan kecupan singkat di rahang pria itu sebagaimana kebiasaannya, sebelum mendudukkan diri di sampingnya.
Anggara tetap diam membisu. Ia tak terpengaruh sama sekali dengan keberadaan Alley yang tak lebih satu meter dari tempatnya duduk.
Alley yang diacuhkan memilih kesibukan lain. Diulurkannya tangannya ke kaleng bir di hadapan Anggara yang ternyata isinya tinggal setengah dan berniat menenggaknya.
Namun belum sampai itu terjadi, Anggara sudah merebut kaleng di tangan Alley dan menghabiskan isinya --masih tanpa kata.
Alley menjilat bibirnya yang kering. Ia menyesal tak membawa makanan apapun ke sini. Setidaknya ada hal yang dikerjakannya jika Ia membawanya tadi, bukannya diam macam patung liberty seperti saat ini.
Menyerah dengan kebisuan di antara mereka, Alley akhirnya membuka suaranya. "Dia Andi.. Kita ketemu di kontes surving di Bali minggu lalu." buka-Nya.
Anggara tetap diam tak merespon, tapi Alley tahu pasti kalau pria itu mendengarnya.
"Kejadiannya ngga kaya yang ada di foto. Waktu itu dia cuma iseng pengen nyekik aku, tapi karena jaraknya kedeketan jadi keliatannya kaya dia lagi meluk sambil cium rambut aku." Alley berusaja menjelaskan sejujur mungkin. Ia tak ingin mendapat masalah baru dengan berbohong kepada pacar pemarahnya itu.
Lama Anggara tetap diam, yang membuat jantung Alley berdetak tak tenang. Ia mengelus lengan Anggara dan memainkan jemarinya sebagai pengusir rasa bosan.
"Sedekat apa kalian sampai dia berani becanda pengen nyekik kamu?" pertanyaan yang keluar dari Anggara membuat Alley matu kutu. Ia terjebak dengan jawabannya sendiri.
"Um.. Di..a.. Emang orangnya gitu? Gampang akrab ke semua orang." Alley menjawab tak yakin. Ia tak tahu apakah jawaban yang Ia berikan dapat menolongnya atau tidak.
"Bagus, sekarang kamu mulai puji-puji dia." Anggara menyahut sinis.
Alley tergagap. Ia meremas jemari Anggara tanpa sadar. "Eng.. Bukan gitu-"
"Kirimin kontak dia ke nomor aku." Anggara memotong.
Alley membelalak. "Buat apa?"
Anggara kali ini menoleh, menatap wajahnya. "Kenapa? Kalau dia memang bukan selingkuhan kamu kamu ngga perlu takut."
"Bukan gitu--"
"Kirimin sekarang. Aku mau mandi dulu. Selesai aku mandi harus udah ada di hp ku."