II

312 24 27
                                    

Seperti biasa dukungan selalu dibutuhkan dari para readers yang baik hatinya.
Agar author mendapatkan subsidi menulis. Wkwkwk..
Happy Reading Readers
.
.
.
.
.
.

.
.

"Kalian bertiga aneh sekali, lebih baik kita masuk saja. " Tawaran suho untuk segera memasuki rumah diterima oleh mereka, meskipun sepenuhnya belum bisa mencerna kejadian aneh hari ini.

Ketiga bocah itu  kini tengah disuguhi pemandangan mewah rumah suho, rumah dengan nuansa putih itu memperlihatkan detail seninya.

Bagian ruang tamu terpasang berbagai lukisan indah nan menawan dengan bingkai serba putih, menghidupkan seisi ruangan .

Sang pemilik rumah hanya terkekeh melihat ketiga temannya  yang kini tengah menganga menyaksikan rumah mewah milik Suho. Tak heran jika Suho terkenal dikampus, karena ayahnya adalah pemilik yayasan kampus.

"Ekhemm.. " Deheman Suho mengalihkan atensi ketiga bocah itu, jimin menelan ludahnya setelah sekian menit menganga.

"Silahkan duduk. " Suho mempersilahkan ketiga temannya untuk duduk di sebuah kursi panjang berwarna putih.

Dengan antusiasnya Taehyung langsung mendaratkan pantatnya sembari memantul mantul kan kekursi empuk milik tuan rumah.

"Hei. Jangan udik! " Jungkook mencoba menghentikan tingkah konyol temannya itu. Dengan ekspresi nyengir  taehyung akhirnya menghentikan kelakuan bodohnya. Jimin hanya terkekeh melihat kedua temannya.

"Jadi ada apa kalian datang ke rumah ku? " Suara sang pemilik rumah mengalihkan jungkook, jimin dan taehyung. Suho tersenyum ramah, duduk dengan tenang di kursi paling kanan menghadap kearah tiga temannya.

"Sebenarnya kami mencari tempat tinggal, tapi setelah kami telusuri rata-rata biayanya sangat mahal. " Penjelasan jungkook menarik perhatian suho yang kini tengah mengangkat tangannya dan diletakkan di bawah dagu, bibirnya tanpa sadar maju ke depan.

"Jadi bisakah kau menampung kami untuk beberapa waktu?. " Tanpa basa basi taehyung masuk keinti pembicaraan. Jungkook dan jimin saling tatap dan kini berbalik menatap suho yang sudah meletakkan punggungnya dikursi.

"Sebenarnya aku bisa menampung kalian untuk beberapa waktu, tapi tidak untuk kedua orang tuaku. " Suho mengatupkan bibirnya, tampak kerutan didahinya, alisnya terangkat dan kedua matanya menatap teduh kearah ketiga temannya.

"Apa kau tau tempat dengan biaya murah? " Jimin akhirnya membuka suara dengan wajah penuh harap suho akan mengatakan tau.

"Emmm..." 

************

"Hallo, oppa apa kau sudah menemukan tempat tinggal? " Suara gadis dari balik handphone milik taehyung memecahkan keheningan yang sedari tadi melanda ketiga bocah itu.

"Kami sedang mencari alamatnya, ini sedang diperjalanan, nanti akan ku hubungi lagi ya. "

"Baik oppa. " Jennie mengakhiri pembicaraan dengan kekasihnya, ia kembali melanjutkan aktivitasnya.

Menjadi seorang guru di sebuah sekolah ternama membuat jennie harus meninggalkan desa dan memilih LDR dengan kekasihnya, namun mendengar taehyung diterima di Universitas impiannya jennie merasa senang.

Karena artinya ia akan sering bertemu dengan kekasihnya itu dan akan sering berbagi keluh kesah mereka selama hidup merantau.

"Jennie!" Yakk.. Kau tuli ya! " Teriakan seorang wanita itu mengagetkan jennie yang sedari tadi melamun dan sesekali tersenyum sendiri bagaikan orang tidak waras.

"Ahh, mianhae eonnie aku sungguh tak mendengarmu. " Jennie langsung bangkit dari tempat duduknya, membungkukkan badannya dihadapan seniornya.

"Lagi-lagi kau melamun, entah apa yang merasuki mu Jen. " Eun Ji menggelengkan kepalanya menatap heran juniornya itu.

"Ada apa eonnie memanggilku? " Jennie  tersenyum kikuk, kini ia menatap bingung seniornya.

"Kau kenal Kai kan? Guru olahraga baru itu? "

"Kenapa dengan Kai?" Jennie mengerutkan alisnya, menatap serius seniornya.

"Kai tampan bukan? Cocok jika disandingkan dengan ku, bagaimana menurutmu? "

Jennie menepuk jidatnya sendiri, matanya terpejam setelah mendengar apa yang Eun Ji katakan, ingin rasanya Jennie salto saat itu juga dan menjambak rambut Eun Ji, karena telah membuat Jennie emosi.

"Ada apa? Kenapa kau sepertinya kecewa mendengarkan ku? " Eun Ji kebingungan melihat ekspresi juniornya itu.

"Tak apa eonnie, kau sungguh cocok bersanding denganya, aku harus pergi mengajar sampai nanti eonnie. " Jennie tersenyum pada Eun Ji, mengambil buku mata pelajaran di mejanya dan segera meninggalkan wanita itu.

"Benarkah? Aaakk... gomawo Jennie, kau memang yang terbaik." Dengan penuh kegirangan Eun Ji meneriakki jennie yang kini sosoknya sudah jauh.

*********

"Aaahh.. Akhirnya kita sampai setelah berjalan lumayan jauh dari rumah Suho." Jimin menarik napas panjang, memijat lututnya dan membasuh peluh didahinya.

"Apa suho bercanda? Serius ini tempatnya?" Jungkook mendongak keatas, menyaksikan rumah besar dengan gerbang berwarna hitam yang menjulang tinggi bagaikan penjara.

"Disini tertulis kos putera rengginas, dan ini benar alamatnya Jung." Jimin mengecek kertas yang kini ditangannya, kertas yang diberikan Suho berisikan alamat kos.

"Heii, ayo masuk saja." Ajak taehyung yang sedari tadi sudah tak sabar untuk masuk kedalam rumah itu.

"Tapi firasat ku tak enak, kalain tak merasakan hawanya aneh sekali". Jungkook kembali menimbang, ekspresi diwajahnya sungguh sulit diartikan, peluh bercucuran membasahi kening dan pilipisnya.

"Jika kalian masuk, kalian tak akan bisa keluar".

" Hah?! "

.
.
.
.
.
.
.

Jangan lupa vomment readers budiman.

BLACK HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang