lima

187 29 10
                                    

Jeongin membuka matanya dan meringis pelan. Mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang terasa asing.

Jeongin berusaha bangun tetapi kepalanya benar-benar sakit.

"Udah bangun?"

Jeongin menolehkan pandanganya ke asal suara.

Disana berdiri Hyunjin dengan setelan rumahan yang mebuatnya terlihat lebih santai dan tentu saja tampan.

Jeongin mengerjapkan matanya. Dia baru ingat kalo dia memeluk Hyunjin sambil menangis. Pipi Jeongim sudah semerah tomat yang membuatnya semakin terihat menggemaskan.

"gua nanya sama tembok emang?"

Merasa tidak mendapatkan jawaban Hyunjin menghampiri Jeongin dan meletakan tangannya di dahi Jeongin. Setelahnya dia mengusap sayang rambut Jeongin. Hyunjin benar benar jatuh dalam pesona adik kelasnya ini. Dia tidak tahu sejak kapan dia sudah jatuh terlalu dalam kepada Jeongin. Rasanya hatinya selalu berdegup kencang. Selalu ingin melindungi.

"kepala aku masih pusing dikit kak." cicit Jeongin.

Jeongin menunduk, menyembunyikan semburat merah dipipinya.

"gua ambilin makan sama obat dulu. Lain kali jangan mandi hujanan, lo bukan anak kecil lagi Faresta."

Setelah berbicara seperti itu Hyunjin keluar dari kamarnya mengambil makanan untuk Jeongin.

Hati Jeongin menghangat. Dia benar benar sudah keterlaluan kepada Hyunjin. Mengabaikan seseorang yang bahkan selalu ada disaat dia susah.

Jeongin tak tahu bagaimana perasaannya sekarang untuk Hyunjin, yang pasti perasaannya terhadap Hyunjin sekarang berbeda. Merasa bersalah dan menyesal karena sudah bersikap tidak baik kepada pemuda itu.

Hyunjin datang dengan membawa nampan berisi makanan dan obat untuk Jeongin.

"makan dulu baru minum obat. Oh ya gua tadi minjem hp lo buat bilang ke bunda lo kalo lo lagi di rumah gua".

"makasih kak" Cicit jeongin.

Hyunjin hanya menatap Jeongin yang sedang memasukan makanan ke dalam mulutnya. Pipinya menggembung lucu membuat Hyunjin menahan dirinya agar tidak mencium Jeongin detik ini juga.

Jeongin yang merasa ditatap oleh Hyunjin mengangkat kepalanya.

"ada yang salah sama muka aku ya kak?"

"iya, lo terlalu lucu" Hyunjin masih menatap Jeongin dengan lembut.

Jeongin yang ditatap dengan selembut itu merasa hatinya menghangat. Ia pernah ditatap seperti ini oleh Guanlin saat mereka masih masa pendekatan.

"h-hiks"

Tiba-tiba air mata Jeongin jatuh. Dadanya terasa sesak mengingat kembali kisahnya bersama Guanlin. Ia meresa seperti manusia paling bodoh yang menanti kedatangan Guanlin sampai ia rela menutup hatinya untuk siapa pun. Hanya untuk menjaga kesetiaannya untuk Guanlin yang pada akhirnya dikhianati oleh Guanlin juga.

Hyunjin yang melihat Jeongin nangis langsung panik lalu Menghampiri lelaki yang lebih kecil.

"jangan nangis Faresta, gua merasa gagal lindungi lo kalo ngeliat lo kaya gini." Jeongin memegang kedua bahu Jeongin. Menatap mata indah yang selalu ia kagumi itu menangis.

"Kak aska?" Jeongin memanggil dengan lirih.

"kenapa?"

"aku boleh meluk kak aska?" Tanya Jeongin menundukan kepalanya.

Tanpa menjawab pertanyaan Jeongin,  Hyunjin langsung membawa Jeongin kedalam pelukan hangatnya.

Hati Hyunjin benar-benar teriris mendengar isakan kesakitan Jeongin. Tanpa sadar, air mata Hyunjin jatuh saat ia mecium rambut Jeongin.

****

Ga bisa bikin scene yang uwu uwu :(

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Let Me To Be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang