1

632 15 1
                                    

Sedari tadi Tara berpikir keras, bagaimana ia bisa menemukan Nakula? Ia sama sekali tidak mengenal kakak kelas disini. Jika ia menanyakan abang nya, Rendy. Pasti ia akan menanyakan yang tidak-tidak dan pasti akan bawel yang melebihi emak-emak yang menyuruh anak nya mandi

Tapi tiba-tiba ada seorang pria yang berjalan seenak nya di depan Tara, hampir saja makanan yang dipegang Tara tumpah ke seragam nya. Sabar Tara sabar, langkah Pria itu berhenti dan kembali berjalan ke arah Tara. Tara sedikit gugup ia membuang pandangan nya ke arah lain

"Maaf" Kata pria itu dengan dingin, Tara yang kaget reflek menumpah kan es dan minuman nya ke seragam pria itu "Kak, maaf gue ga sengaja. Biar gue ganti aja ya baju nya"

Pria itu menaikan satu alis nya "Bersihin aja pake tissue, tapi bersihin di ruang osis aja" Tara hanya mengangguk. Untung saja ia selalu membawa tissue berukuran kecil di kantong rok nya

Sesampai nya di ruang osis, Pria itu menutup pintu dan mengunci nya rapat. Membuat Tara sedikit ketakutan, Pria itu berjalan dan mendekati Tara. Tanpa aba-aba lagi Pria itu melepas semua kancing seragam nya, dan bertelanjang dada di depan Tara. Fuck
perut nya yang menampakan sedikit abs memang tidak terlalu banyak tetapi cukup mengiurkan ludah

"Lo ngapain lepas baju, heh?!" Pekik Tara kesal

Pria itu menaikan satu alis nya "Bersihin tuh seragam gue" Tara menghela napas nya lega

"Lo pikir gue mau macem-macem sama lo?"

Tara memutar bola matanya dengan malas, cih dasar gak peka. Dingin banget lagi jadi cowok, Tara rasa tak ada perempuan yang betah dengan nya

"Cepet, nunggu apa lagi? Kiamat turun?"

Tara merampas seragam pria itu dengan kasar, ia duduk di sofa yang di sediakan di ruang osis. Dengan telaten ia mengelap setiap noda yang ada di seragam putih tersebut, untung saja tidak terlalu kotor, perlahan bisa sedikit mengilang lah noda itu

Aku sangat berterimakasih kepada Tuhan, karna kita di pertemukan lagi. Tata ku sayang

"Ekhem" Tara menoleh ke pria itu, ia sedang asyik menatap Tara lekat sembari duduk di atas meja

"Apan si" Ucap Tara dengan sebal

"Nama lo siapa?" Tanya pria itu yang berpura-pura tidak tahu

"Tara Sheinafia, kelas 10 Ipa 1. Hobby nonton film hollywood tapi yang romantis, contoh nya fifty shades, makanan favorite sate padang, soto daging, ayam geprek"

Pria itu terkekeh kecil, ternyata dia masih sama seperti Tata yang dulu

"Panjang banget" Gumam Pria itu setelah terkekeh

Tara menatap pria itu lagi "Kalo lo siapa?"

"Nakula Adnan Abraham, kelas 12 Ips 3"

Tara menghentikan aksi membersihkan baju Nakula, Ya Tuhan, mengapa takdir tidak ada yang tau. Tara melebarkan matanya, pria yang selama ini ia cari, akibat kakak kelas yang tadi memberikan hukuman kepadanya, yaitu dengan menembak Nakula untuk menjadi pacar nya. Ia terus membayangkan sosok pria itu dan sekarang? Pria itu sudah ada di depan hadapan nya dengan tampilan bertelanjang dada

"Kok, lo bengong?" Tara menggeleng kecil "Enggak"

Pria itu kembali diam, begitu pun dengan Tara. Ia kembali membersihkan baju Nakula sampai seragam itu kembali bersih

                                     ***

"OMAH" Teriak Tara histeris, ia hendak memeluk wanita paruh baya itu. Namun di tepis oleh wanita tersebut

"Omah, hm.. apa kau mau kue vanilla buataan ku?" Tanya Tara dengan hati-hati

Wanita paruh baya itu hanya melihat Tara dengan tatapan dingin, ia kembali masuk ke dalam ruang keluarga. Tanpa memperdulikan cucu bungsu nya tersebut

Tara, gadis itu tidak pernah mendapatkan kasih sayang sebagai seorang cucu. Bertahun-tahun Ellena mendiamkan nya dengan hampa, Tara akui, Ellena lebih sayang dengan abang nya yaitu, Rendy. Entah Tara harus berbuat apa? usia nya yang masih 15 tahun dan masih baru duduk di bangku SMA, membuat nya tak bisa berpikir dewasa

Tak lama setelah Ellena datang, Rendy pun baru sampai rumah. Dengan seragam yang ia keluarkan dan tampilan nya yang begitu acak-acakan, Rendy mendekati adik nya itu dan mencium puncak kepala Tara dengan sayang

"Kenapa dek?" Tanya Rendy dengan lembut

"Tara? M—mm...tidak apa-apa"

Rendy menyipitkan matanya, dengan tatapan introgasi "Ada omah pasti di dalam, dia selalu membuat mu sedih!" Geram Rendy dengan kesal

Tara menarik lengan Rendy, sebelum pria itu masuk ke dalam ruang keluarga yang mewah dan megah tersebut "Ini bukan karena omah, tadi aku ada sedikit masalah di sekolah" Bohong nya, ah memang tadi Tara banyak masalah bukan bahkan tidak sedikit lagi.

Rendy menaikan satu alis nya "Masalah apa?" Tanya Rendy sekali lagi. Tara kelabakan ia tidak mungkin jika mengatakan bertemu dengan Nakula, dan dihukum untuk menjadikan pria itu sebagai pacar nya

"Hei, masalah apa?" Tara kembali sadar dari lamunan nya "Aku telat"

Rendy menghela napas nya dengan kasar "Itu udah kebiasaan kamu dari dulu, dan gak bisa di ubah" Ucap Rendy dengan nada mengejek

Mendengar ucapan Rendy barusan, dan merasa tak terima. Tara memukul pelan lengan pria tersebut "Abang! semua orang bisa berubah!"

Rendy tertawa kecil. Melihat adik kecil nya yang sedang marah dan begitu menggemaskan
"Berubah? Jadi apa? Superman? Joker? Batman? Atau Krisna?" . Tara tahan emosi mu

"Terserah situ aja" Tara melewati Rendy dengan begitu saja tanpa menghiraukan Rendy yang sedang tertawa lepas akibat puas menjahili nya

Tara hendak naik ke atas, namun telinga nya tak sengaja mendengar ucapan sang ibu , Tania dengan omah Ellena

"Mam, kau tidak ingin menyicipi kue buatan Tara?"

"Aku sudah bilang kan, aku alergi dengan Vanilla"

"Oh ayolah, kau tidak pernah alergi sebelum nya"

"Kau.. memang menantu pemaksa"

"Aku tidak memaksa, tapi hargai lah hasil jerih payah Tara"

"Tara lagi Tara lagi, kau senang sekali menyebut anak itu. Apa kau tidak bosan hah?"

"Mam, Tara anak ku, anak kandung ku. Tidak mungkin aku bosan dengan nya"

"Terserah kau saja"

Begitulah sekiranya percakapan mereka berdua, dada Tara bagaikan terserang penyakit jantung. Ia menenteskan air matanya, ia ingin di sayang oleh nenek nya sendiri, seperti teman-teman nya yang lain. Bahkan saat acara musim panas di sekolah dasar dulu. Teman-teman nya membawa nenek dan kakek mereka, Tara memang di sayang banyak orang. Tetapi dia tidak pernah di sayang oleh nenek nya sendiri, gadis itu hanya bisa berdoa agar hati Ellena bisa terbuka untuk nya. Dan mencari tahu apa rahasia di balik ini semua

Sebuah tangan tak sengaja menghapus air mata nya, Tara melihat dan orang itu adalah, Rendy. Kakak laki-laki yang paling mencintai dirinya, Tara tersenyum dan Rendy pun membalas senyuman sang adik

"Are you, okay?"

"Okay,"

Rendy mengusap kepala Tara dengan sayang, bahkan Tara pun tak memberontak seperti biasanya. Ia paling tidak suka jika rambut badai nya harus berantakan, entah oleh perbuataan siapa pun itu

                                     ****

See you.

Kakak Kelas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang