Part 3

9K 557 8
                                    

Karin berjalan lunglai, ia tak tahu ke mana tempat yang akan dituju. Kebetulan ada gedung kosong yang dilewatinya, dengan sangat terpaksa ia masuk ke sana. Tubuhnya yang sudah menjadi manusia membutuhkan istirahat, tidak ada lagi darah milik klannya.

Kesadarannya mulai menipis kembali saat sampai ke dalam gedung, tanpa memberikan alas apa pun pada lantai kotor itu Karin langsung merebahkan tubuhnya. Masa bodoh dengan pakaiannya yang menjadi kotor terkena debu, yang ia pikirkan saat ini adalah istirahat yang cukup agar besok tubuhnya menjadi sehat kembali.

Disela kesadarannya, Karin berpikir tentang susahnya menjadi manusia. Tapi itu pilihan yang harus ia jalani, hingga bertemu dengan matenya nanti. "Aku hanya berharap dia cepat menemukanku, walaupun harapanku lebih besar jika dia bukan klan yang sama denganku," lirih Karin sebelum benar-benar tertidur.

Baru beberapa menit ia terlelap, suara langkah membangunkan Karin. Bukan hanya satu, tapi mungkin beberapa orang. Langkah itu semakin dekat hingga Karin terpaksa membuka matanya. "Wah, ada gadis cantik. Sspertinya kita bisa bermain-main sebentar," ucap salah satu dari pria yang mabuk itu.

"Iya benar, cantik juga. Pasti dalamnya juga cantik," sahut yang lainnya.

"Tunggu apa lagi? Ayo!"

Karin terlebih dahulu menendang mereka satu per satu, meskipun kekuatannya sudah disegel tapi ia masih bisa bela diri. Dalam hatinya Karin terus meminta tolong, berharap ada yang bisa membantunya meski kekuatannya sudah disegel.

"Oh ayolah, gadis manis. Mari kita bersenang-senang, kami yakin kau pasti akan menyukainya."

"Tidak akan pernah, bedebah."

"Kau semakin cantik saja ketika marah, sayang." Tiga pria dewasa itu serentak mendekati Karin dan langsung mengunci pergerakanya. "Tolong!" teriak Karin.

🐺🐺🐺🐺

Nio merasakan nyeri di bagian perutnya, seperti ditendang. Ia merasa ini akibat hubungannya dengan sang mate, meskipun mereka belum terikat tapi Nio sudah bisa merasakannya.

Matanya menggelap ketika rasa sakit itu menjalar ke kepala, pasti sesuatu yang buruk telah terjadi. Nio ingin melakukan sesuatu, tapi sayang dia tidak bisa tahu di mana keberadaan matenya yang malang itu.

"Oh, Moongodness. Ku mohon tolonglah dia!" pinta Nio kemudian ia jatuh terduduk, napasnya tersengal-sengal. Tubuhnya tiba-tiba sakit semua, seketika itu pula kesadaran Nio langsung hilang.

Ia terbangun di padang rumput yang indah, semuanya tampak menakjubkan di mata Nio. Bahkan Crystal Pack kalah dengan keindahan yang berada di depan matanya.

"Kau menyukainya?" tanya seseorang membuat Nio berbalik badan.

Wanita cantik yang bercahaya berdiri di depan Nio, tak lupa dengan mahkota berbentuk bulan menghiasi kepalanya. Sadar jika di hadapannya adalah Moongodness, Nio duduk bersimpuh. "Aku menyukainya, Moon."

"Baguslah. Aku memanggilmu ke sini hanya untuk menyampaikan jika matemu sudah ditolong oleh klannya, rasa sakit yang kau rasakan hanya akibat benturan kekuatan dari tubuhnya. Matemu sempat menyegel kekuatannya tapi tadi sudah dibuka paksa oleh mereka."

"Klan? Apa klannya? Vampir? Wizard? Atau--"

"Tidak, klannya bukan yang ada di kepalamu itu. Dia berbeda dari kita," potong Moongodness.

"Lalu apa? Apa dia manusia?" tanya Nio lagi.

"Suatu saat kau akan mengetahuinya, jika kau sudah menemuinya maka pakaikan ini." Moongodness memberikan sebuah kalung bermata serigala kepada Nio.

The King AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang