01 : Awal dan Pertemuan.

48 12 17
                                    

Tahun Kerajaan Vermillion 509

- Oktober 18,

Namaku Vinn de Nervalion. Umurku sepuluh. Ayahku William, ibuku Celia, kami tinggal di Valbridge. Valbridge tempat yang mewah dan indah, banyak bangunan apik dan chateau mewah dinaungi bayangan mansion besar, dengan jalan yang diapit pohon oak, danau dan air mancur yang berkilauan, tanaman hias dipangkas elok.

Kami bangsawan, Duke, Orang paling penting dibawah keluarga raja. Golongan yang istimewa. Namun tak semua gambaran bangsawan itu sangat nyaman. Anak sepuluh tahun sepertiku sudah mendapatkan tekanan, sebagai bukti, tak pernah terpikir olehku mengapa aku belajar sejarah, alih-alih etiket, tatakrama, dan pengendalian diri. sehingga aku tak pernah punya waktu untuk bermain dengan anak anak seumuran denganku. diumurku yang saat ini saja tidak memiliki teman, dan itu bukanlah suatu kebanggaan.

Ayahku orang yang hebat, tentu saja, walau dia tak selalu punya waktu untuk berbicara denganku. aku sangat mengagumi ayahku. Menurut ibuku, Ayah adalah orang yang tidak dapat tergantikan.

"Ayahmu merupakan orang yang hebat. dimata rakyat dia seperti orang suci yang membawakan kemakmuran kepada mereka. dan bagi ibu, ayahmu adalah orang yang paling menawan dan tak tergantikan. walau ia tak banyak memiliki banyak waktu untuk keluarganya. Vinn. Mengertilah keadaan tersebut."

Tergelitik, ingin tahu lebih banyak tentang ayah, namun kuhentikan niatku.
"Ibu, tak perlu khawatir kalau aku akan membenci ayah. ayah adalah orang yang paling kukagumi. Aku akan menjadi orang seperti ayah bahkan lebih baik." kataku dengan semangat membara.

Tahun Kerajaan Vermillion 509

- Oktober 19,

Hari ini aku diajak ayah pergi berdua bersamanya.

Aku duduk di sampingnya didalam kereta kuda. Aku bertanya tanya sejuta pertanyaan yang tak satupun kuucapkan. Teralihkan melihat jendela kereta yang memperlihatkan dunia luar yang indah. Aku selalu menyukai pemandangan indah ketika pergi dari Valbridge menuju Ibukota.

Di dalam kereta kuda kami tidaklah sendiri, kami ditemani penasihat ayah, Wilheim Lafreniere. Dengan jas hitam panjangnya, topi flanel gelap miliknya, dan mata yang tak pernah tersenyum, aku menyebutnya "Sang Penyihir".

Sesampai di tempat, kami disambut dengan hangat. Ayah mendekati seorang dengan pakian yang serupa dengan kami yang dapat dilihat seorang bangsawan juga. Dia adalah Julius vist la Silvrt.

Dia tidaklah sendiri. Dibelakangnya ada seorang anak gadis seumuran denganku. Vanessa la Silvrt. Melirik malu, melihatku, mendekatiku, menarik tanganku dan membawaku berkeliling.

Senyumnya dan tawa kecilnya ketika menariku, rambut peraknya sangat istimewa, dan kecantikanya sudah terlihat dimataku. Menurutku anak laki-laki sepuluh tahun pada umumnya tidak senang meluangkan waktu untuk anak perempuan, kecuali anak perempuan itu istimewa. Kenapa aku tau? Ketika aku melakukan perpergian aku tak pernah melihat anak laki-laki seumuran denganku bermain dengan anak perempuan. Dan itu hal yang normal.

"Kejar aku" melepaskan tanganku dan berlari.

Dia berlari meninggalkanku dan tidak berhenti, tetap terus tertawa. Tak perlu berfikir badanku bergerak sendiri mengejar vanessa yang berlarian. Kami bermain kejar-kejaran.

Di lantai marmer istana yang bisa digunakan untuk bercermin kami berlarian lorong demi lorong, tiang demi tiang, pilar demi pilar. Istana itu sangatlah luas bagiku, langit-langitnya terlalu tinggi, lorongnya terentang sejauh mata bisa memandang, jendela-jendela besar dengan bagian atas melengkung memberi kita pemandangan teras batu dan lahan dibaliknya.

Bagiku istana itu luar biasa luas. Namun, walaupun tempat itu sangat amat besar dan ganjil, walaupun setiap langkah membawaku semakin jauh dari ayahku, aku tak sanggup menahan diri dari ajakan teman bermainku yang baru. Anak-anak perempuan lain tidak seperti dia. Mereka berdiri dengan kaki dirapatkan dan bibir ditekuk, memandang rendah semua hal yang berhubungan dengan laki-laki; mereka berjalan beberapa langkah di belakang, bagaikan versi boneka dari ibu mereka; mereka tidak berlari sambil cekikikan di lorong-lorong istana Vermillion, tidak menghiraukan protes siapa pun, sekadar berlari karena suka berlari dan gemar bermain. Apakah saat ini aku jatuh cinta?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sang PenyihirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang