05. Menolak Untuk Lupa🔞

455 16 0
                                    

Sehun berjalan menuju dapur. Kakinya berhenti di depan kamar Chanyeol. Matanya tak sengaja menatap dua insan yang sedang bercanda gurau di dalam kamar. Sehun bisa melihatnya karena pintu kamar tersebut sedikit terbuka.

Hyungnya sangat mencintai Nara.

Sehun harus mengakui fakta tersebut walaupun dia membencinya. Sehun menghembuskan nafasnya sebelum kakinya berjalan lagi ke arah dapur.

Sehun mengambil air putih dingin dari dalam kulkas. Mulutnya meneguk cairan tersebut. Air putih dingin itu melewati tenggorokannya dan terasa sangat segar.

"Tuan mau makan?"

Sehun menatap ke belakang. Terlihat wanita muda berjalan ke arahnya.

"Ah, aku Bora. Asisten rumah tangga di sini."

Sehun menaikkan alisnya sebelah, sebelum akhirnya dia kembali meneguk cairan dingin tersebut.

***

"Oppa, hentikan. Ini geli."

"Geli atau nikmat?"

"Oppa!" Nara kembali tertawa ketika tangan Chanyeol kembali menggelitik pinggangnya.

"Baiklah malam ini, dua ronde. Hentikan, Oppa!" Nara memukul pelan tangan Chanyeol yang berada di pinggangnya.

Chanyeol tersenyum kemenangan. "Baiklah, sekarang ambilkan aku minum. Setelah itu kita bermain."

"Dasar, Oppa. Mesum!" cibir Nara. Kakinya perlahan turun dari ranjang besar milik Chanyeol. Chanyeol sendiri hanya terkekeh geli mendengar cibiran istrinya.

Nara berjalan menuju nakas dekat televisi. Dia menuangkan air dari dalam ceret keramik. Namun tak ada setetespun air keluar.

"Akan kuambilkan. Tunggu sebentar." Nara berjalan keluar dari kamar dengan membawa ceret mahal tersebut.

Matanya tak sengaja menangkap Sehun sedang berbincang dengan Bora, asisten rumah tangganya. Tak lama Bora membungkukkan badannya dan pergi meninggalkan Sehun sendirian.

Nara memberanikan dirinya untuk berjalan kembali menuju dapur setelah melihat Bora meninggalkan Sehun. Tangannya dengan cekatan membuka tutup ceret dan meletakkan ceret mahal tersebut di bawah water dispenser. Airpun mengalir mengisi ceret tersebut setelah tangannya menyentuh tombol.

"Kau pikir aku sudah melupakanmu, Choi Nara?" tanya Sehun yang berada di seberang Nara.

Nara terkejut mendengar pertanyaan Sehun. Dia menatap Sehun yang sedang menatap air mineralnya. Dia sudah tahu, Sehun pasti tidak melupakan kejadian tersebut.

Nara menggelengkan kepalanya setelah memalingkan pandangannya dari arah Sehun. Tangannya meraih tutup ceret dan menutup ceret tersebut.

Nara berjalan meninggalkan Sehun sebelum akhirnya dia terhenti karena tangannya di tarik seseorang. Nara menengok ke belakang. Sehun menarik pergelangan tangan Nara.

"Sakit," ringis Nara karena cengkraman Sehun begitu erat di pergelangan tangannya.

"Aku menolak untuk lupa kejadian dua tahun lalu."

"Aku tak menyuruhmu melupakannya, Sehun. Lepaskan, ini sakit." Nara masih berusaha menarik tangannya dari cengkraman Sehun.

"Tak akan kulepaskan."

Sehun berjalan mendekat ke arah Nara. "Lihat saja nanti. Aku akan membuatmu menderita." bisik Sehun pelan. Dia lalu melepaskan cengkramannya pada pergelangan tangan Nara.

Tercetak jelas garis merah membentuk jari-jari. Nara meletakkan ceretnya di atas meja. Tangan satunya mengelus pergelangan tangannya yang memerah akibat cengkraman Sehun. Sakit, sakit sekali. Walaupun dia tahu ini tak sebanding sakit hati Sehun dua tahun lalu.

Nara berjalan menuju kamarnya dengan ceret di tangannya. Ketika sampai di depan pintu dia menghembuskan nafasnya, lalu tersenyum. Dia tak ingin Chanyeol tahu akan hal ini.

"Oppa," panggil Nara ketika melihat Chanyeol sedang memainkan ponselnya.

Nara menuangkan air dari ceret tersebut ke dalam gelas. Lalu berjalan menuju ranjang Chanyeol. Dia memberikan gelas tersebut pada Chanyeol.

Chanyeol menerima gelas Nara, lalu meneguk tandas air yang ada di gelas tersebut.

Setelah habis, Chanyeol meletakkan gelas tersebut di atas nakas. Tangannya membimbing badan Nara agar duduk di atasnya. Bibirnya tak henti mengencup bibir Nara.

Ciuman Chanyeol lama kelamaan menuntut. Nara membuka bibirnya sedikit, dan lidah Chanyeol langsung masuk tanpa izin, menggeledah apapun yang ada di mulut Nara.

Tangan besar Chanyeol menangkup payudara Nara yang cukup besar. Sesekali meremasnya. Chanyeol pastikan, payudara Nara tak akan sebesar ini jika bukan berkat dirinya yang selalu meremasnya setiap hari.

Tangan Chanyeol sibuk melepas piyama Nara, dengan lidah sibuk mengabsen satu persatu gigi Nara. Setelah piyama terbuka, tangan Chanyeol menyusup ke bagian punggung Nara. Tangannya dengan cekatan membuka pengait bra Nara. Setelah terpampang jelas dua bukit kembar milik Nara, Chanyeol menyudahi ciumannya di mulut Nara.

Mulut Chanyeol mulai mengecupi leher putih Naya, terus berlanjut hingga payudara Naya. Chanyeol mulai mengecupi puncak payudara Nara. Kemudian dia sedikit menghisap puncak payudara tersebut.

"Ah, Oppa!" Nara menggeram nikmat. Tangannya menjambak halus rambut Chanyeol. Menempelkan kepala Chanyeol agar terus berada di dadanya.

"Oppa. Ah... Ah..."

"Yak, bisakah tidak terlalu keras? Sehun dan Bora bisa saja mendengarnya," ucap Chanyeol sebelum akhirnya mulutnya kembali menghisap payudara Nara.

"Aku tidak peduli. Ahhh..."

Chanyeol melepaskan hisapannya. Ia segera membuka piyama couple dengan Nara. Begitupun Nara, dia berdiri dari ranjang dan segera membuka pakaiannya hingga tak ada satu benangpun di badannya.

"Ahhhhhhh....." Naya menggeram ketika milik Chanyeol sepenuhnya ada di miliknya.

"Kenapa milikmu masih sempit, huh?" tanya Chanyeol. Tangannya tak henti meremas bokong padat milik istrinya yang ada di atasnya.

"Oppa, pelan-pelan. Ah.. Ah..."

"Kenapa nikmat sekali? Ahhh...."

Mereka terus melanjutkan kegiatan mereka. Mereka tak tahu, ada seseorang yang mendengar kegiatan mereka. Seorang itu tersenyum kecut, sebelum akhirnya dia pergi dari wilayah kamar Chanyeol.

[...]

YOU JERK MR. OHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang