CHAPTER 2

15.4K 605 12
                                    

|Happy Reading|

***

Sesuai titah orang tuanya tadi pagi, Zara pulang lebih awal. Biasanya Zara tipe anak yang betah tinggal di sekolah karena bosan di rumah. Namun kali ini ia pulang cepat atas permintaan orang tuanya.

Gadis itu menekan bel dan beberapa kali mengetuk pintu rumahnya. "Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, eh non Zara udah pulang toh" ujar Bik Ira seraya membukakan pintu. Bik Ira adalah ART yang bekerja di rumah Zara sejak Zara berusia 2 tahun. Ia sudah dianggap keluarga bagi Zara.

"Iya bik, mama mana?" Tanya Zara, celingukan untuk mencari Syifa.

"Lagi ke butik non. Non Zara mau makan?" tawar Bik ira.

Zara mengangguk cepat "Mau! Lapar banget sumpah, dari tadi cacingnya udah demo tau Bik!" Bik Ira terkekeh "Yaudah, bibi ambilkan dulu ya"

"Iya, Zara juga ganti baju dulu deh" usai mengucapkan itu, Zara beranjak dari duduknya, lantas menaiki tangga untuk mengganti pakaian sekolahnya.

***

Zara tengah bersiap siap untuk menyambut tamu Papanya. Entah siapa, namun yang Zara yakini.. tamu yang datang tampaknya cukup penting. Buktinya saja ia disuruh memakai dress.

Gadis itu memakai dress di bawah lutut berwarna biru dongker. Dengan stoking senada untuk menutupi kakinya. Rambutnya tergerai bebas, tidak di kucir seperti biasa. Tetap tanpa polesan make up, namun Zara terlihat begitu cantik dan elegan.

"Zara, ayo turun. Teman Papa kamu sudah datang" Panggil Syifa dari luar kamar gadis itu. Zara meletakkan ponselnya, lalu segera menuruni anak tangga dan mendapati tamu Haris. Seorang pria dan wanita paruh baya yang sepertinya seusia dengan kedua orang tuanya.

Zara menyalami tangan dua tamu tersebut, seraya tersenyum sopan. Ia lantas duduk tepat di samping Mamanya.

"Ya ampun, ini Zara ya? Cantik banget" puji seorang wanita di depannya. Zara tersenyum canggung "Makasih tante"

"Jangan panggil tante dong. Panggil bunda Anis aja" ujar wanita itu, dengan kekehan di akhir.

Bunda? Kayak manggil mertua aja.. Zara berbatin.

"Ah, iya. Makasih tan—bunda" jawab Zara. Canggung. Merasa aneh memanggil orang lain dengan sebutan bunda.

"Udah, perkenalannya nanti saja. Loh Setya, anakmu mana?" Tanya Haris. Pria yang bernama Setya itu tertawa kecil.

"Masih di luar tuh. Kayaknya grogi mau ketemu calonnya" kekeh Setya, melirik ke arah Zara sebentar.

Calon apaan dah. Lagi-lagi Zara berbatin bingung.

"Oh iya Ra. Ini om Setya. Sahabat Papa.." sejenak, Haris menjeda kalimatnya untuk berdehem "Jadi gini, kami berdua akan bekerja sama. Nah, proyek kami bakal dilaksanakan di London. Papa sebenarnya gak tega buat tinggal in kamu sendirian di rumah.. "

Ucapan Haris terlalu ambigu. Zara tidak mengerti apa yang di maksud oleh papanya itu. Gadis itu hanya mengernyit bingung sembari berbatin.

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang