-Kedua-

22 2 0
                                    

MPLS hari kedua di mulai hari ini,bsiswa siswi mulai berdatangan sejak jam 7 pagi. Siswi baru disini penampilan nya terlalu mencolok membuat mereka gampang di bedakan dari yang lain. Lihat saja dari bibir dengan liptint, pipi dengan blush on merah muda yang membuat pipi mereka seakan menyala di tengah tengah lapangan.

'Kakak kelas sama adek kelas ga ada beda-nya'

Begitu pikir Agatha ketika melihat pertama kali adik kelas nya. tak butuh banyak waktu untuk menilai dari wajah seseorang. Walaupun banyak yang bilang jangan menilai seseorang dari cover nya, namun nyata nya penampilan lah yang menunjukan jati diri seseorang.

Agatha yang baru sampai ke sekolah, tak selang lama dari ia menginjakan kaki di depan gerbang utama ia sudah di tarik ke koridor oleh kakak kelas nya itu.

"Heh Agatha bilangin sama temen temen Lo dong tolong, baju nya kondisikan ya banyak adek kelas" ujar Ayunda sinis sambil menaruh kedua tangan di depan dada nya.

"Ayunda eh maaf maksudnya Ka Ayunda" ucap Agatha tak kalah sinis, bagaimana tak sinis ia baru sampai dan baru saja berdiri 20 langkah dari pintu gerbang ia sudah diperlakukan seperti ini, cih keterlaluan.

"Gausah sok jadi adek kelas" ujar Tiani yang ada di samping nya.

"Tadi ngomong apa ka? Maaf ga denger"

"Bilangin sama temen temen lo—"

"Bilangin sama diri Lo sendiri kalo kesekolah jangan kaya obral diri malu gue liat nya, sorry ya gue ga ngurusin manusia kaya Lo semua dadah" Agatha berjalan seraya menyenggol dada Tiani.

"Cih busa" desis Agatha sinis.

"Sialan lo bocah!"

🍟🍔🍟🍔

Agatha menginjakan kaki nya ke ruang OSIS untuk menaruh berkas berkas MPLS yang berserakan di ruang guru. Ia mencari laci untuk menaruh berkas berkas tersebut sampai perhatian nya teralihkan pada secarik kertas dibawah printer.

"Apaan ni? Most wanted student will be lost? Maksudnya?"

"Gerald, Rendy, Ravan, Pradana–"

'kenapa ada nama mereka?'

"Heh ngapain Lo?!" Teriak seseorang dari ujung sana.

Agatha yang kaget pun menaruh kertas tersebut kembali "gue mau naro berkas MPLS doang"

"Cepetan keluar, ruang OSIS ga cocok buat bocah barbar kaya Lo" Satya berdiri di depan pintu dengan wajah angkuh nya.

"Hahaha maaf ya kak saya barbar tapi ga muka dua, ga caper sama guru juga makanya kak jangan serasa yang baik diri kakak doang" Agatha menepuk pundak Satya yang jauh lebih tinggi dari nya.

"Lo ga bakal jadi OSIS, jangan terlalu berharap" ujar Satya sinis kata kata itu membuat tubuh Agatha berbalik menatap Satya remeh.

"Seyakin apa saya bakal gagal?"

"Gue tau Lo cuma pengen pencitraan biar temen temen Lo ga dianggap jelek" ledek Satya.

"Maaf kak saya mau jadi OSIS murni bukan buat pencitraan dan ajang panjat sosial" ucap Agatha menekankan kata pencitraan dan panjat sosial.

"Kalo mau ngumbar niat awal kakak jadi OSIS jangan ke saya ya takut nya nyebar" ucap Agatha menyudahi percakapan mereka.

Agatha mendecih sinis ketika melihat kelakuan mereka semua. Dasar gila hormat, begitu batin Agatha ketika melihat kakak kelas nya itu. Agatha menghampiri teman teman nya di kantin, sekarang waktu istirahat pertama para murid baru di persilahkan mengelilingi sekolah atau pun jajan di kantin.

OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang