1 | Un

481 11 1
                                    

Raka Bagaskara tak bisa tidur.

Rangkaian peristiwa pada bulan-bulan belakangan telah membawanya ke persimpangan jalan pribadi, tempat ia mengambil tindakan dengan keputusan naluriahnya, menanggalkan hal-hal tidak penting dalam hidupnya untuk memfokuskan energi pada apa yang benar-benar penting, hanya demi menyadari bahwa, sementara ia bekerja membanting tulang untuk menjadi konglomerat yang luar biasa kaya raya, ia telah mengesampingkan kehidupan pribadinya. Satu-satunya teman dekat yang ia percayai sepenuhnya Jovan, sahabat yang tumbuh besar bersamanya.

Raka telah membawa banyak perempuan ke ranjangnya, tapi hanya satu yang dicintainya—dan ia telah memperlakukan perempuan itu dengan serampangan hingga perempuan itu malah jatuh cinta dengan lelaki lain. Umurnya sekarang 30 tahun dan ia bahkan tidak pernah memiliki hubungan yang mengarah ke jenjang pernikahan. Apa yang digambarkan hal tersebut tentang dirinya?

Apakah pada dasarnya ia penyendiri atau fobia pada komitmen?

Raka mengerang keras-keras, jengkel dengan pemikiran filosofis yang belakangan tak pernah berhenti mengganggunya, karena sepanjang hidupnya, sampai hari ini, ia adalah pelaku dan bukan pemikir—olahragawan yang hebat, pengusaha dinamis, dan berdarah dingin.

Menghentikan usahanya untuk tidur, Raka mengenakan celana pendek dan berjalan melintasi rumah bergaya rustic miliknya yang luas, sama sekali tidak terpengaruh oleh semua perlengkapan mewah dari gaya hidup miliuner yang akhir-akhir ini terasa remeh baginya.

Raka mengisi gelas dengan air sedingin es dan menenggaknya.

Seperti yang diakuinya pada Jovan, pada usia ini ia ingin memiliki anak, bukan dengan perempuan yang mengagungkan uang di atas segalanya. Karena perempuan semacam itu akan membesarkan anaknya dengan nilai-nilai dangkal dan keegoisan seperti yang dipegang "perempuan" itu.

"Tapi masih belum terlambat kok kalau kamu emang pengin nikah dan punya keluarga," ujar Jovan tegas. "Nggak ada yang nggak bisa diubah, Ka. Lakuin aja apa yang kamu mau, jangan cuma mikirin apa yang harus kamu lakuin."

Mendengar dering perlahan ponselnya, Raka naik kembali, bertanya-tanya siapa anak buahnya yang merasa perlu menelepon selarut ini. Nyatanya, memang tidak ada yang remeh tentang telepon dari Lukman, kepala keamanannya. Lukman menelepon untuk memberitahu Raka bahwa ia baru saja dirampok—sebuah lukisan yang baru saja dibelinya seharga lebih dari setengah miliar, dicuri dari kediamannya di Bandung dan tampaknya pencurian tersebut didalangi oleh orang dalam.

Amarah dingin menyapu Raka saat mendengar fakta tersebut. Ia tidak marah, tapi ia akan membalas dendam. Ia menggaji seluruh karyawannya lumayan besar dan memperlakukan mereka dengan baik dan sebagai gantinya ia mengharapkan kesetiaan. Ketika akhirnya pihak yang bersalah itu diidentifikasi, Raka akan memastikan pelakunya diganjar seberat-beratnya oleh hukum.

Namun, dalam hitungan menit, amarah dan kekesalannya mereda ke tingkat normal dan senyum muram mulai menarik sudut-sudut bibirnya yang tampan, selagi ia memikirkan kunjungan tak terelakkan yang harus ia lakukan ke rumah bergaya american craftsman miliknya di sudut kota Bandung.

Di sana, ia akan bertemu dengan perempuan sangat cantik di halaman istalnya, karena kuda-kudanya membutuhkan perawatan reguler perempuan itu. Dan tidak seperti kebanyakan perempuan yang pernah ia kenal dan hampir tidak diingatnya, perempuan satu ini memiliki kualitas unik yang membuatnya senang. Dia adalah satu-satunya perempuan yang pernah mengatakan tidak pada seorang Raka Bagaskara. Dan hal itu tentu saja membuat Raka luar biasa kesal dan frustasi. Satu kencan makan malam dan ia pun dilupakan, ditolak untuk pertama kali oleh perempuan dalam hidupnya dan sampai sekarang ia masih tidak tahu apa alasannya. Bagi Raka, yang berkepribadian kompetitif, perempuan itu selalu menjadi misteri dan tantangan.

AddictedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang