"Apa kamu tahu, hutan Kalimantan adalah paru-paru dunia? Kalimantan memiliki banyak hutan yang lebat nan asri." Neyo mengajakku bicara di tengah malam saat aku tidak bisa tidur. Setelah pertemuan pertama, Neyo sering datang ke rumah, sekedar berkomunikasi dan mengajarkanku arti kehidupan disertai nasehat yang terkesan tidak menggurui.
"Iya, tahu. Kakak kalau lagi berbicara serius seperti si om saja. Seperti sedang menceramahiku panjang kali lebar." Aku tersenyum kecut. Menyisakan senyuman manis dari seorang Neyo, teman baru yang sering ke rumah dan berinteraksi.
"Bocah sepertimu memang masih perlu bimbingan dan ceramah. Bersiaplah, karena aku juga akan menceramahi jika kamu nakal." Neyo pergi menghilang seperti angin dan hanya terdengar teriakan Neyo yang mengejar Meyra sambil menakutinya dengan ulat daun. Neyo memang terlihat dewasa tapi dia sangat usil dan jail dengan semua orang termasuk aku dan Meyra. Pernah suatu ketika dia meletakkan cacing tanah di atas sepatu sekolahku. Untungnya aku bukan anak yang takut dengan cacing dan bisa dengan mudah membersihkannya tanpa rasa takut sedikitpun.
******
Beberapa bulan berlalu. Aku dan Neyo semakin akrab. Neyo juga hampir selalu datang ke rumah setelah tugasnya selesai. Terkadang aku menyukai paras tampannya namun ketika dia sudah usil, aku akan melotot padanya.Suatu malam aku merasa ada yang aneh dengan suasana rumah. Bukan di dalam rumah tapi di luar rumah rumah terasa mencekam. Benar saja, aku melihat beberapa bola api terbang mengitari rumah. Awalnya aku pikir itu hanya kunang-kunang, hewan lucu bercahaya yang memang sering ada di sekitar rumah. Namun aku salah, itu hantu api yang konon katanya kalau muncul di sekitar rumah akan ada rumah yang terbakar.
"Itu banaspati." Neyo ikut mengintip dari balik jendela kamarku. Aku tertegun sejenak. Seperti itukah hantu api? Bagaimana kalau aku masukkan itu ke tubuhku? Apa aku akan terbakar? Batinku.
"Hey, anak SD. Jangan coba-coba berpikir untuk memasukkannya ke tubuhmu. Kamu akan terbakar hebat." Neyo seolah bisa membaca pikiranku. Aku mengerucutkan mulut dan cemberut padanya. Ini bukan pertama kalinya dia bisa membaca pikiran seorang anak SD sepertiku.
"Ish, kesel. Kan cuma niat. Kak."
"Iya awalnya memang niat tapi karena rasa penasaran seorang bocah lugu nan polos, Niat itu akan terlaksana dalam hitungan hari." Neyo mengernyitkan dahi, tanda dia tahu kalau aku memang nekat dan tak bisa dicegah jika penasaran dengan salah satu hal.
"Jadi itu bahaya ya, Kak?"
"Sangat. Kamu bisa terbakar. Itu api, Icha. Api dimasukkin ke badan ya panas." Neyo menjelaskan dengan serius sambil menatap mataku dengan tatapan tajam.
"Baiklah, tidak akan, Takut." Aku menatap Meyra yang dari tadi memerhatikan pembicaraan kami hanya tertawa melihat ekspresi cemberutku.Dalam hitungan hari, ada kebakaran besar di sekitar komplek rumahku. Dua rumah terbakar habis tak bersisa. Warga sekitar tempat kejadian bilang, api bersumber dari gas. Namun, aku merasa itu aneh. Aku yakin itu ulah hantu api yang membakar tempat itu. Aku iseng bersepeda ke dua rumah yang terbakar habis dan hanya tersisa beberapa puing bangunan yang hangus dan menghitam. Suasana sekitar sangat sepi, mungkin karena di sore hari warga lebih memilih di dalam rumah dan nonton televisi.
Aku berdiri mematung di sebelah sepeda yang sengaja kuparkir tepat di halaman rumah itu. Namun, aku merasa hal aneh. Seperti ada seseorang di belakangku namun bukan manusia. Sosok itu melayang di belakangku. Aku memalingkan wajah perlahan lalu menelan ludah. Kenapa aku harus melihat sosok yang tak aku kenali di sore hari? Batinku."Ni hao?" Ucap sosok cantik berbaju khas cina sambil tersenyum. Aku hanya menggeleng dan menatapnya dengan tatapan bingung karena tak mengerti dengan apa yang dia ucapkan.
"I'm sorry. Can you speak Indonesia?" Aku berusaha mengajaknya berkomunikasi dengan bahasa Inggris yang pas-pasan.
"Saya bisa berbahasa Indonesia. Apa kamu bisa menolong saya? Saya bisa merasakan energimu saat kamu masuk ke halaman rumah ini dan saya tahu kamu bisa melihat makhluk seperti kami." Ucapnya sambil menatap mataku.
"Jangan ganggu, Icha!" Meyra muncul dan berteriak lalu mendekat kepadaku.
"Tenang Meyra, Dia tidak jahat." Aku berusaha menenangkan Meyra. Meyra menatapnya dengan tatapan waspada.
"Nama saya Mei Ling." Dia mengulurkan tangannya kepadaku.
"Fokus Icha. Cobalah melihat masa lalu Mei Ling. Dia ingin memperlihatkan semuanya padamu." Terdengar suara Neyo berbisik lembut di telingaku. Aku mengangguk dan menggenggam tangan Mei Ling.
"Oke Icha, Kamu harus fokus." Aku berusaha mensugesti diri sendiri. Sangat sulit berinteraksi dengan hantu dan ingin melihat masa lalu mereka jika tidak bisa fokus.
"Aku akan masuk ke dalam tubuhmu. Dan rasakan serta gambarkan apa yang kamu rasakan." Mei Ling berbisik lembut padaku. Mei Ling mulai mencoba masuk ke dalam ragaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU BUKAN INDIGO
TerrorSeorang gadis yang memiliki kemampuan dan berteman dengan makhluk tak kasatmata. 80% adalah cerita nyata penulis dari kecil sampai sekarang. Cover oleh Bayu Catur Putra