03

498 58 49
                                    

Wooyoung baru saja memarkirkan mobilnya di pelataran parkir gedung C Fakultas Teknik, setelah sebelumnya ia mengantar Seungmin. Pemuda kelahiran dua puluh enam November itu menarik ransel hitamnya kemudian menutup kencang kendaraan tipe SUV miliknya.

T-shirt hitam yang begitu pas di tubuh tegapnya, dengan kemeja sebagai outer, mengundang pekikan tertahan beberapa mahasiswa yang berpapasan dengannya.

Bibir penuhnya mengulum senyum tipis, yang kian membuat mereka yang sedari awal memperhatikan Wooyoung menggila.

Bibir penuhnya mengulum senyum tipis, yang kian membuat mereka yang sedari awal memperhatikan Wooyoung menggila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Razi!!"

Suara nyaring seseorang membuat langkah pemuda tahun kedua perkuliahan itu terhenti sejenak. "Oh, iya. Kenapa?"

Ditatapnya skeptis seorang pemuda dengan baret hitam dan kacamata bulat yang bertengger di wajah manisnya.

Adalah Algian Surya MahendraㅡChoi Sanㅡ, mahasiswa yang satu angkatan dengannya, fakultas kedokteran, asal Malang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adalah Algian Surya MahendraㅡChoi Sanㅡ, mahasiswa yang satu angkatan dengannya, fakultas kedokteran, asal Malang. Sedari awal mereka saling sapa setahun yang lalu, Wooyoung memang agak waspada dengan pemuda manis itu, entah kenapa.

"Tumben nggak bareng Arsha, Zi?"

Wooyoung mengangkat sebelah alisnya dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan, "bukannya tadi kamu liat sendiri, Gi? Aku barengan kamu, lho, di parkiran.."

San menganggukkan kepalanya, kemudian merapikan beberapa berkas yang ada di dekapannya. "Kirain bukan kamu, tho yang anterin Arsha..." Lugasnya diakhiri dengan gigitan di bibir bawahnya dengan cemas.

"Emang selain sama aku sama siapa, lagi?" Wooyoung mengangkat bahunya tak acuh, "nggak mungkin lah dianter sama Kak Andra. Beliau sibuk, dan selagi aku mampu, aku yang tanggung jawab buat antar jemput dia."

San tahu, menjalin komunikasi dua arah dengan Wooyoung disaat-saat seperti ini bukanlah pilihan yang baik. Ia juga sadar, jika tatapan pria kelahiran Semarang dua puluh tahun lalu itu terhadapnya selalu mengintimidasi. Tatapan tajam penuh penilaian, dengan raut datar dan kalimat-kalimat yang terlontar dingin,

seolah calon arsitek itu tengah menghakimi dirinya.

"Aku duluan, Gi. Banyak tugas."

Dan itu adalah kalimat terakhir yang didengar oleh San dari Wooyoung pada hari itu.

sincerity [SeungJin ft WooSan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang