Sekarang, saat menulis kembali tulisan ini ke dalam wattpad, aku masih bisa merasakan betapa menyakitkan rasa patah hati itu. Walaupun begitu, aku sudah merelakan semua itu. Aku sudah ikhlas. Dari setahun sakit hati itu juga, aku belajar banyak sekali tentang hidup, terutama apa artinya mencintai diri sendiri.
Kalimat "Pengalaman adalah guru terbaikmu," beresonansi dengan sangat nyaring dalam diriku. Aku sama sekali tidak menyesal akan semua yang terjadi, tidak sedikitpun. Justru sebaliknya, aku teramat sangat bersyukur bisa melewati semua itu. Mau apapun itu, baik pengalaman suka maupun duka, akan selalu kuambil hikmah dan pelajarannya.
Ingatlah, kita bisa bilang gula itu manis, ketika kita pernah merasakan pahitnya kopi, asamnya cuka, asinnya garam, dan/atau pedasnya cabai. Jikalau kita hanya merasakan manisnya gula, kita tidak pernah akan tahu rasa pahit, pedas, asam dan asin. Begitu juga dengan hidup, tak selamanya manis. Disitulah letak keindahannya.
Kini, melihat kembali apa yang Tuhan berikan padaku selama beberapa tahun itu, aku sangat bersyukur. Adalah sebuah anugerah yang diberikanNya kepadaku, hingga bisa menjalani beberapa tahun kisah cinta monyet yang tidak jelas dengannya. Aku percaya, Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi semua orang. "Waktu Tuhan pasti yang terbaik, walau kadang tak mudah dimengerti. Lewati cobaan, kutetap percaya, waktu Tuhan pasti yang terbaik."
Yang namanya trauma pasti ada. Aku tidak mau merasakan patah hati berkepanjangan untuk kedua kalinya lagi. Untuk itu, sekarang aku mau lebih fokus pada perkuliahanku dan apapun itu yang bisa membuatku bahagia. Lagian, aku orangnya sangat keras kepala, suka tantangan dan berpetualang. Itu bukanlah hal yang mudah untuk diterima seorang wanita. Aku ingin menikmati masa mudaku. Urusan jodoh, cepat atau lambat, itu ada di tangan Tuhan. Di satu sisi, aku mau mengenal diriku lebih dalam lagi. Di sisi lain, aku mau mendewasakan diri dulu, sebelum jatuh cinta lagi.
Terakhir, tak lupa, aku ingin berterima kasih kepada sosok "kamu" itu. Dia-lah orang yang memberikanku banyak pelajaran berharga yang mungkin tidak akan kudapatkan dari orang lain. Dia-lah orang yang membentuk dan menjadikanku seorang Leonardo Edwin yang kalian kenal sekarang. Dan yang terpenting, dia-lah orang dibalik semua kelebihan dan kekuranganku, yang berhasil mendewasakanku seiring dengan waktu.
Bellevue, 20 Oktober 2019
Leonardo Edwin
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Hati
Non-FictionSebuah ungkapan hati, dari yang pernah merasakan apa itu patah hati.