Pra Asmara

6 1 0
                                    

Di ujung belahan bumi, ada tinggal manusia dengan rasa ingin tahu. Setiap kali ia mencari tahu hal yang ingin sekali ia ketahui. Mencari tahu apa arti dirinya, mencari tahu arti keberadaanya, dan mencari tahu mengapa manusia diberi perasaan untuk saling mencintai. Lalu, ia bingung mengapa manusia bisa merelakan hati untuk terluka bertubi-tubi, lecet di mana-mana, dan membiarkan lukanya semakin perih karena asmara.

Di ujung belahan bumi, ia sering kali mengucapkan hal-hal yang ingin sekali ia ucapkan. Ia kecewa dan ia mengucapkan lantang kekecewaannya. Ia bahagia dan ia meneriakan lantang kebahagiaannya. Ia sedih dan ia menangis sejadi-jadinya. Ia adalah manusia paling terbuka pada dunia saat ada manusia lain yang takut membuka diri.

Seperti tremor yang hampir meledak. Ada hal yang ingin sekali ia luruskan mengenai perasaan aneh, gelenyar aneh yang setiap saat menyerangnya. Saat itu ia hanya ingat bahwa seseorang telah datang di hidupnya dengan sejuta harapan yang tak dapat ia bendung. Ia membiarkan orang itu terus masuk semakin dalam hingga ia sulit sekali menahan gejolak aneh di tubuhnya. Dadanya berdesir ringan dan cepat ber-ulang kali. Ia membiarkan itu tampak apa adanya tapi rasanya terlalu menyesakan. Ia sudah tak tahan untuk melepaskan semuanya.

Hari itu ketika ia datang ke toko roti milik seseorang yang telah masuk ke dalam hidupnya. Ia hanya menatap dari luar toko dan takut bersuara. Dalam pikirannya terbesit kekhawatiran. Bagaimana jika ia mengatakan lantang kemudian ia ditinggalkan sendiri? Pikiran-pikiran itu terus menggelanyuti otaknya seperti arus sungai. Sedangkan tubuhnya hanya mematung di tempat.

Ada saat di mana ia ingin menunjukka seluruh laranya, sakitnya, pedihnya, dan kecewanya karena telah menjadi manusia rapuh setelah beranjak dewasa. Namun, sekarang ia mengerti mengapa senyum diciptakan, mengapa senyum dijadikan pijakan mencapai hubungan sosial, ia sudah mengerti. Ia mengerti mengapa banyak di sekelilingnya tak pernah terlihat muram, lesu, atau murung. Karena mereka menggunakan senyum untuk melupakan kehampaannya. Untuk melupakan seluruh perasaan pedihnya. Dunia memang butuh lebih banyak senyum dari pada amarah.

Acap kali ketika ia ingin sekali menampikan senyum. Namun, perasaannya sedang dilanda kekecewaan. Rasanya berjuta-juta kali lebih pedih daripada tersandung kayu bakar dengan api yang masih menjilat-jilat. Atau tertimpa ranting pohon dengan pinggirnya yang lancip-lancip.

Ada banyak alasan mengapa ia selalu ingin hidup. Karena ia punya rasa ingin tahu yang teramat besar. Ia ingin tahu lebih banyak soal manusia, kehidupan, semesta, tentang seluruh dunia ini. Ia ingin tahu semuanya. Termasuk alasan mengapa banyak orang selalu saja menutupi betapa mereka merasakan kesedihan hingga ingin menangis. Mereka tersenyum, berpura-pura bahwa dirinya baik-baik saja. Mendustakan perasaannya sendiri, menutupi kesedihannya sendiri. Padahal ia sendiri sudah merasakan itu dan ternyata sungguh menyesakkan.

Namun, seseorang telah datang ke hidupnya. Bersemayam cukup lama untuk mendongkrak hatinya. Rasa hangat itu menjalar hingga keluar. Gelenyar aneh itu ia rasakan hingga jantungnya berdegub kemcang. Dan pertama kalinya ia tahu bahwa menutupi perasaan tak semenyedihkan itu. Walaupun perasaanya tak pernah diketahui pihak lain. Walaupun perasaannya tak pernah tersampaikan pada pujaannya. Tapi, baginya menutup rapat mulutnya adalah pilihan terbaik yang bisa ia lakukan. Dia hanya sesama manusia yang saling bertemu dan berbincang. Namun, hanya dirinya yang jatuh cinta sedangkan satunya lagi tidak.

"Kalau seseorang mengatakan ia jatuh cinta padamu, apa yang akan kamu lakukan?" tanyanya waktu itu.

"Kalau kamu berpikir aku akan melakukan apa?"

"Tidak tahu makanya aku bertanya. Bagaimana kalau aku yang bilang?"

"Aku tidak tahu"

Pikirmu waktu itu mungkin ia hanya sedang malas untuk berbicara. Pikirmu waktu itu mungkin ia sedang banyak pikiran hingga malas berbicara. Tapi, jauh di lubuk hatimu kamu sudah tahu reaksinya akan jauh dari bayanganmu. Kamu tahu kamu hanya sekadar menunggu ekspektasi yang tak kunjung terjadi. Pujaanmu tak membalas perasaanmu. Pujaanmu tak memiliki perasaan yang sama.

Dirimu menemui cinta yang menyakitkan di awal. Pra asmaramu hanya semu yang menyakitkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bunga Yang Mekar Bersama DaunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang