IF YOU

567 60 1
                                    


Tokyo, 06 September 2018

"Butuh saran?."

Pria jangkung itu mendekati sahabatnya yang sedari tadi tidak menggubrisnya sama sekali. Surai gelapnya bergerak lincah dengan sapuan angin.

Payah!! Si pirang di hadapannya tampak sangat kacau, sebatang rokok mengepul di sela bibirnya. Bahkan samar tercium aroma alkohol darinya.

"Setidaknya jangan mencoba bunuh diri didepanku." Tambahnya sembari menyambar batang rokok itu, setelahnya ia gilas dengan sepatu hitam mahalnya.

Si pirang hanya menatap bosan kearahnya. Tidak ada respon lebih. Si pirang memejamkan mata meresapi sapuan angin pada wajahnya. Mencoba menipiskan kabut pekat dalam hatinya. Mencoba menggugurkan bongkahan batu besar yang tak kunjung melebur. Sudah sangat lama perasaan ini bertahan. Tentu ia pun bosan.

"Ada apa denganmu NARUTO!!." Pria itu mencengkram erat kerah kemeja pria yang dipanggilnya Naruto itu.

"Cih,, lepaskan Sasuke." Lemah, Naruto menepis cengkeraman Sasuke.

'Bughhh,' satu pukulan medarat di pipi tirus Naruto. "Sadarkan dirimu dobe!!" Sasuke kehabisan kata untuk sahabatnya ini. Ia tak menyangka dampak cinta akan begini dasyatnya untuk si baka dobenya.

Naruto menyeka cairan anyir dari sudut bibirnya. Perih tentu saja. Ia mendekati Sasuke dengan melayangkan tinju sebagai balasannya namun belum juga sampai, Naruto ambruk seketika.

Mereka masih dalam posisi saling diam. Sasuke masih menyangga tubuh Naruto yang kehilangan keseimbangan.

Ini kali pertama Sasuke melihat sahabatnya begitu terpuruk. Keputusasaan menelan semua keceriaanya. Bahkan Sasuke akui ia rindu cerewet dan berisik sahabatnya.

"Apa yang harus aku lakukan Sasuke?." Sasuke tahu betul apa yang dimaksud oleh sahabat pirangnya ini.

"Lupakan dia." Sasuke memilih memberi jeda sembari mencari kata yang tepat untuk disampaikan. "Atau meminta maaf padanya. Setidaknya jangan menjadi pengecut!." Naruto tertawa kecut medengar saran Sasuke.

"Aku sudah mencoba, puluhan kali. Aaahhh,, bahkan aku lupa berapa kali usahaku. Semuanya sia-sia. Dan seakan dosaku tidak bisa diampuni, sekarang dia pergi memilih menyembunyikan diri dariku." Naruto terduduk lemas.

"Melupakannya? Kehhh bagaimana bisa, kalau alam bawah sadarku saja terbiasa dengannya." Lanjutnya.

"Ingat kau yang menyia-nyiakannya? Jadi jangan melucu padaku sekarang. Mungkin ini karma karena kau terlalu sering membuatnya kecewa!."

Diposisinya sekarang, Sasuke tidak akan membela sahabat dobenya lagi. Toh sudah bosan dia melontarkan keberatannya atas tindakan Naruto pada gadis itu.

"Kau tahu Teme? Sebelumnya aku tidak pernah takut akan apapun. Namun kehilangannya membuatku dapat merasakan seperti apa itu ketakutan. Dan sekarang aku seperti orang bodoh yang hanya bisa melihatnya dari kejauhan tanpa bisa berbuat apa-apa. Tanpa sadar dia benar-benar menjauh dari ku dan kian menghilang." Dari yang terlihat pandangan Naruto lebih sayu dari sebelumnya.

"Sebenarnya apa yang kau takutkan Dobe? Akan terdengar masuk akal kalau kau ini benar-benar ingin menjadi pengecut yang lebih memilih lari dari pada memperjuangkannya. Apa aku benar?" Ucap Sasuke kian menyudutkan pria disampingnya.

"Kau benar, aku tidak dapat berbuat apa-apa untuknya. Dan aku sadar betapa pengecutnya aku." Ucapnya sarat akan penyesalan.

"Hn" Sasuke berdiri dari tempatnya. Menatap lurus matahari yang kian tenggelam dengan menyisakan semburat jingga yang begitu indah bila dipandang.

IF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang