DUA

66 11 3
                                    

Pemuda itu melangkah menuju sebuah kedai mie di persimpangan jalan itu, setelah berjalan-jalan menikmati keindahan kota Shanghai dan mendapat sedikit masalah dengan komplotan rahasia Cina, Lee memutuskan mampir di sebuah kedai mie yang menurut beberapa wisatawan terkenal dengan kelezatan masakannya. Seorang gadis berambut Panjang lengkap dengan seragam peramu sajinya menghampiri Lee. 

"Nín xiǎng diǎn shén me?"  gadis itu mengangkat wajahnya yang sejajar dengan Lee, Lee sedikit tertegun dengan kacantikan gadis itu, ia berdehem untuk menyembunyikan kegugupannya.

"Sorry, can you speak bahasa?" tanyanya.

"Ohh orang Indonesia," ucapnya santai.

"jadi, mau pesan apa tuan ..." Sora sedikit menyipitkan matanya, membaca kartu tour yang di pakai Lee.

"Lee, panggil aku Lee. sepertinya kita seumuran, jangan panggil aku tuan umurku baru 22 tahun nona," ucap Lee. 

Gadis itu tersenyum mengangguk, membuat Lee tak dapat mengalihkan tatapannya pada wajah manis gadis itu. "Aku pesan makanan yang paling enak di tempat ini," ucapnya, gadis itu mengangguk kemudian melangkah menuju dapur. Lee menatap kepergian gadis manis itu. Ahh sial! Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang, tidak mungkin ia merasa cinta pandangan pertama pada gadis itu. Mungkin saja ini hanyalah efek dirinya yang kurang tidur dan banyak minum kafein, sehingga jantungnya berdetak tidak biasanya.

Pintu kedai itu dibuka secara keras menghasilkan suara dentuman yang amat kencang, di depan pintu itu tampak sekelompok gangster berbadan besar dan berotot yang masuk dengan seenaknya, Lee mendengus melihat kelompok rendahan itu. Pemimpin kelompok itu berteriak memanggil pesanan. 

Gadis dengan wajah manis itu menghampiri komplotan itu, yang mana si pemimpin sudah mentapnya dengan tatapan memangsa yang membuat Lee tak suka dan terus mengawasi mereka. 

"Mau pesan apa?" tanya gadis itu dalam bahasa mandarin

"Berikan aku uang kalian!! dan nona manis, santailah sedikit, mari kita bicara di sini," pemuda berotot itu menepuk kursi di sebelahnya, dengan teman-teman nya yang tertawa keras. 

Sora mendengus kemudian menatap pemuda berotot itu sengit. "Hei, jika urusanmu tidak penting lebih baik pergilah!!" usir Sora, lelah sudah ia berhadapan dengan para berandalan ini. Wajah pemimpin kelompok itu memerah tak terima dengan usiran gadis di depannya, digebraknya meja itu, membuat atensi pengunjung beralih ke mereka. Lee bangkit melihat situasi yang sudah kacau ia juga mesti melindungi gadis pramusaji itu. 

"Kau!! wanita jalang! jaga bicaramu!!" ucap pemimpin itu tajam

"Siapa yang kau sebut jalang itu, Sir?" balas sora menantang, ohh tidak bukan sora tetapi alter egonya, Somi.

Lee tidak mengerti apa yang mereka katakan karena mereka berbicara dengan bahasa mandarin. 

"Woooo... sorry, excuse me?" ucap lee menghadang pemuda yang hampir menampar gadis pramusaji itu.

"Turis? eoh.. minggir kau!!" ucap pemimpin itu.

"You want to hurt this girl? ohh come on bro,  I think you are outrageous," ucap Lee santai, sedangkan Sora a.k.a Somi hanya mendengus dibalik punggung pemuda di depannya.

"Banyak bicara kau sialan ..." tangan pemimpin itu dilayangkan mengantarkan bogem ke arah Lee. Lee tersenyum sinis, bagaimana bisa pemuda ini menjadi pemimpin komplotan berandalan ini? Bahkan bela dirinya saja terlihat sangat payah, orang itu hanya memukul, meninju dengan kekuatan otot tanganya tanpa tau teknik. Lee menghidar dari pukulan itu, karena sadar ada seorang gadis di belakangnya Lee menarik gadis itu ke sampingnya, melingkarkan sebelah lengannya pada pingang gadis itu. Sora tersentak menatap pemuda itu sinis, karena situasi yang terjadi tidak memungkinkan, ia memilih untuk diam dan mengikuti alur pemuda itu.

HANSORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang