" Bella, mama..."
" Bercerailah !! Mungkin itu dapat menghidupkan kembali Kak Steven lagi" teriakku sambil berlari mengambil kunci mobil. Aku langsung menyetir mobilku dengan cepat meninggalkan rumah. Aku sekarang yakin papa dan mama kaget dengan apa yang aku katakan tadi dan juga karena teriakanku, ya itu adalah teriakan pertamaku kepada mereka berdua sejak aku dilahirkan. Itu karena aku sudah tak tahan lagi, mengapa mereka tidak bisa merelakan kepergian Kak Steven, apa Kak Steven harus selalu menjadi anak kesayangan mereka.
Sejak kecil memang Kak Steven yang selalu menjadi prioritas pertama mereka. Mereka selalu memberi perhatian lebih padanya sedangkan aku mungkin hanya sekedar pengisi anak bungsu. Orang-orang selalu berpikir anak bungsu itu sangat diistimewakan dan selalu dimanja tapi kenyataannya selalu jauh dari semua itu. Aku merasakannya sendiri selama hidupku, aku selalu dibanding-bandingkan dengan kakakku, mereka selalu berkata kakak adalah orang yang baik ,rajin, dan tidak ada yang salah darinya, sedangkan aku selalu menjadi yang terburuk, termalas dan perbuatanku selalu salah dimata mereka. Meski kini kakak sudah tiada, mereka masih saja selalu mengunggulkannya.
Aku teringat saat itu, mereka lebih membelanya sedangkan aku selalu disalahakan. "Bella, kamu ini kenapa sih selalu saja mencari gara-gara?" bentak mama waktu itu.
" Tidak bu, Kak Steven yang duluan"
"Bella, kamu itu yang salah jadi cepat minta maaf sama kakakmu"
"Papa.. kakak yang salah"
"Enak aja, bukan Kak Steven pa, ma. Bella tuh yang salah. Dia mencuri uangku"
"Aku tidak pernah mencuri uang itu karena memang uang itu uang Bella sendiri . Bella menyisihkan uang jajan untuk mengumpulkan uang itu" bantahku atas tuduhan kakakku sendiri.
" Bella, jangan banyak alasan cepat kembalikan uang itu!!" suruh mama marah.
" Iya Bella, kenapa sih kamu itu selalu saja menjadi anak pembuat masalah??"
" Tapi...." dengan sangat terpaksa aku memberikan uang itu kepada kakak padahal uang itu akan aku gunakan untuk membeli kamera. Ya.. aku memiliki hobi yaitu photography, memotret hal-hal yang indah. Tapi semua itu harus diurungkan lagi karena uang yang susah payah aku tabung, sekarang ludes dalam waktu singkat. Aku hanya bisa pasrah, malas membantah lebih jauh lagi karena percuma saja jika aku makin melawan maka makin parah mereka memarahiku.
Begitulah waktu itu dan bukan hanya itu masih banyak hal lain yang cukup membuatku sakit hati. Tapi aku bisa apa aku hanya bisa bersabar dan bersabar. Dan aku selalu bertanya apa dimata kedua orang tuaku benar-benar tidak ada hal yang baik tentang aku.
Keluarga ini begitu harmonis awalnya mungkin bagi papa, mama dan kakak saja tapi melihat mereka bahagia aku juga turut bahagia. Sebelum musibah yang menimpa kakakku. Sebuah kecelakaan motor merenggut nyawa kakak dalam sekejap.
Sore itu, Kak Steven meminta izin untuk menggunakan motor. Ia mau mengerjakan tugas kelompok yang diberikan dosennya. Papa dan mama sempat tidak mengijinkan kakak menggunakan motor karena memang kakak baru mendapatkan SIM kurang dari sebulan, tapi setelah bujuk rayu yang dilakukan kakak mereka akhirnya mengijinkan.
Hingga malam tiba kira-kira sekitar pukul sembilan malam kami mendapat telepon dari seorang entah dari siapa tapi aku bisa menebaknya mungkin dari seorang polisi yang mengatakan bahwa kakak mengalami kecelakan dan sekarang dia dilarikan ke rumah sakit. Tentu saja kabar itu mengejutkan kami sekeluarga dan kami langsung pergi kerumah sakit yang dimaksud. Sungguh takdir berkata lain kakak meninggal saat perjalanan ke rumah sakit.
Sejak saat itulah papa dan mama selalu menyalahkan satu sama lain. Mengatakan coba saja mereka tidak mengijinkan Kak Steven menggunakan motor, kecelakan itu tidak akan pernah terjadi. Hari demi hari berlalu dan selalu saja pertengkaran demi pertengkaran yang aku dengar. Masalah-masalah kecil dibesar-besarkan dan mereka berdua tidak pernah ingin menghilangkan keegoisan mereka. Papa, mama sama sekali tidak menyadari setiap pertengkaran yang mereka lakukan pasti menyakiti hati kakak. Ia tidak akan meninggal dengan tenang karena masih ada hutang yang harus ia selesaikan di dunia ini yaitu mendamaikan dua orang yang ia cintai itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN HOME (Gabriella Clairine IXD/18)
Nouvelles"Semoga dengan kepergianku ini, kalian bisa memikirkan hidup kalian masing-masing"