Tetapi ketika aku lewat kamar gilang, ternyata ayah tidur dengannya dan juga sekarang belum bangun. Disitu aku tidak tega membangunkannya karena mungkin semalam ayah sangat cape makanya sekarang ia belum bangun. Langsung saja aku pergi, dan berniat nanti bilang ke ayah lewat telfon.
Saat aku bersama bara, aku lupa menelfon ayah untuk bilang jika aku pergi dengan bara. Singkat cerita, aku pulang karena takut ayah marah lagi dengan ku. Dan tentu saja, ketika aku masuk aku disambut oleh cacian.
"Kamu tuh gak ada kapok-kapoknya ya bin udah di marahin semalem! Capek ayah bilangin kamu yang susah dibilangin. Ga seperti adik kamu yang selalu nurut sama ayah. Yang gak pernah ngebantah ayah kalo ayah bilangin. Padahal kamu itu cewe bin, kenapa kamu malah yang susah saat ayah bilangin. Selalu ngebantah omongan ayah".
Disini aku sangat kesal. Dari dulu aku paling benci jika dibanding-bandingkan sama adik. Gak ayah gak ibu sama saja. Selalu membanding-bandingkan ku dengan adik. Karena aku sangat kesal jadi aku mencoba untuk menjawab omongan ayah.
"Yah, kenapa ayah sangat pilih kasih? Kenapa selalu adik yang ayah bangga kan? Kenapa selalu adik yang ayah dahulukan? Aku tahu dia masih kecil kan? Aku muak mendengar kata-kata itu!"
"Dulu apa yang selalu adik inginkan selalu ayah ibu wujudkan itu! Kapan kau memperdulikanku?! Kapan aku merasakan apa yang adik rasakan? kapan? Kapan aku bisa tertawa bahagia seperti adik? Apa kalian sama sekali tidak menginginkan ku disini?"
"Aku kecewa hidup disini. Aku kecewa hidup dengan keluarga yang penuh dengan keegoisan". Ucap ku dengan kesal sambil menangis.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEPRESSED
Historische RomaneTentang aku yang selalu merasakan siksaan dalam keluarga ku. Yang selalu dibanding-bandingkan dengan adikku.