"Apa yang harus kukenakan?"
"Kamu bahkan sudah menanyakan hal itu untuk kesekian kali, padahal ada banyak pilihan tapi kenapa harus bingung?" Namjoon sabar, sangat sabar menunggu pasangannya memilih apa yang akan dipakai saat datang ke acara penting yang akan digelar setengah jam lagi. Harus diingat, setengah jam lagi dan mereka masih dirumah bahkan belum ada niatan untuk berangkat, sebenernya itu hanya tertuju untuk Seokjin karena kebingungannya.
"Aku suka yang itu Pa"
"Tidak tidak, itu terlalu jelek. Papa kan tampan jadi harus mengenakan pakaian yang tampan juga" elak Jimin pada adiknya Jungkook yang tadi menyarankan pilihan untuk Papanya.Jungkook yang sedang berdiri di belakang Seokjin kini telah berpindah kesamping Namjoon yang sedang memainkan ponselnya, "Ayah, pakaian yang tampan itu seperti apa?" Mendengar penuturan Jungkook membuat Namjoon tertawa kecil, ia tidak tau saja jika Jungkook kini tengah menatapnya kesal sambil mengerucutkan bibir karena merasa sedang diledek sang Ayah saat mengajukan pertanyaan.
"Pakaian yang tampan adalah pakaian apa saja asalkan yang memaikanya adalah Papa" Jungkook membulatkan mulutnya tanda mengerti, menengok ke belakang dimana ada kakaknya yang sedang ikut memilah baju apa saja yang akan Seokjin kenakan lalu setelahnya keluar ruangan.
"Namjoon, semua baju disini sepertinya sudah tidak cocok lagi untuk kupakai" Ucap Seokjin pada Namjoon yang dibalas senyuman oleh sang suami. "Kenapa begitu?" Tanyanya pada sosok pria berparas tampan yang setia berdiri di depan lemari sejak tadi.
"Entahlah, rasanya aneh. Aku benar benar tidak menyukainya lagi" Seokjin kini menatap seseorang yang tengah merengkuh pinggangnya dengan jarak yang sangat dekat, "Kuberi mantra agar kamu menyukainya lagi, mau tidak?" Alis Seokjin terangkat sebelah seolah bertanya 'apa?' kemudian dibalas senyuman oleh Namjoon.
Wajahnya ditatap lekat lekat seolah memberitahu pada dunia bahwa dia adalah miliknya. Namjoon memajukan wajahnya agar lebih dekat dengan Seokjin, bagai kilat, sekarang sudah tidak ada jarak lagi karena hidung mereka kini saling menempel dan Namjoon yang mulai memiringkan wajahnya agar tepat sasaran saat memberi sambutan pada benda yang selalu jadi candunya ini. Bibir mereka sudah menempel hanya saja tak ada gerakan karena, "Jangan modus, kamu tidak buta kan hanya karena melihat bibirku sampai lupa kalau ada Jimin dan Jungkook disini"Seokjin pikir dengan ia mengatakan hal tersebut membuat Namjoon mundur dan membatalkan aksinya, namun tidak "Dia sedang asyik memilih bajumu dan Jungkook sedang keluar, mungkin sedang bermain dikamarnya. Sebentar saja, anggap sebagai pengganti rasa pegalku karena terlalu lama menunggumu" ungkapan Namjoon yang sama sekali tak memberi jarak bahkan saat bicara tadi aroma mint langsung menyerobot masuk pada indra penciumannya. Seokjin sebenarnya kesal atas alasan yang Namjoon utarakan namun ia tidak menyangkal bahwa apa yang dikatakan suaminya itu benar. Namjoon sudah rapih sejam yang lalu sedangkan ia memilih mana yang dikenakan saja belum tahu, jadilah ia mengangguk sebagai jawaban atas permintaan Namjoon.
Namjoon kembali menempelkan bibirnya pada Seokjin dan semakin merengkuh pinggangnya agar benar benar tidak ada jarak lagi diantara mereka. Menekan tengkuk agar memudahkannya melumat bibir Seokjin sembari melirik kebawah guna memastikan Jimin tidak melihat adegan yang dilakukan oleh orang tuanya ini, akan lama bibir mereka saling bertautan jika saja tidak ada suara yang menginterupsi kegiatan mereka berdua. "Papa, kenakan ini saja lihat gambarnya bagus kotak kotak seperti coklat yang Jungkook makan kemarin"
Mereka terkejut, Namjoon bahkan melepaskan pegangannya pada pinggang Seokjin dan bertingkah seolah tidak ada yang terjadi dan menoleh pada anak keduanya yang baru saja masuk tersebut. Saat memperhatikan Jungkook, baik Jimin maupun Seokjin juga Namjoon tak ada yang bisa menahan tawanya kala melihat sesuatu yang dibawa Jungkook.
"Jungkook itu kan tidak bisa dipakai" ucap Jimin yang kini berjalan menghampiri adiknya setelah tertawa bersama Seokjin dan Namjoon. "Kenapa? Kan bagus Kak, ini juga lebar jadi papa tidak akan merasa sesak saat mengenakannya"
Benar benar polos si bungsu ini, "Nak, itu taplak meja, yang bisa mengenakannya ya hanya meja bukan Papa" Jungkook tersenyum, menunjukkan gigi kelincinya yang terlihat makin menggemaskan kemudian memeluk Jimin untuk menyembunyikan rasa malunya yang kemudian dibalas pelukan juga oleh sang Kakak. Namjoon merasa gemas melihat anak anaknya yang kini keluar ruangan, 'apa tidak susah jika berjalan sambil berpelukan' pikir Namjoon, namun tak terlalu dipikirkan karena nyatanya Jungkook kembali masuk ke ruangan mereka yang justru membuat Namjoon serta Seokjin menegang.
"Ayah kali ini Jungkook maafkan karena mencium Papa di depan kami, lain kali tidak boleh nanti Jungkook dan Kak Jimin marah" tukasnya. Padahal baru saja merasa malu karena salah memilih apa yang dikenakan tapi karena sepertinya ada yang menganggu pikirannya membuatnya teringat sesuatu jadilah ia katakan lalu pergi lagi meninggalkan ruangan yang kini hanya menyisakan dua orang dengan wajah tak menyangka, "Jadi Jungkook melihat kita?"
"Kamu pikir apa maksud perkataannya tadi. Padahal sudah diperingatkan tapi tetap saja. Dasar tidak penurut, mantra konon" ejek Seokjin sambil mencubit perut kiri Namjoon yang dibalas ringisan oleh sang empu yang mengelus perutnya sendiri kemudian keluar menghampiri kedua anak mereka meninggalkan Namjoon sendirian di kamar.
Cukup lama Namjoon terdiam sampai ia merogoh sakunya kemudian menekan tobol pada benda persegi panjang tersebut, "Kalau begini sepertinya tidak ada harapan, maafkan aku Hoseok-ah lain kali tidak lagi lagi menuruti nafsu jika ujungnya begini. Salam untuk yang lain" Ucapnya lalu mendapat gelak tawa dari seberang telfon yang sepertinya paham maksud tidak kedatangan Namjoon. "Lain kali tahan tuan Kim, sudah beranak dua masih saja merasa haus" ejek seseorang lain yang masih dari seberang telefon membuat Namjoon mengelus dada karena percuma jika mengelak pasti dia akan kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
A little longer [Discontinue]
Fanfiction"Kakak Jimin punya sesuatu untuk adik bayi" "Benar, kapan lagi kakak Jimin tidak pelit. Iya kan, Kak?" "Jungkook tidak boleh bicara kebohongan pada adik bayi, itu tidak baik" "Baiklah, kalau begitu akan kuberitahu sebuah kebenaran tentang Kak Jimin"...