"T-tapi kan k-kakak s-sudah dapat, kenapa me-mengambil milikku? K-kembalikan Kaaakkk" Jungkook sesunggukan dengan posisi duduk menyila, sudah lebih dari setengah jam ia menangis karena cokelat miliknya diambil oleh Jimin padahal mereka mendapatkan bagian masing masing namun karena Jimin yang berlari saat masuk ke rumah membuatnya tidak memerhatikan jalan dan tersandung sehingga cokelat dalam genggamannya jatuh, untung dirinya baik baik saja. Dan itulah mengapa saat ini dirinya kekeh mengambil cokelat milik sang adik.
"Kak Jimin, kan cokelatnya sedang dibelikan lagi jadi ayo berikan pada Jungkook" entah ini sudah yang keberapa kali Seokjin membujuk putranya agar mengembalikan yang seharusnya menjadi milik Jungkook namun sama sekali tak digubris oleh Jimin.
Bukan tanpa hal mengapa Jungkook yang kadang terlihat lebih kuat daripada Jimin menjadi lemah seperti ini bahkan menangis memohon saat miliknya diambil padahal ia bisa saja menariknya langsung atau melakukan hal jahil pada kakaknya itu dengan berbagai cara, seperti bulan kemarin ketika Jimin mengambil pensil Jungkook tanpa sepengetahuan adiknya itu membuat Jungkook geram akhirnya saat sedang diantar ke sekolah, Jungkook yang memang sudah menebak bahwa hilangnya pensil ini pasti karena perbuatan kakaknya langsung memasukkan kecoa mainan yang dibelinya sewaktu belanja dengan Seokjin yang sukses membuat Jimin menangis saat mulai membuka tasnya untuk menulis namun bukannya pensil yang ia dapat melainkan serangga menyebalkan yang selalu menjadi ketakutannya. Jungkook terkikik senang karena rencananya berhasil membuat Jimin berteriak, "Makanya kak jangan nakal" monolognya dalam hati. Namun saat ini Jungkook baru saja membaik setelah 3 hari mengalami demam yang membuat tubuh kuatnya menjadi lemah, Jimin sang kakak sangat peduli bahkan ikut terbangun di tengah malam kala Jungkook rewel karena suhu tubuhnya yang meningkat. Namun lihat sekarang, ia malah membuat adiknya menangis dan sepertinya ini memang sengaja. Mencari kesempatan untuk membalas perbuatan Jungkook disaat tubuhnya sedang lemah.
Seokjin memijit pangkal hidungnya pelan, menenangkan Jungkook yang menangis sudah, memberi pengertian pada Jimin juga sudah, lalu harus apa lagi ia sekarang. Dikeluarkannya ponsel dari saku kirinya untuk menelfon seseorang, "Kenapa lama sekali?" Seokjin berujar sambil melihat kedua anaknya yang masih dalam mode -mari berebut cokelat-
"Sabar sayang, antriannya panjang. Dijalan juga macet tadi. Apa Jimin masih bersikeras tidak ingin mengembalikannya pada Jungkook?" Suara Namjoon sedikit tidak jelas karena banyak orang disana, sangat berisik, Seokjin menghela nafas panjang karena bingung harus berbuat apa lagi selama Namjoon masih dalam proses dalam membeli benda yang kedua putranya perebutkan. "Sayang boleh dekatkan ponselnya pada Jimin, aku mau bicara"
Baik biar diperjelas dulu, saat ini Namjoon sedang berada di supermarket yang baru saja mereka datangi untuk memenuhi keperluan bulanan dengan mengajak Jimin dan Jungkook karena kebetulan ini weekend, jadi tidak ada salahnya mengajak mereka berdua juga menyenangkan Jungkook yang selalu ingin keluar saat sedang demam kemarin. Namun siapa sangka jika banyak sekali halangan karena memang tempat ini sangat terkenal dan hanya disinilah cokelat itu dijual, ditempat lain ada tapi jauh.
"Tapi Ayah kan lihat sendiri kalau cokelat Jiminie jatuh, terus aku makan apa?" Jimin mengelak setiap kali Namjoon memintanya untuk mengembalikan cokelat milik Jungkook, "Tapi Jimin kan lihat sendiri juga kalau Ayah keluar untuk membeli cokelat lagi" Namjoon masih berusaha memohon pada sulungnya untuk mengembalikan apa yang bukan kepunyaannya. Jungkook memang sudah sembuh taoi terkadang masih sedikit rewel contohnya sekarang ini padahal Seokjin dan Namjoon bilang akan memebelikannya lagi dengan bentuk yang sama namun tetap menolak dan hanya menginginkan apa yang digenggam Jimin yang sampai saat ini entah kerasukan apa sampai tidak mau mengalah pada adiknya.
"Itu artinya cokelat yang Ayah beli untuk Jimin, kan?" Antusisme Jimin sampai mengambil alih ponsel yang berada di tangan Seokjin kemudian mengambilnya dan berpindah di tangannya. Lalu sambungan terputus dengan jawaban Namjoon sebagai penutup percakapan mereka yang disambut gembira oleh si sulung.
Jin menoleh pada Jimin dengan memberi senyuman seolah berkata 'Sudah kan? Jadi ayo berikan cokelatnya pada Jungkook' namun yang dituju tetap diam menyembunyikan kedua tangan yang menggenggam erat cokelat itu di belakang punggung, sama sekali tak ada niatan untuk sekedar membiarkan Jungkook setidaknya melihat cokelat miliknya. Bibir Jungkook masih setia melengkung kebawah sambil melihat ke arah Jimin, mungkin saja Jimin akan berubah pikiran karena saat ini adiknya mengedipkan matanya berkali kali dan sangat menggemaskan seperti anjing kecil yang bertingkah manja pada pemiliknya
Setelah cukup lama menunggu, suara mobil yang sepertinya sedang parkir di garasi terdengar langsung oleh indra pendengaran Jimin. Matanya tertuju ke arah pintu masuk yang menampakkan sosok pria tinggi dengan kantung plastik ditangannya, Jimin menghampiri Namjoon dan langsung merebut apa yang dibawa Namjoon kemudian lari menuju kamarnya membuat Jungkook berteriak lagi karena sekarang cokelatnya dibawa semua oleh Jimin.
Baik Seokjin maupun Namjoon sama sama tidak mengerti dengan tingkah sulungnya ini, kehabisan akal sudah bagi mereka untuk membuat Jungkook berhenti menangis karena belum sempat merasakan cokelat barang segigit pun. Namjoon sebenarnya kesal karena baru saja sampai langsung berangkat lagi karena perebutan cokelat itu dan saat pulang bukannya selesai ia malah semakin dibuat pusing oleh sang anak, geram betul tapi ia tak bisa marah, "Jimin, tadi paman Yoongi menelfon Ayah" teriaknya yang sontak membuat Jimin membuka pintu kamar lalu menyembulkan sedikit kepalanya keluar guna memastikan pendengarannya barusan.
"Ayah ceritakan semua tingkahmu yang membuat adikmu menangis, dan kamu tahu paman Yoongi bilang apa?" Namjoon memotong ucapannya sambil melihat Jimin yang mulai keluar sedikit demi sedikit dari pintu, "Ia membatalkan piknik bersama kita, jadi jangan harap bisa bermain dengan Taehyung karena Taehyung anak baik"
Jimin yang mendengar penuturan Namjoon langsung lari menghampiri Namjoon dengan sekotak cokelat ditangan dan memeluknya "Ayaaaaaah"
"Bilang pada paman Yoongi bahwa Jimin janji tidak akan nakal lagi pada Jungkook, Jimin kan anak baik Ayah. Jangan batalkan pikniknya" permohonan Jimin dengan bumbu tangis palsu yang membuat Namjoon tidak lagi merasa geran justru gemas karena Jimin sangat lucu. "Kalau begitu berikan cokelatnya pada Jungkook dan minta maaf"
Jimin berjalan dengan gontai menghampiri adiknya yang masih duduk di lantai sedari tadi, "Ini cokelatmu kukembalikan" Jimin menyodorkan tangannya dengan malas yang disambut bahagia oleh adiknya. Jungkook berlari kearah Seokjin memamerkan bahwa miliknya telah kembali. "Maafnya mana sayang?"
"Aku minta maaf. Jika bukan karena sahabatku, mana mau aku melewatkan kesempatan untuk menjahilimu, sekali kali kamu yang merasa kesal jangan aku terus. Aku itu lebih tua darimu tau" celoteh Jimin yang dibalas kikikan oleh Namjoon dan Seokjin.
"Iya tau, kak Jimin tua. Tua sekali sampai keriputnya kelihatan karena marah marah terus"
"Kim Jungkook!!!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
A little longer [Discontinue]
Fanfiction"Kakak Jimin punya sesuatu untuk adik bayi" "Benar, kapan lagi kakak Jimin tidak pelit. Iya kan, Kak?" "Jungkook tidak boleh bicara kebohongan pada adik bayi, itu tidak baik" "Baiklah, kalau begitu akan kuberitahu sebuah kebenaran tentang Kak Jimin"...