Prolog

36.2K 1.3K 23
                                    

Untuk baca versi yang sudah direvisi, silahkan hapus dulu cerita ini dari perpus kalian lalu cari ulang. Oke?

🔴JANGAN LUPA VOTE+KOMEN🔴

Happy reading sayang<3

🍂

"Gue emang suka jadi orang baik, tapi gue nggak pernah bilang kan, kalau gue gak bisa jadi orang jahat?"

“Gue hamil, Al.”

"Orang kayak lo, emang pantes untuk mati."

🍂

PROLOG.

Ayah selalu mengingatkan 2 hal sama gue, dikalahkan seperti pecundang atau mengalahkan sebagai pemenang.

Kata ayah, di dunia ini gak ada orang yang benar-benar baik. Mereka semua adalah musuh. Jangan pernah percaya kepada siapa pun, kalau lo gak mau dicap pecundang nantinya.

Terkadang, ada kalanya gue suka menjadi orang baik, tapi terkadang juga, orang suka bebal, memanfaatkan kebaikan untuk kejahatan.

Gue Algibran Kerel Abraham, dan kata ayah, gue dibesarkan untuk melawan. Gue gak diajari apa itu belas kasihan.

🍂

Seorang siswa laki-laki tampak memasuki area kantin dengan gaya petentang-petentengnya. Ia memukul bahu seorang murid cowok yang sedang sibuk memakan makan siangnya, lalu saat murid itu terkejut dan memuntahkan baksonya, ia tertawa senang.

"Gitu aja kaget, payah!"

Murid perempuan yang satu meja dengan cowok tersebut sukses menahan tawa. Menciptakan malu yang begitu besar bagi si cowok. Lantas cowok itu pun berdiri, menantang Algi tidak terima.

"Maksud lo, apa?!" sentaknya marah.

Algi, yang notabenenya adalah murid baru menoleh ke belakang. Ia tersenyum miring sambil mengangkat sebelah alis. Menatap dengan tatapan remeh.

"Apa? Chill bro, bercanda gue."

"Bercandaan lo sama sekali gak lucu, njing!"

"Kata siapa gak lucu? Tuh, cewek lo ketawa kok." Cewek yang dimaksud Algi seketika memalingkan muka, berusaha sekeras tenaga untuk menahan tawanya.

"Bangsat!" Si cowok yang tak terima tau-tau maju, memberikan bogeman yang sayangnya berhasil Algi tahan hanya dengan satu tangan.

Kedua cowok itu bertatapan cukup lama. Keduanya sama-sama memiliki mata setajam elang. Rahang tegas, serta postur badan yang tinggi tegap. Pengunjung kantin lain langsung mengangkat ponsel masing-masing untuk mengabadikan momen tersebut, alih-alih melerai supaya tidak terjadi kekacauan.

"Gathan, lo bukan lawan gue," desis Algi lirih. Tangannya bergerak untuk memutar tangan Gathan—cowok yang sempat ia permalukan di depan pacarnya beberapa menit yang lalu.

Gathan meringis kesakitan kala Algi benar-benar seperti akan membengkokkan semua otot tangannya.

"Akh! Bangsat, lo mau ap—pa sih, anjing!"

Krek! Lalu terdengar suara retakan, berasal dari tangan Gathan yang kemudian diikuti oleh teriakan kencang. "AAAAAAAA! ANJING TANGAN GUE!"

Pacar Gathan sontak berdiri, menarik cowoknya ke belakang, dijauhkan dari Algi yang sudah melepaskan tangannya.

"SAKIT BANGSAT!" Gathan masih berteriak, merasakan tangannya yang tidak bisa digerakkan.

Semua lantas berdiri, banyak pasang mata yang melihat kompak melotot bersama mulut menganga.

"Woi, apa-apaan ini?" Hingga segerombol cowok bergaya urakan datang dari pintu masuk. Mereka berdiri di kubu Gathan, sebagian memeriksa tangan Gathan yang masih mengerang keasakitan.

"Maksudnya apa?!" Cowok ber-name tag Bara maju paling depan, menghadap Algi yang tengah memainkan jemari tangannya, seolah tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

"Kita cuma main kok, santai aja, gak usah sok galak gitu muka lo," kata Algi.

"Gue tanya baik-baik ya sama lo. Maksudnya apa?!"

"Bro." Algi berjalan maju dua langkah, menepuk bahu Bara sebanyak dua kali. "Gue juga jawab baik-baik, kita cuma main, santai. Cara main anak geng motor kayak gitu, kan? Menindas yang lemah."

"Anj—" belum sampai tangan Bara di wajah Algi, lagi-lagi, ia berhasil menahannya. "See? Anak geng motor selalu main dengan kekerasan. Jadi, apa salah gue sekarang? Gue, cuma, main. Paham Pak Ketua?"

Karena merasa ada yang tidak beres, mau tidak mau, Bara pun menurunkan tangannya. Ia mundur ambil jarak, tapi tatapannya masih tajam untuk Algi, cowok yang tidak ia ketahui asal-usulnya berasal dari mana. Kelas berapa, rumahnya di mana, masuk kumpulan apa sampai berani melawan seperti ini.

Wajah Algi sangat asing bagi Bara. Ia yang sudah hampir 3 tahun berada di SMA Kencana ini sama sekali belum pernah melihat wajah Algi sebelumnya. Apakah ia anak baru juga Bara tidak tau. Algi dan sikap yang ditunjukkan membuat Bara hanya bisa diam sekarang.

"Anak geng motor, kalau habis main gitu biasanya langsung ditinggal kan, ya? Tanpa tanggung jawab. So, gue cabut dulu ya? Gerah, mau ngadem. Bye!"

"Tunggu!" Namun belum genap selangkah Algi pergi, suara Bara sudah lebih dulu terdengar memanggil.

Algi pun memutar lagi tubuhnya. "Ya, Pak Ketua?"

"Lo siapa?"

Lalu ia dengan senang hati mengulurkan tangannya, lengkap bersama seulas senyum manis yang khusus ia berikan untuk Bara. "Kenalin, gue Algibran Abraham, lo bisa panggil gue Algi, Gibran, Abra, atau ... Ham aja, terserah, bebas! Kelas gue ada di 3C, lantai paling atas, sampingnya kamar mandi. Kalau lo ada waktu, bisalah, kita main?" Sejak tadi Algi sengaja terus menekan kata main pada ucapannya. Dan ia sangat amat yakin, Bara pasti tau apa maksudnya.

Bara pun menganggukkan kepala. "Algi, gue Bara."

"Ya, ya, ya, lo gak usah perkenalan juga gue udah kenal. Memangnya siapa, di sekolah ini yang gak tau Bara, Ketua Geng Reouwals yang paling terkenal, yang paling ditakuti, dan disegani."

Kekehan Algi di akhir kalimatnya membuat sebelah alis Bara terangkat. "Gitu ya?"

"Yes!"

"Kalau gitu Algi, sebagai salam perkenalan, lo mau gak, nanti malam datang ke undangan gue. Di markas Reouwals?"

"Wow, dengan senang hati!"

Setelah itu keduanya saling melepas jabat tangan. Algi tentu tidak menolak karena inilah tujuannya. Masuk dan bergabung dengan Reouwals. Dengan ini, jalan pertama Algi telah dibuka.

Welcome to the game, Bara.

🍂

TRAITOR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang