1. Bukan kakak lagi

3K 133 16
                                    

Tahun 2015
Usiaku 25 tahun
Target : menikah
Status : jomblo

Tahun 2016
usiaku: 26 tahun
Target : menikah
Status : jomblo terus

Tahun 2017
Usiaku : 27 tahun
Target: menikah
Status: tetap jomblo

Tahun 2018
Usiaku 28 tahun
Target : menikah
Status : berubah menjadi jomblo kronis!

Dan tahun 2019 ini, aku sudah genap berusia 29 tahun. Sudah seharusnya aku menggandeng seorang anak kalo kata mamih. Tapi sayangnya, sampai sekarang jodohku bahkan hilalnya belum juga kelihatan.

Iya, aku masih jomblo!
Sudah berapa banyak undangan yang aku terima dari teman, sahabat, kerabat atau bahkan rekan kerjaku. Ngga tahu kapan giliranku membagi undangan pada mereka. Haish.... Sedihnyaa....

Dan mamih setiap hari meributkan aku yang tak kunjung menikah. Apalagi kedua adikku sudah menikah, jadilah mamih semakin heboh.

Itu menjadi salah satu dari sekian banyak alasan aku memilih tinggal sendiri. Aku telah membeli sebuah rumah di perumahan di bilangan Jakarta. Tinggal sendirian bisa menjaga ketentraman dan kesehatan gendang telingaku yang bisa saja pecah sewaktu-waktu.

Aku sudah lama lulus kuliah, sekarang sedang menjalankan bisnisku. Aku memiliki cafe dengan beberapa cabang di kota-kota besar. Jika kata sahabatku, itu yang menjadikan aku sampai sekarang masih jomblo.

Lelaki takut mendekatiku katanya. Ah, padahal bukan karena itu. Mungkin tubuhku saja yang kurang hoki.

Saat teman-teman lain menikmati masa putih abu-abu dengan berkencan dan merasakan syahdunya patah hati, maka tidak denganku.

Bahkan aku masih dan setia dengan statusku yang mengenaskan itu hingga sekarang.

Oh iya, perkenalkan namaku Chiky Arta Merfia. Aku biasa di panggil Chiky, entah apa yang ada di otak mamihku saat memberi nama padaku.

Kata mamih, biar aku jadi juragan chiky dan memiliki banyak uang. Menyebalkannya!

Teman-temanku memanggilku 'Gemi' alias generasi micin. Itu karena katanya chiki itu mengandung banyak micin.

"Gem, jalan-jalan yuk. Kamu ngga bosen apa di rumah mulu," kata sahabatku.

Dia si keriting itu bernama Sungartinyah, sayangnya dia mau di panggil Nadien. Biar keren karena Sungartinyah katanya kampungan.

Dia lucu dan memiliki selera unik. Gelang dan cincin kayaknya toko emas berjalan, dengan rambut di smooting lurus kaya lidi. Ditambah baju putih dengan bra kadang merah, kadang pink. Dia suka memakai celana ketat. Hahahaha

Apapun itu, tapi aku sayang dia. Dia teman yang sangat setia. Meski aku kadang terpaksa membegokan diri agar nyambung saat ngobrol dengannya.

"Gem, ayuk. Nonton, ke mall, atau kemana gitu. Eh, anter aku ke toko aksesoris yuk. Kemarin liat cincin bagus," serunya sangat bersemangat.

Aku terkekeh, cincinnya sudah sepuluh jari penuh masih saja mau cari cincin lagi.

"Kamu mau pakai dimana lagi, itu jari udah penuh. Mau pinjem jari tetangga sebelah kamu?" Tanyaku menggodanya.

Nadien cekikikan mendengar ucapanku, kemudian dia menggeleng.

"Enggak, mau aku simpen. Lumayan kan buat pamer sama adik ipar," jawabnya dengan senyum misteriusnya.

Aku tentu saja tertawa terbahak, semua perhiasan yang dipakainya hanya perhiasan imitasi. Dan dia menghabiskan banyak uang hanya untuk membuat adik iparnya iri. Padahal dilihat dari segi manapun, adiknya biasa saja.

KISS METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang