SoonGyu

1.2K 81 50
                                    

SMUT di akhir cerita



Hoshi menatap layar ponselnya yang menyala, ada sebuah panggilan masuk dari seseorang.
Hoshi izin sebentar untuk keluar dari ruang rapat. Menggeser tombol warna hijau menerima panggilan.

"Ada apa?"

"Hyung, bisakah sepulang dari kantor kau mampir ke apartementku?"

Alis Hoshi mengkerut bingung. Ia melirik arloji buatan Swiss pada tangan kiri. Waktu pulang jam kerjanya masih tiga jam lagi.

"Untuk apa?"

"Aku butuh bantuanmu, hyung. Aku--sedang sakit."

Mata semi sipit Hoshi membelalak terkejut, ia mendadak panik. Bergerak gusar dan pikirannya mencari cara agar dapat pulang lebih cepat.

"Baiklah, tunggu disana. Hyung akan segera pulang."

Sambungan telepon pun terputus oleh pihak Hoshi. Ia kembali memasuki ruang rapat.
Waktu seakan mengejek Hoshi. Memperlambat gerak detak jarumnya agar Hoshi duduk lebih lama lagi didalam ruang rapat.

Menghela nafas lega.
Hoshi sedikit melebarkan langkahnya kembali menuju ruang Manager.
Hoshi adalah salah satu dari ribuan karyawan yang bekerja dibawah naungan Flyfox Production Company.

Umurnya baru menginjak 23th.
Masih sangat muda, dan ia anak tunggal dari Nyonya Kwon.

Hoshi kembali mengerjakan tugasnya dengan teliti. Jari-jarinya bergerak lihai menekan segala keyboard komputer.

Tiga puluh menit menjelang kepulangan.

Sudah Hoshi putuskan agar pulang dua jam lebih cepat dari biasanya. Ia akan meminta izin untuk pulang lebih dulu.

Tentu karena sedang khawatir pada seseorang.

Mengambil dengan gerakan tergesa-gesa kunci mobilnya hingga membuat benda itu jatuh menimbulkan suara gemerincing yang cukup nyaring di basemant.

Mencoba untuk menetralkan detak jantungnya, Hoshi pun melanjutkan langkahnya memasuki mobil.

"Tenang Hoshi, tenang. Kau tidak boleh panik seperti ini.
Bisa-bisa kau selanjutnya yang akan jatuh sakit." Ingat Hoshi pada diri sendiri. Lelaki itu menstater mobilnya dan berlalu meninggalkan gedung perusahaan.

Nampaknya keberuntungan sedang tidak berada di pihak Hoshi saat ini.
Terlihat di depan sana terdapat kejadian kecelakaan lalu lintas secara beruntun. Membuat jalanan setengahnya jadi macet total.

Mengumpat dan menyumpah serapahi pun tak cukup bagi Hoshi. Lelaki berpipi gembil itu memukul stir mobilnya melampiaskan rasa kekesalan.

Jantungnya bagai dicambuk untuk berlari diatas pacuan kuda. Keringatnya pun ikut turun membasahi pelipis hingga dagu.
Ia menurunkan kaca mobil, melihat kejadian di depan yang cukup parah dan padat.

Kepulan asap membumbung tinggi. Hoshi mengira jika kecelakaan ini membuat satu unit mobil hangus terbakar di lalap api.

"Astaga berapa lama lagi?!" Hoshi berteriak frustasi di dalam mobilnya. Buku-buku jari lelaki itu memutih karena terlalu kuat mencengkram pinggiran setir mobil.

Nafasnya mulai terdengar tak teratur.

Ponsel miliknya kembali berdering dengan nama pemanggil yang sama seperti sebelumnya.

Apa keadaannya semakin parah-Hoshi

Segera menerima panggilan dengan hati yang gusar.

"Halo?"

Daily Life HoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang