prolog

49 6 10
                                    

 *Dunia tak seindah yang kau bayangkan*

          Ada saatnya kita berhenti berharap. saat berjuang tanpa kepastian dan menunggu seseorang yang telah bahagia dengan hati yang lain.

Rodliyah

  Menatapmu, merenungkan kisah. Kisah yang tak terselesaikan, kisah kita. Bahagia tiada tara bersamamu, sebelum akhirnya aku tau apa maksud hubungan ini.

  Fathimatus sa'diyah seorang wanita perindu. Rindu hanya karena Allah S.W.T. dan hati yang menetap pada satu jiwa. Mencintai luka. Melukai hati dengan satu nama terlebih tetap mengharapkan pemilik nama kembali. Namun ada sahabat yang selalu setia mendukungnya, hingga ia dapat bangkit dari rasa kecewa. Sahabat berparas cantik, ceria, dan dewasa.

Ia seorang muslimah ceria. Selayaknya kaktus bisa menyimpan luka dan masalahnya rapat-rapat tanpa satu katapun terucap. Zahra Nur Nazwa nama yang slalu berada disamping Fathim setiap waktu tanpa mengeluh lelah disampingnya. Dialah yang memperkenalkan ikhlas dan sabar padanya. Gadia periang penuh kebijaksanaan.

 " Fathim, tunggu ! Jgn cepet-cepet dong jalannya. Gak ada anjing yg ngejar kamu!!! " Zahra terengah- engah menyetarakan jalannya dengan fathim namun yang dipanggil hanya diam menatap kosong jalanan sekolah.

" Umar ! " kata Zahra lagi.

" Mana?" Fathim berbalik  mencari sosok yang dikatakan sahabatnya. Ia benar-benar geram dengan apa yang dilakukan Zahra." dusta." ia menatap sahabatnya kesal.

" Tapi bo'ong 😂." tersenyum jail . Fathim hanya nyingir dan tak mempedulikan perkataan Zahra.
                                       
***

       Fathim duduk dikursi menatap dirinya dicermin. Membuka lembar demi lembar tugas yang diberikan bu Ika guru matematika.

" Kamu kok kayak de e ya ? Sulit, sesulit perasaannya." sambil menatap raut wajahnya kesal.

" Fathim! Fathim! Nak cepat turun. Ada yang nyari kamu." bunda Irma memanggil. Yah dia ibu sambungku, orangnya baik, sabar, dan mungkin secerewet ibu kandungku bila ia masih hidup sampai saat ini.

" Nak, kok masih diem aja ? Ada yang nyari dibawah tuh. Cepat temui, kasihan dia nunggu kamu lama." bunda menemuiku di ruang belajar karna aku belum turun dari tadi. Aku tersenyum menatapnya.

" Iya bun habis ini Fathim turun." ia mengangguk mengerti kemudian berlalu meninggalkanku. Aku merapikan kertas yang berserakan lalu pergi ke bawah menemui tamuku.

" Ya Allah!! Fathim kok lama sih? Aku nunggu 13 tahun ampek lumutan tau. Liatin nihhh udah tumbuh flora!" kesabarannya udah diujung batas, ngomelnya nglantur kesana-sini.

"Hmmm....Apa?"tanyaku malas.

"ihh  masih item kok pelupa ya?" Zahra terheran melihat wajah kusutku yang tak lebih  berbeda dari orang sakit.

" Emang ada janji? " tanyaku

"kan aku udah bilang, malam ini jam 7 dirumah Dinda. Udah beli kadonya gk?" tanya Zahra.

"Udah. "jawabku malas
"Berangkat sekarang? " tanyaku yang terlihat tak berdosa. Males pergi ke sononya...sebel njirr

" Iya, tapi gk kayak gini. Perginya setelah aku dandanin kamu!!! " memperhatiakan pakaian yg ku kenakan dan aku segera berlari kekamar menjauhi suatu hal buruk yang mungkin akan terjadi jika Zahra binti malik itu mendandaniku. Aku ingat saat 1 tahun yang lalu. Rani yang yang punya acara tapi malah aku yang jadi pusat perhatian dan aku takkan mengulangi kejadian tersebut.

Kenangan(versi wattpad) (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang