PROLOG

72 7 17
                                    

Happy reading~

..
..

Saat pertama mereka bertemu adalah ketika dirinya mendapati pemuda itu tengah di keroyok tiga preman di gang kecil dan kotor. Wajahnya dihiasi lebam dan memar, bibir serta pelipisnya berdarah, dan penampilannya luar biasa kacau. Seolah mengabaikan bau pengap dan busuk dari sampah yang berserakan, ketiga preman itu terus saja menyudutkan si pemuda dengan kalimat- kalimat kasar dan kotor tentang pelacur dan gigolo yang ia sendiri tidak ingin paham apa topik pembicaraan mereka.

Seza merasa dirinya bukanlah orang yang baik. Tapi ia tidak pernah bisa mengabaikan begitu saja ketika mendapati pemandangan mengenaskan seperti itu di hadapannya. Masa bodoh dengan dirinya yang tersesat dan tidak tahu jalan pulang ke rumah saat itu, terlampau biasa untuk dirinya yang gemar kelayapan tanpa tujuan. Dia yang waktu itu tengah bersama pengawal pribadinya sontak menghajar ketiga preman itu dan mengusir mereka pergi.

Terima kasih untuk masa kecilnya yang pahit karena selalu dipaksa ikut ekstra karate sampai harus mogok makan tiga hari dan berakhir di rumah sakit meski aksi demonya tidak berguna sama sekali. Faktanya si ayah tetap memaksanya mengikuti kegiatan itu dengan embel embel akan memberinya hadiah sepeda motor baru suatu hari nanti. Jadi untuk urusan hajar dan dihajar bukan sesuatu yang perlu dicemaskan lagi sebab ia tipikal gadis barbar yang gemar tawuran sebelum pindah ke kota ini.

Karena kebiasaan buruknya itulah sang ayah, satu- satunya orang tua yang ia miliki, -dengan berpedoman pada aturan kolot masa kakek buyutnya masih menjabat sebagai salah satu aparat negara- menyuruh seseorang untuk menjadi pengawal pribadinya. Meski sempat beberapa kali menolak, pada akhirnya ia tetap menerima niat baik sang ayah, lagipula Kyle berguna banyak di saat- saat genting. Saat ia lupa membawa dompet, misalnya. Intinya, Kyle itu sejenis manusia berdompet tebal dan baginya hal itu bisa dimanfaatkan di waktu- waktu kepepet.

Tapi bukan itu yang kali ini tengah mengganggu pikirannya. Melainkan si pemuda berambut gelap tempo hari yang ternyata adalah kakak tingkat di sekolah barunya.

Namanya Jake, Jake entah siapa, dia tidak tahu nama lengkapnya dan dia tidak akan memusingkan masalah nama ini. Pemuda itu putra dari seorang mantan pelacur dan sering di-bully di sekolah, karena itu si pemuda tak memiliki satu pun kawan sebab mereka tidak mau ikut terkena imbas bully ing yang dilakukan teman- teman mereka. setidaknya itu yang ia dengar dari selentingan kabar. Bukannya menguping, ia hanya tanpa sengaja mendengar beberapa gadis membicarakan pemuda itu di belakangnya. Sumpah.

Dan itu adalah berita yang ia dapatkan dari selentingan kabar. Deskripsi seorang pemuda bernama Jake entah siapa dan kehidupannya yang mengenaskan menurut pandangan orang lain. Namun menurut pendapatnya, Jake hanyalah seorang pemuda kakak tingkat yang dingin, cuek, dan judesnya nyaris menyamai gadis yang sedang datang bulan di hari pertama. Menyebalkan sekali.

Dan ceritanya, siang ini Seza tengah berada di kantin. Berdiri dengan nampan berisi makan siang di antara ramainya penghuni sekolah yang tengah sibuk mengenyangkan perut dengan berbagai macam jenis makan siang. Sementara banyak meja lain yang kosong, entah kenapa ia lebih memilih satu tempat dengan objek menarik yang kini tengah sibuk dengan makanannya.

Gadis itu menghela nafas, saat sekembar netranya mendapati beberapa memar dan luka masih bersarang di wajah rupawan milik kakak kelasnya itu. Sudah lewat dua hari dan lebamnya belum hilang. Sudah pasti itu sakit sekali. Bergegas, ia menghampiri meja kosong di dekat Jake.

"Pergi sana. Jangan di sini," dan itu adalah kalimat pertama yang dilontarkan si pria dengan tidak berperasaan dan tidak berperi kemanusiaan.

Seza membatin lucu betapa menyebalkan manusia ini yang bahkan sejak pertemuan pertama mereka, Jake belum mengucapkan terima kasih dan kali ini justru mengusirnya pergi. Kurang ajar sekali.

Mengabaikan banyak pasang mata yang tertuju padanya. Seza memilih meletakkan nampan makan siangnya di meja yang sama dengan Jake. Sengaja memasang ekspresi masa bodoh dan menghempaskan pantatnya di sebelah si pemuda yang kini tengah sibuk menatap aneh padanya. Gadis itu kemudian meraih kotak susu cokelat miliknya dan menaruhnya di hadapan pria itu tanpa menoleh.

"Minum. Itu sudah kusuntik dengan banyak vitamin A, B, C, sampai Z agar bisa cepat- cepat menyembuhkan luka di mukamu yang menjengkelkan itu," ujarnya. Bohong, itu hanya susu cokelat biasa yang dibelinya di minimarket kemarin sore dengan uang Kyle.

"Dan namaku Seza, ngomong- ngomong," lanjutnya sebelum mulai makan.



Dan tanpa Jake tahu, Seza menyebut ini sebagai momen perkenalan.

..
..

Salam kenal dari penulis amatir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam kenal dari penulis amatir. Mencoba menulis cerita baru setelah lama Hiatus membuat cerita- cerita fanfiksi. Terima kasih telah mampir dan meluangkan waktu untuk membaca karya saya. Semoga menghibur.

Salam hangat,
Luke

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My SuperheroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang