Created by : yukkirai
Email : yukkirai55@gmail.com
Setelah aku masuk yang menyambutku adalah mayat-mayat dari orang-orang yang masuk sebelumku. Aku mencoba mencerna tentang apa yang terjadi saat itu, melihat darah dan organ-organ dalam tercecer di sekujur pintu masuk membuatku tidak bisa berpikir dengan tenang.
"Master, saya merasakan sesuatu yang berbahaya di depan. Apa sebaiknya kita mundur saja dulu untuk saat ini?" Kata Furia.
"Tidak, kita akan tetap maju. Aku tidak perduli walau tubuhku hancur sekalipun aku harus mendapatkan bola mata itu untuk menepati janjiku,"
"Baiklah kalau memang itu keinginan anda,"
Aku terus berjalan maju menginjak mayat-mayat di depanku tanpa memperdulikan apapun yang sudah terjadi. Menatap lurus kedepan ke dalam kegelapan pekat itu untuk menggapai satu tujuan. Setelah aku berjalan cukup jauh kedalam ternyata tidak ada apapun yang terjadi, aku hanya menemui beberapa iblis kecil. Ini cukup aneh karena setelah melihat hal seperti itu tepat di pintu masuk tapi setelah berjalan kedalam malah tidak ada apapun.
"Apa di pintu masuk tadi ada semacam jebakan yang hanya bisa aktif satu kali pada waktu tertentu?" tanyaku.
"Sepertinya tidak seperti itu, Master. Walau hanya sebentar tadi aku mencium bekas bau iblis yang sangat busuk," jawab Kimbrai.
"Begitu ya, tapi kenapa daritadi dia tidak keluar?"
"Mungkin dia takut sama kita, Master. Hahaha dasar iblis pengecut," timpal Larai.
"Berhenti bercanda di saat situasi seperti ini, Larai!" seruku.
"M-maafkan aku, Master,"
Kakiku terus kubuat berjalan walau sudah sedikit bergetar mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Sampai saat aku menemui sebuah jalan bercabang 5, di situ yang bisa kupikirkan adalah diam ditempat dan menentukan mana jalan yang benar. Saat aku memikirkan hal itu suara aneh bergema dari pintu ke dua dari kanan. Suara itu seperti mengajakku untuk masuk ke jalan itu.
"Manusia ... Menari ... Mencari ... Kalau begitu ... Masuklah ... Masuklah ... Kesini ... Semua orang ... Menari ... Tertawa ... Menangis ... Di sini ...,"
"Menari? Mencari? Apa yang dimaksud itu?"
"Sepertinya dia ingin mengundang anda untuk masuk ke pestanya, Master," sahut Furia.
"Pesta? Apa dia yang menyebabkan sekumpulan orang tadi terbunuh?"
"Master, bau yang kucium di pintu tadi semakin pekat keluar dari pintu suara tadi datang," timpal Kimbrai.
"Baiklah kalau begitu, ayo masuk,"
"Baik! Karena pemikiran seperti itulah aku senang berada di dekatmu, Master!" kata Larai.
Aku masuk kedalam jalan yang tadi, terus masuk, terus berjalan, tapi entah kenapa aku tidak pernah menemukan ujungnya. Sudah hampir tiga jam kira-kira aku menyusuri jalan itu, dan yang ada hanya kekosongan. Bahkan iblis kecil saja tidak ada sama sekali, ini sungguh aneh. Hal itu semakin aneh karena saat aku semakin masuk kepalaku juga semakin pusing entah kenapa. Menurut Furia kita sekarang terjebak kedalam perputaran waktu yang kemungkinan bersar dibuat oleh iblis yang memanggilku tadi. Dan jalan satu-satunya untuk keluar dari sini adalah terus berjalan sampai perputaran ini berakhir.
"Furai, apa kau serius aku hanya perlu berjalan terus? Apa ini benar-benar akan berakhir nantinya?" tanyaku.
"Tenang saja, Master. Anda hanya perlu berjalan terus, sedangkan saya, Kimbrai, dan Larai akan berusaha untuk mencari titik kelemahan dari ruang ini sembari anda berjalan," jawab Furai.
"Baik, baik, pastikan kalian menemukannya secepat mungkin ya. Aku sudah mulai lelah berjalan terus daritadi,"
" Apa ... Yang ... Kalian ... Cari?" Suara misterius itu muncul kembali dengan nada yang sama. Dan setelah suara itu yang kulihat di depanku hanya satu, tangan. Sebuah tangan tanpa tubuh kini sedang berada di depanku, darah bercucuran di pangkal tangan itu membuatku tidak bisa berkata apapun.
Perlahan tangan itu mulai mendekatiku diselingi tawa mendalam di balik kegelapan. Terlihat ada dua bolah mata merah bersinar dengan terang dan juga bibir yang tersenyum dengan lebarnya sembari sebuah perkataan, "Kamu ... Kamu ... Akan kumakan!"
Dengan cepatnya tangan tadi menerkam wajahku, membuatku tidak bisa bernafas, ku coba untuk melepaskannya dengan menebaskan 3 pedang Khudan's berkali-kali tapi tangan itu tidak pernah bisa lepas maupun terluka. Tebasan dari pedang-pedang itu bagaikan sebuah sayatan dari benda tumpul baginya. Lama kelamaan aku kehilangan kesadaranku, tubuhku lemas, aku sudah tidak bisa memikirkan apapun lagi sampai akhirnya aku pingsan di tempat dengan pemandangan terakhir sebuah senyuman lebar dengan darah di sela-sela giginya. Sungguh pemandangan yang tidak bisa kulupakan.
To Be Continued~
![](https://img.wattpad.com/cover/204193628-288-k975058.jpg)
YOU ARE READING
SKYFALL
FantasyDulu sekali di sebuah dunia terjadi fenomena unik yang menyebabkan jalannya dunia itu berubah. Fenomena itu sering disebut 'skyfall' atau jatuhnya beberapa reruntuhan yang entah darimana datangnya. Dan kenapa jatuhnya reruntuhan itu bisa mengubah ja...