Langit pagi begitu indah dan tentram kala seseorang melihat nya. Bahkan tak kalah indah Dari senja yang selalu di nanti kehadiran nya. Entah kenapa setiap kali menatap langit aku begitu gembira. Sebab langit selalu ada ketika hujan dan awan berdampingan. Ibaratnya gini langit tidak pernah sama sekali cemburu terhadap hujan dan awan. Sebab dia tau bahwa hujan memang ditakdirkan bersama awan. Terkadang langit juga bisa sedih, namun dia sadar bahwa kehadirannya itu hanya semata untuk menghiasi hari-hari hujan dan awan. Miris bukan.
Langkah kaki ku menyusuri indah nya kota Padang ini, yah sekarang aku berada di Padang sebab disini aku harus menyelamatkan nyawa manusia yang begitu banyak berjatuhan akibat bencana alam. Itulah akibatnya jika berani menentang tuhan.
"Hai rain, ngapain loe disini sendirian.?" Nah ini dia pelengkap hari ku sitenggil Narendra. Biar pun begitu dia adalah orang yang aku sayangi, dia pelengkap hari ku dan penyempurna hidup ku. Dan satu hal lagi dia super super dingin sama orang tapi liat lah kalau sama pasien dia begitu ramah.
"Lagi menghirup udara pagi disini ren, loe sendiri ngapain disini."ujar ku dan dia mengambil alih duduk disamping ku sambil menyandarkan kepalanya ke bahu ku. Ya Allah, jantung ku rasanya seperti mau copot.
"Sama kayak loe. Dan habis liat kondisi pasien." Dan aku hanya mengangguk. Dia mengacak-acak jilbab ku.
"Hobi loe itu gak hilang ya..rusak nih rambut gue." Dan dia hanya cengengesan masih dengan posisi tadi.
"Gue lagi jatuh cinta loh." Kalimat dia mampu membuat aku merubah raut wajah ku yang semula senang sekarang jadi murung. Narendra jatuh cinta sama siapa ya? Pertanyaan itu kini bermain-main di otak ku.
Entah kenapa dada ini sakit saat mendengar kalimat itu,namun aku hanya bisa tersenyum agar dia tak curiga."Jatuh cinta sama siapa loe,gue yakin tuh cewek gak mau sama loe. Secara loe itu judes,cuek dan dingin gitu mana ada cewek yang mau dekat sama loe."dan dia hanya menjitak kepala ku. Tentu saja itu sakit.
"Ish...sakit bego." Nah kan mulai keluar kata2 yang gak sopan. Jangan contohkan diriku ya readers.
"Bahasa nya Bu dikondisikan."
"Maaf. Lagian loh sih main jitak-jitak aja kepala gue, kalau gue geger otak gimana." Kata ku sambil merapikan rambut ku yang berantakan gara-gara Narendra.
"Setelah lulus gue akan kembali ke Amerika. Dan mungkin gak akan kembali lagi kesini lagi rain." Dua kali Narendra membuat aku diam tanpa kata dan bahkan ini lebih menyakitkan dari perkataan dia yang tadi.
"Oiya kok gue senang ya." Narendra tau aku gak bisa menyembunyikan kesedihan ku. Dia tau hati ku sedang tidak baik-baik saja saat ini. Dia merubah posisi duduknya sambil menatap ku. Lalu dia menghapus air mata ku dan kemudian memeluk ku. Aku membalas pelukannya sangat erat seolah takut kehilangan dia.
"Jangan nangis rain, aku gak bisa liat kamu nangis rain, itu akan membuat aku terluka." Rain makin terisak. Dia sangat menyayangi Narendra lebih dari sahabat nya yang lain. Narendra spesial bagi nya.
"Aku gak akan ninggalin kamu rain. Aku memang akan ninggalin Indonesia tapi bohong...hahahhahaa." dan tanpa perasaan salah dia makin tertawa terbahak-bahak. Aku meninggalkan narendra, namun tangan ku dicekal oleh nya.
"Aku minta maaf ya rain. Aku gak tau kalau kamu akan nangis gini. Udah ah jelek tau kalau gini." Narendra menghapus bekas air mata ku.
"Inggus nya sekalian ren." Tanpa jijik dia pun menghapus inggus di hidung Raina.
"Sini aku peluk. Maaf udah buat kamu nangis." Aku membalas pelukannya. Beginilah kami sahabat serasa pacar.
" Yuk balik." Aku pun menggenggam tangannya erat dan kembali ke pemukiman warga.
Narendra dan aku adalah sepasang sahabat bukan sepasang kekasih, namun sering kali orang-orang beranggapan bahwa kami pacaran. Namun kenyataannya kami masih nyaman dengan status sahabat. Mungkin Narendra mempunyai perasaan yang sama terhadap ku namun tak menutup kemungkinan juga dia tak mencintaiku dan hanya menganggap ku sebatas sahabat baik bagi nya. Orang tua kami bersahabat baik juga.
***
Suasana di posko kesehatan semakin ramai dengan korban yang berjatuhan. Aku dan Narendra bahkan sampai melupakan makan siang padahal aku mempunyai riwayat penyakit lambung."Makan dulu rain nanti kamu sakit." Narendra adalah lelaki sejati bagi ku, bagaimana tidak dia selalu ada disamping ku dan dia begitu perhatian terhadap ku. Bagaimana menurut kalian?. Satu kalimat untuk dia aku mencintai dia tanpa alasan.
"Iya taruh aja disitu, korban perlu perawatan cepat ren." Aku melihat dia mencekal tangan ku.
" Biar aku saja, kamu makan dulu nanti kamu sakit rain bagaimana kamu urus pasien." Rendra benar.
"Kita makan sama-sama aku siapin kamu." Narendra pun mengangguk. Dan kalian tau suasana ini membuat kami jadi pusat perhatian warga disini.
"Wah..uni dan uda Iko sangat sarasi." Aku sedikit bisa berbahasa Padang karena nenek juga berasal dari Padang. Aku tersenyum kearah bapak tersebut.
"Terimo kasih bapak. Atas pujian bapak terhadap Ambo dan Inyo." Bapak tersebut tersenyum.
"Kita nikah aja yuk rain. " Kalimat Narendra membuat aku yang sedang makan jadi tersedak.
"Minum dulu sayang." Nih anak usil banget sih, jadi malu kan.
"Ren loe tuh ya." Namun dia hanya tertawa melihat reaksi ku tadi.
Inilah Narendra sifat nya begini hanya aku dan keluarganya dan keluarga ku yang merasakannya. Selebihnya jangan tanya dingin dan judes serta cuek tingkat dewa.
Yey...dua R kembali lagi nih..maaf ya lama Parkun, dan maaf juga kalau bahasa Padang ada yang salah.soalnya aku bukan orang Padang aku orang aceh..hehehe..aku juga sangat sibuk ey maklum lah..mahasiswa semester 5..hahaha btw cerita kali ni jangan lupa komentarnya ya readers.. oh iya mana nih pengemar nya kak Ari (jantung terakhir untuk kakak) atau kak Andrian nih(about our feeling) mana nih komentar kalian masih romantis kak Ari atau kak Andrian atau babang Narendra si jahil sejagat nusantara.hahaha kasih komentar dibawah ini ya 👇
Yang rindu mereka itu foto nya ya readers
Salam hangat dari
Azizahrahaz 💞
KAMU SEDANG MEMBACA
bersama bukan takdir kita
General FictionMengertilah kita berbeda, mulai dari segi budaya, tahta dan bahkan agama. Jika kita terus memaksa untuk bersama maka tak hanya kita yang terluka namun juga tuhan. Terimalah takdir dari Tuhan. Karena sejati nya kita beda dalam segala hal... ...