Kerajaan Xenderovo tengah mempersiapkan pertunangan putri Evelin dengan seorang pangeran dari kerajaan negeri tetangga. Putri Evelin yang masih berumur 15 tahun harus sudah mempunyai seorang calon pendamping. Setelah melalui berbagai pertimbangan, pilihan kerajaan jatuh pada Alex.
"Anda tidak apa-apa tuan Putri?" tanya Pengasuh Evelin.
"Aku sangat gugup" jawab Putri Evelin.
"Hamba tahu yang mulia, semua gadis pasti juga gugup jika sudah mendekati hari yang paling penting,"
"Tapi Brith, apa aku tidak terlalu muda untuk menjalin sebuah hubungan?"
"Tidak yang mulia. Dari jaman nenek moyang kita, semua wanita harus mempunyai calon pendamping sejak berumur 15 tahun."
"Tapi dia sudah berumur 20 tahun. Dan, aku juga belum pernah bertemu dengannya," keluh Evelin.
"Tapi inilah adat kerajaan yang harus ditaati,"
Tiba-tiba ibu Permaisuri datang kekamar Evelin. "Putri Evelin, kenapa kamu belum juga keluar dari kamar?" tanya sang Permaisuri ketika Evelin masih berkeluh kesah pada pengasuhnya sejak bayi. Berth segera undur diri dari kamar Evelin.
"Ibu, memangnya harus bulan ini ya aku bertunangan dengan pangeran?" tanya Evelin setelah Berth menutup pintu kamar.
"Tentu sayang. Ini adalah bulan Odus, bulan yang sangat bagus untuk mengikat calon Pendamping kelak," jawab Permaisuri dengan senyum yang mengembang.
"Ibu,,"
"Kenapa Putri?"
"Bagaimana jika aku tidak mau bertunangan? Aku merasa jika aku masih terlalu dini untuk melakukan segala ritual ini."
"Apa kamu mau melanggar adat Kerajaan?" tanya Permaisuri penuh penekanan.
"Bukan begitu Bu. Tapi aku merasa,,"
"Jika kamu tidak mau melanggar adat, maka kamu tetap harus melakukan segala yang sudah disiapkan dan direncanakan." Jawab Permaisuri. Ia segera meninggalkan Putri Evelin tanpa mau mendengan penolakan dari bibir Putri semata wayangnya lagi.
Evelin menghempaskan tubuhnya ke tempat tidurnya. Matahari mulai condong kebarat. Dan hari semakin gelap. Kamarnya masih belum di nyalakan penerangannya. Pintu kamarnya yang terbuat dari kayu Ode berderit. Berth masuk membawa kayu untuk menghidupkan perapian sebagai penerangan.
"Putri, anda tidak apa-apa?" tanya Pengasuh seraya mendekati Putri Evelin yang tengah tiduran.
"Aku tidak apa-apa." Jawab Evelin malas.
"Tuan Putri, saya tahu jika anda sedang ada masalah karena dari kecil saya sudah ada disamping anda sejak anda lahir. Jadi ceritalah jika anda ingin bercerita. Saya siap mendengarkan keluh kesal tuan Putri." Ujar Berth yang kini sudah duduk di samping Putri Evelin.
"Aku belum mau terikat dengan siapapun Berth,"
Berth memandang sedih sang majikan. "Kamu enak bisa menikah kapanpun kamu mau. Dan kamu juga bisa memilih pendampingmu kelak sesuai keinginanmu. Tapi aku?" Bulir-bulir bening mulai menetes setelah sejak tadi Putri Evelin tahan.
"Tuan Putri, jelas hamba berbeda dengan Anda. Hamba hanyalah seorang pengabdi, sedangkan anda adalah seorang Putri."
"Lebih baik aku menjadi rakyat biasa dari pada menjadi seorang Putri yang semuanya sudah diatur. Aku juga ingn bebas,"
Berth merengkuh Putri Evelin kedalam pelukannya. "Jangan pernah berkata seperti itu Putri. Bagaimana kalau Dewa Langit mendengar?"
"Biar saja Dewa Langit mendengar agar aku bisa mendapatkan kebebasan itu."
"Sudahlah,, lebih baik sekarang Tuan Putri Mandi dan segera bergabung dengan yang Mulia untuk makan malam,"
"Baiklah," sahut Putri Evelin seraya melepaskan diri dari dekapan pengasuhnya dan menyeka air matanya.
***
Putri Evelin berjalan dengan pengasuhnya yang setia berada disampingnya. Mereka memasuki ruang makan kerajaan. Sudah banyak orang yang duduk di bangkunya masing-masing. Keluarga kerajaan berada di mimbar atas, sedangkan para prajurit dan budak berada di bawah mimbar. Sang pengasuh segera memisahkan diri dari Putri Evelin setelah ia sampai di bangkunya.
"Jangan pasang wajah seperti itu. Berlakulah selayaknya Putri." Pesan Ibu Permaisuri pada Putri Evelin ketika Putri Evelin duduk disamping Ibunya.
"Baik Bu," sahut Putri Evelin seraya tersenyum simpul yang sangat ia paksakan.
"Ehm,, Sepertinya emuanya sudah lengkap disini, jadi saya bisa mengumumkan pengumuman yang sangat penting untuk kalian semua." Semua yang ada di ruangan itu menghentikan aktifitasnya. Putri Evelin sangat tidak bisa duduk tenang. Ia berfirasat buruk.
"Besok adalah hari yang sangat kita tunggu-tunggu. Dimana sang Putri akan melangsungkan pertunangan dengan pangeran Alex dari Kerajaan Evesroi sebagai pengikat mereka sampai ia berumur 17 tahun. Dan malam ini, keluarga dari Kerajaan Evesroi akan datang kesini. Jadi, kita melangsungkan acara makan malam ini setelah keluarga Kerajaan Evesroi tiba disini."
"Apa?" pekik Putri Evelin.
"Kamu kenapa Putri?" tanya Permaisuri. Wajah Putri Evelin pucat pasi.
Pengasuh Berth segera beranjak dari duduknya dan menghampiri Putri Evelin yang masih terdiam. Semuanya memandang Putri Evelin bingung dan cemas. Sedangkan Sang Panduka Raja masih sedikit terkejut dengan perubahan Putrinya.
"Maaf Yang Mulia, apa saya boleh membawa Putri kekamarnya dulu? Nanti jika keluarga Kerajaan Evesroi sudah datang, Putri saya bawa kemari." Pinta Pengasuh Berth penuh rasa hormat.
"Silakan Pengasuh." Ujar Panduka Raja memberi ijin.
Pengasuh Berth mendekati Putri Evelin. "Mari Putri saya papah ke kamar," ajak Pengasuh Berth. Putri Evelin bangkit dari Duduknya meskipun ekspresi mukanya belum berubah.
###
#gimana? bagus gak? kurang apa?
ini karya pertama aku dengan setting kerajaan.
tinggalkan coment ya, karena 1 coment sangatlah berharga untukku.
makasih,, :))
KAMU SEDANG MEMBACA
XENDEROVO KINGDOM [Pending]
RomanceAvelin harus bertunangan dengan Pangeran Alex yang sama sekali belum pernah ia temui. Apa ia akan tetap bertunangan dengan Pangeran Alex?