Page 1

9 5 0
                                    

“Hai Mike aku minta maaf atas kejadian waktu itu, aku hanya berfikir mungkin kau dan Maggie bisa bersahabat satu sama lain.”

“Aku mengerti apa yang kau coba lakukan Will tetapi lain kali sebaiknya kau coba untuk bicakaran kepadaku lebih dulu.”

“Tetapi aku masih bingung Mike apa yang membuat Maggie tidak suka kepadamu? Apakah kau pernah mengatakan sesuatu yang pernah menyakiti perasaanya?”

“Aku akan ceritakan kepadamu tetapi berjanjilah jangan coba-coba memberitahukan hal ini kepada Maggie, dan mungkin kita harus membicarakanya di tempat lain.”

   Kata-kata Mike malah membuatku semakin penasaran, kami berdua berjalan melewati lorong sekolah yang masih ramai dilalui orang-orang, sampai kami tiba di depan pintu gudang sekolah. Mike membukakan pintu gudang itu dengan kunci yang dibawanya, aku sebenarnya merasa bingung mengapa Mike memiliki kunci tersebut.

“Bagaimana kau mendapatkan kunci itu?”

Karena penasaran akupun menanyakanya kepada Mike.

“Aku tahu  penjaga sekolah ini dia adalah teman pamanku, dan karena aku sering pergi ke gudang ini akupun menggandakan kuncinya.”

Akupun menangguk mengerti. Mike mempersilakan aku masuk kedalam gudang, didalam gudang tersebut ternyata tidak seperti yang aku bayangkan ternyata barang-barang disana tersusun rapi dan pencahayaan didalam pun sangat memadai.

“Apa yang ingin kau ceritakan Mike?”

Mike menatapku dan menarik nafas panjang sejenak.

“Apakah kau kenal dengan ayah Maggie Will?”

“Entahlah Maggie adalah seseorang dengan kepribadian yang tertutup.”

“Ayahnya dulu adalah supir pribadi ayahku, mereka sangatlah akrab hingga ayahku menganggapnya seperti sahabatnya sendiri tetapi sayangnya ayah Maggie mengalami kecelakaan tepat saat ayahnya akan menjemput orangtua ku saat pulang dari kantor.”

Mendengar perihal itu membuatku merasa kasihan kepada Maggie, sepertinya dia masih berduka atas ayahnya.

“Dan sejak itu dia selalu menghindar dari keluargaku seolah-olah keluargaku lah penyebab dari kecelakaan  itu”

“Lalu apa yang terjadi kepada keluarga Maggie yang lainya?”

“Dia memiliki seorang ibu dan kedua adik yang masih bersekolah, terkadang keluarga kami selalu mengajaknya untuk makan malam atau pergi beribadah ke gereja pada hari minggu tetapi mereka selalu menolaknya.”

Disisi lain aku merasa kasihan kepada Maggie tetapi sifatnya yang seperti itu juga memang bisa dikatakan salah menurutku atau memang aku belum mendengar penjelasan dari sudut pandangnya.

   Keesokan harinya aku berniat menemui Maggie di perpustakaan, aku menunggunya selama 2 jam tapi sayangnya dia sama sekali tak hadir. Akupun mencoba menanyakan alamat rumahnya kepada teman sekelasnya tetapi tak ada satupun yang tahu dimana dia tinggal, hingga saat aku ingin menghampiri salah satu temanya ada seorang wanita yang menarik tanganku dari belakang itu adalah Maggie, antara perasaan senang dan heran tanganku ditarik olehnya ke taman di belakang sekolah.

“Ada apa kau mencariku?”

Dari nada bicaranya yang datar aku mengira dia masih marah padaku.

“Aku khawatir karena kau menghilang selama beberapa hari.”

“Aku tidak menghilang hanya saja kau yang payah dalam mencariku”

“Oh ya... jadi darimana saja kau selama ini?”

“Di sana”

Maggie menunjuk ruang Unit Kesehatan yang berada di ujung lorong.

“Hmm.. pantas saja aku jarang melihatmu, apa yang selama ini kau lakukan disana?”

“Hanya menyendiri terkadang aku membaca buku disana”

“Maggie aku ingin minta maaf karena keegoisan ku untuk membuatmu berteman dengan michael.”

   Maggie tidak menjawab dan hanya melamun melihat ke arah luar. Setelah lama membisu dia memberikanku sebuah surat dan dengan cepat pergi menjauh dariku.

   Di dalam kelas saat itu terasa hening sekali yang kulihat hanyalah sebuah papan tulis dan sebuah surat yang Maggie berikan padaku. Aku membuka surat itu dan isinya membuatku merasa kebingungan.
***

Angel Of The WrathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang