Langit dan Bulan

4 1 0
                                    

Mari, duduk sebentar. Akan ku ceritakan kisah Langit dan Bulan yang sedang bertengkar.
Mau dengar?



🌝 : Kenapa kamu tidak mendengarkan?
🌚 : Aku mendengarkan.
🌝 : Mengapa kamu hanya diam?
🌚 : Aku hanya berusaha mengacuhkannya.
🌝: Kenapa?
🌚 : Alasannya hanya satu.
🌝 : Apa?
🌚 : Aku bosan menjadi penerima maaf.
🌝 : Tapi dia juga punya alasan.
🌚 : Iya, aku tau.
🌝 : Kenapa kamu tak mau memaafkan?
🌚 : Karena aku tak ingin lagi dibodohi.
🌝 : Dia tak bermaksud begitu.
🌚 : Akupun tak bermaksud begini.
☁ : Kenapa kamu jadi jahat?
🌚 : Haha.. Kamu tidak berkaca pada dirimu sendiri.
☁ : Apa maksudnya?
🌚 : Tidak apa-apa.
☁ : Jadi.. Kamu tidak mau memaafkan ku?
🌚 : Aku memaafkan. Tapi aku tidak akan pernah bisa sama seperti dulu.
☁ : Kenapa begitu?
🌚 : Karena kamu sudah membunuh aku yang dulu. Sesimpel itu.
☁ : Kalau aku rindu, bagaimana?
🌚 : Tidak, kamu tidak rindu aku. Kamu hanya rindu ada yang memperhatikanmu.
☁ : Kalaupun aku meminta dan memohon kepadamu dengan seisi semesta, apa kamu tetap tidak akan memaafkan ku?
🌚 : Coba saja. Aku yakin kaupun tak akan melakukannya.
☁ : Kenapa kamu berfikir begitu?
🌚 : Karena aku sudah sering mendengar omong kosongmu.
☁ : Maafkan aku.
🌚 : Terlambat. Aku sudah jauh, dan tak akan lagi berbalik ke arahmu.
☁ : Aku mohon maafkan aku..
☁ : Maafkan aku
☁ : Maafkan aku
☁ : Maafkan aku
☁ : Maafkan aku

Langit sedih, karena ternyata Bulan tak mau memaafkannya.
Matahari pun turut sedih hingga cahayanya meredup.
Langit menangis. Mencurahkan air matanya pada bumi. Menangis sedih.

Alam SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang