Bip! Bip! Bip!
Bunyi alarm yang bisa dibilang terlalu keras itu membangunkan Namjoon yang sedang tertidur nyenyak. Sekarang baru pukul setengah tujuh, sedangkan waktu masuknya adalah pukul sepuluh.
"Eungghh" Lenguhnya setelah terbangun karena suara alarm. Setelah mematikan alarmnya yang menyakitkan telinga itu, ia bangun dari kasurnya yang empuk itu dan mulai berolahraga kecil-kecilan.Seperti lari ditempat dan push up (Itupun hanya bisa mencapai 5 kali push up).Sebenarnya ia tak terlalu suka berolahraga, menurutnya itu terlalu melelahkan. Tapi, Hoseok memaksanya untuk berolahraga agar tubuhnya tidak gampang lelah dan lesu sehabis kerja berat. Ya Namjoon sih menurut saja.
Selesai berolahraga, ia masuk ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya juga menggosok gigi. Ia tidak ada niatan untuk mandi sepagi ini, biasanya ia akan mandi saat waktunya untuk berangkat kuliah.
Selesai dari kamar mandi, ia mulai merapikan kasurnya dan barang-barang sekitar yang memang tidak pada tempatnya. Ia jadi agak risih jika barang-barangnya semua berserakan. Seperti pakaiannya, buku-buku juga peralatan menggambarnya, semuanya ada dimana-mana. Padahal dirinya sendiri yang membuat kamarnya menjadi berantakan.
"Uh. Sudah harus di laundry nih," Ucapnya setelah mengumpulkan pakaian-pakaian kotornya yang ternyata sudah lumayan banyak. Sebenarnya ia bisa saja mencucinya sendiri, tapi entah kenapa malas sekali kalau hari ini.
Setelah pakaian kotornya terkumpul, ia mengambil keranjang pakaian lalu menaruh pakaiannya disana. Baru setelah itu ia keluar dari kamarnya dan menuju ke tempat laundry-an. Beruntunglah ia karena tempatnya persis disebelah gedung apartementnya ini. Dan, masa bodoh jika ia masih memakai piyama, lagipula siapa yang berani mengusiknya pagi-pagi begini?
Salah. Namjoon salah. Ternyata ada, orang yang mengusiknya pagi-pagi begini. Ia adalah Kim Seokjin. Entah kenapa Namjoon bisa bertemu dengan Seokjin ditempat laundry seperti ini. Dan lebih parahnya lagi, ia memanggil Namjoon dengan sebutan bocah piyama. Bagaimana tidak kesal?
"Oi, Bocah piyama" Panggilnya. Tetapi Namjoon sengaja pura-pura tidak dengar. Apa pula dia memilih mencuci baju di sebelahnya? Padahal tempat lain masih banyak yang kosong.
"Oi,"
"Oi,"
"Aish, apasih masalahmu?" Ucap Namjoon kesal.
"Ow, santai saja bocah. Aku hanya ingin bilang, jika aku sekarang adalah tetanggamu" Ucapnya sambil menampilkan senyumnya.
"Oh," Ucap Namjoon ketus.
Tunggu, tunggu. Dia baru saja bilang--jika dia adalah tetangga Namjoon?! Mimpi. Pasti Namjoon sedang bermimpi.
"Tunggu. Kau--tetangga baruku?! Sejak kapan?!" Teriak Namjoon karena terkejut. Apa-apaan si Seokjin itu, pikirnya.
Lalu Seokjin menutup telinganya karena teriakan Namjoon yang tak main-main."Sejak tadi pagi, aku baru saja pindah. Kenapa? Kau terlihat sangat terkejut?"
"Oh, ya ampun. Dunia sempit sekali sih. Aku tak berharap akan bertemu denganmu disini, dan sekarang kau malah menjadi tetanggaku" Ucap Namjoon lirih. Ia sangat tidak senang dengan pria di depannya ini. Yah, walaupun sebenarnya ia terlihat baik, tapi tetap saja ia tidak suka.
"Kenapa? Kau tak suka punya tetangga tampan sepertiku ini?" Ucapnya dengan percaya diri.
Gila. Tetangga barunya ini sudah gila.
"Tidak, aku tak suka"
"Kenapa?"
"Aku sudah tak suka denganmu saat di halte kemarin. Kenapa kau hanya diam saja saat aku hampir dirampok?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pure Blood
Fanfiction"Darah ... Murni. Kau keturunan darah murni bukan?" "Apa? Siapa? Darah murni? Aku?"