02

15.2K 64 9
                                    

Wanita itu sedikit terlihat cantik dengan kemeja putih pas badan, rok pensil hitam selututnya ditambah flat shoes senada menambah kesan rapi dan sopan.  Ia juga mengikat ponytail rambut panjang gelombangnya. Liana sedang sibuk menata buku dijajaran rak yang cukup tinggi, hingga ia membutuhkan tangga lipat untuk menjangkau rak yang paling tinggi.

Toko ini lumayan luas dengan beberapa jejeran rak. Pengunjungnya juga sangat ramai. Liana tersenyum pada beberapa pengunjung sebagai bentuk sapaan.

"Permisi, nona?" Liana menoleh saat mendengar suara pria menyapanya. Ah, pengunjung ini pasti butuh bantuan. Tersenyum sopan lalu menghentikan tangannya menyusun buku, ia memfokuskan semua perhatiannya pada pria itu.

"Ada yang bisa saya bantu tuan"
"Ah, Begini. Apa kau karyawan baru disini?" Tanyanya gugup.

Senyum Liana tak perna meninggalkan bibirnya saat menjawab sopan, "Iya tuan. Jika tak ada lagi yang tuan butuhkan, aku akan permisi dulu," Saat akan berbalik, pengunjung itu menarik tangan Liana sedikit kencang, keseimbangan wanita itu goyah akhirnya ia menabrak dada bidang pria tadi. Jadilah coklat panas yang sudah mendingin ditangan pria tadi terjun bebas dan menodai kemeja putih Liana. Mereka terdiam akan kecelakaan kecil itu, Liana dengan amarah yang menguasainya dan pria itu dengan rasa bersalahnya.

"Tuan, jika tidak ada lagi. Saya permisi" Sahut Liana ketus. Demi tuhan, pria itu sangat aneh.

"Maaf, siapa namamu?" Liana tidak menoleh, ia mengabaikan pria aneh tadi. Ia harus kebelakang untuk membersihkan kemejanya.

"Coklat, sangat manis" Gumam pria tadi tersenyum kecil.

Setelah lama berkutat dengan kemeja rasa coklatnya ditoilet. Ia akhirnya selesai dan akan melanjutkan pekerjaan yang tertunda tadi, namun Mira memanggilnya.

"Ini, untukmu" Mira tersenyum sambil menyodorkan paper bag coklat kearah Liana. Mengerutkan kening bingung merasa tak penah memiliki barang ini. Mira yang merasa Liana akan menolak langsung menjelaskan.

"Tadi ada seseorang yang menitipkannya untukmu. Ia juga menitip maaf katanya"

"Bagaimana ciri fisiknya?" Liana merasa tak mengenal siapapun. Sambil mendekat lalu melihat isi paper bag itu yang ternyata berisi kemeja putih wanita. Ia ingat sekarang, jika tebakannya tak salah ini pasti milik pria aneh itu.

"Kurasa kau mengingat sesuatu" Mira tersenyum menggoda Liana.

*******
Adhitama Ray Aksa, pria paruh baya itu adalah dokter senior dirumah sakit terbesar disurabaya selain itu ia juga wakil dosen diuniversitas besar dikota ini. Ia kaya, jenius, dan tampan. Ray seorang duda, ia bercerai dengan istrinya beberapa tahun lalu. Dari pernikahan itu mereka dikarunia seorang putri cantik bernama Sella Anjani Aksa.

"Papa" Gadis cantik itu yang berdiri diambang pintu dengan wajah cemberut. Ia melangkah mendekati papanya yang sangat sibuk dengan kertas-kertasnya.

"Ini kampus sella. Panggil papa, Dokter," sela Ray tanpa mengalihkan fokusnya dari kertas-kertas yang ada dimeja. Karna tak mendapat balasan Ray mendongkkan kepalanya. Disana ia melihat putrinya sedang melamun, entah apa yang ia fikirkan.

"Duduklah sayang, sebentar lagi papa selesai."

"Kupikir ini kampus," Sella terkekeh, sedangkan papanya juga ikut tersenyum. Sekitar beberapa jam akhirnya Ray membereskan mejanya lalu memasukkan barang bawaannya kedalam tas kerja.

"Ayo, papa antar kekost-an kamu," ajak Ray. Sella memang memiliki orang tua yang kaya, namun iya menolak keras jika akan tinggal diapartemen alasannya ia benci sunyi, sama seperti bencinya pada rumah ayah maupun ibunya. Ia lebih nyaman dikost-an yang ramai dan bisa memasak bersama jika ada kesempatan, seperti suasana keluarga yang ia rindukan.

"Kenapa kau sangat suka berada ditempat sempit itu sayang, bukankah jika diaparteman kau akan lebih baik. Kau akan memiliki privasi."

Sella terdiam. Ia tak ingin memberi tahu alasannya. Ia ingin kedua orang tuanyalah yang sadar dan memikirkan. Ray melirik gadis itu dan sangat sadar apa yang menjadi keinginan putrinya. Namun, ia dan mantan istrinya benar-benar sudah tak dapat bersatu lagi. Ray memiliki alasannya sendiri begitupun dengan mantan istrinya.

Mobil hitam mengkilat itu berhenti tepat didepan gerbang hitam tinggi kost-an sella.

"Papa masuk dulu, aku punya hadiah untuk papa," Sella tersenyum indah. Ray hanya mengaggukkan kepalanya lalu mengikuti Sella. Ternyata Sella membelikannya jam tangan terbaru limited edition sebagai ucapan selamat ulang tahunnya. Yah, hari ini ulang tahunnya. Kesibukan membuatnya lupa segalannya termasuk hari jadinya.

Setelah akan meninggalkan tempat sempit ini, dilorong ia berpapasan dengan gadis kemarin yang memiliki senyum indah. Namun, sekarang gadis itu melewatinya tanpa senyum bahkan mata itu fokus memainkan telfon genggamnya.

"Apa dia tidak melihatku?" gumam Ray. Akhirnya ia berdehem untuk menarik fokus gadis ini. Namun, jangankan tersenyum menoleh atau berhentipun tidak.

Brak..
Gadis itu menutup pintu kamar kostnya tanpa melihat pria paruh baya yang mematung dilorong sunyi tempat itu. Ray yang merasa diabaikan menatap datar pintu yang tepat disamping pintu kamar putrinya.

"Kenapa juga aku seperti mencari perhatiannya. Ia hanya orang asing Ray," melanjutkan langkah yang tadi terhenti.

*******
Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang